07.30

994K 116K 20.6K
                                    

Yang mau ngasih saran atau kritik boleh langsung ke DM ya vren.

Lengkara sudah duduk di balkon kamar selama dua jam, duduk sambil menatap kosong apa saja yang ada di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lengkara sudah duduk di balkon kamar selama dua jam, duduk sambil menatap kosong apa saja yang ada di depannya.

Gelap. Kamar itu sangat gelap. Tidak bukan hanya kamar itu, tapi rumah itu sekarang sangat gelap dan sunyi.

Tidak ada siapapun di sana selain dirinya sendiri. Semua lampu di rumah itu mati, hanya cahaya rembulan dan bintang yang menemani sunyinya malam.

Aslan belum juga menampakkan batang hidungnya setelah pulang sekolah, ia juga sama sekali tak mengabari keberadaannya pada Kara.

Entah apa yang Kara rasakan sekarang, yang jelas ia sangat kacau.

Gelisah? Iya. Galau? Tentu.

Ponselnya yang tergeletak di atas meja bergetar, ia ingat sudah meletakkan ponsel di sana tadi, dan di ambilnya ponsel itu.

Matanya menyipit membaca pesan yang ia lihat lewat notifikasi di layar ponselnya.

Sebuah pesan dengan kata kata singkat yang mampu membekukan hatinya.

Masuk ke dalam atau lo sakit?

Pesan itu dari Naka.

Kara langsung berdiri dan mengalihkan pandangannya ke depan rumahnya. Terlihat mobil Naka yang terparkir rapi di depan rumah gadis itu.

Mobil itu sudah terparkir sejak satu jam yang lalu di sana, namun sama sekali tak di sadari oleh Kara. Gadis itu terlalu fokus untuk terus mendongak ke atas dan menatap cahaya rembulan.

Sosok Naka terlihat berdiri di samping mobilnya dengan ponsel yang ia sematkan di telinganya, cowok itu menatap Kara dari kejauhan.

Tak lama kemudian, ponsel Kara bergetar, ada panggilan masuk di sana.

Tanpa melihat layar ponselnya lagi gadis itu langsung mengangkat dan mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

"Masuk." Suara berat dari seberang sana membuat jantung Kara berdetak tak karuan.

Gadis itu tak menjawab, ia hanya diam sambil terus menatap sosok cowok di bawah sana.

"Gue hitung sampai lima."

"Lo pilih, lo masuk atau gue yang masuk," lanjut Naka.

"Satu." Naka mulai menghitung.

"Dua." Kara berbisik.

"Tiga." Laki-laki itu melanjutkan hitungannya.

"Empat," lanjut Kara.

"Lima." Terakhir Naka.

"Selamat malam Masnaka," bisik Kara pelan dari ponselnya lalu ia masuk ke dalam kamar tanpa menoleh ke belakang lagi.

Beberapa detik Naka diam setelah Kara tak tampak lagi di pandangannya, ia kemudian menghela napas lelah.

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang