00.30

2M 145K 44.2K
                                    

Hai vren❤

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI YA, KARENA TIAP UP PART AKU BAKAL UMUMIN DI WALL, SUPAYA KALIAN NGGAK KETINGGALAN.

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI YA, KARENA TIAP UP PART AKU BAKAL UMUMIN DI WALL, SUPAYA KALIAN NGGAK KETINGGALAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika dipukul mundur oleh realita namun dipaksa menetap oleh harapan." -Lengkara Putri Langit

•••

“Kara mana?” tanya Naka ketika sampai di depan meja belajar seorang gadis setelah berlari jauh entah dari mana.

Prima, orang yang menjadi lawan bicara Naka hanya duduk diam sambil menatap sinis cowok itu.

“Kara di mana?” tanyanya lagi dan masih tak dapat jawaban.

“Lo tuli-”

“Lo punya otak gak sih, Ka?” Pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari mulut Prima membuat Naka terdiam.

Gadis itu menatap tajam Naka.

“Pacar lo pingsan di koridor.”

“P-pingsan?” tanyanya memastikan, mata cowok itu membulat lebar tak percaya.

Prima menganggukkan kepalanya. “Iya, dan lo tadi lebih milih ngebawa Nilam yang nangis-nangis gak jelas itu entah ke mana ....”

“Dibanding nolongin pacar lo.” Prima menatap jengah cowok itu.

Naka terdiam, perasaan bersalah langsung memenuhi dirinya. “Gue gak tau kalau Kara pingsan," lirihnya.

“Iyalah,” ucap Prima menyetujui sembari berdiri dari kursi tempatnya duduk.

“Otak lo kan isinya cuma Nilam,” sambungnya diakhiri dengan dengusan geli di akhir kalimat. Gadis itu berjalan menuju keluar kelas.

Naka mengekor di belakang gadis itu. “Kara di mana?” tanyanya sekali lagi.

Prima langsung menghentikan langkahnya, membuat langkah Naka ikut terhenti.

“Di UKS.” Prima memutar badannya ke belakang dan berhadapan langsung dengan Naka.

“UKS utama,” sambungnya memperjelas.

“Bersama seorang Sekala.” Prima tersenyum miring, ia ingin membuat Naka merasakan secuil dari apa yang Lengkara rasakan selama ini.

『••✎••』

Suara pintu UKS yang terbuka membuat Lengkara dan Sekala kompak menoleh ke arah sumber suara. Sosok Naka muncul dari balik pintu, cowok itu berjalan canggung ke arah brankar tempat Lengkara duduk.

Sekala langsung bangkit dari kursi di sebelah brankar itu.

“Gue duluan ya,” ucap Sekala lembut sembari mengusap puncak kepala Kara. Tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, ia sudah lebih dulu berjalan keluar UKS.

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang