20.00

940K 103K 81K
                                    

Absen jam berapa kamu baca part ini!

SEBAGIAN PART AKAN DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA.

Ketukan pintu brutal di ruang kerja Erik membuat pria itu menaikkan sebelah alisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketukan pintu brutal di ruang kerja Erik membuat pria itu menaikkan sebelah alisnya. Ia memberi kode ke asistennya untuk segera membuka pintu.

Setelah pintu terbuka terlihat beberapa orang dengan pakaian polisi masuk ke dalam ruangannya, tubuh pria itu mematung di atas kursinya.

Salah satu dari polisi itu mengeluarkan sebuah surat dari dalam amplop dan memperlihatkannya kepada Erik.

"Anda ditahan atas kasus kekerasan dalam rumah tangga juga kekerasan terhadap perempuan dan anak," ucap polisi itu dengan ekspresi datar.

Erik terdiam ditempat, pria itu perlahan melirik ke asistennya lalu kembali menatap polisi di hadapannya.

Ia kemudian tersenyum tipis. "Atas dasar apa kalian mau menangkap saya?"

Mata Erik menatap satu-persatu polisi di sana. "Apa kalian punya bukti saya melakukan kejahatan itu?"

Semua polisi di ruangan itu diam membuat Erik mendengus kasar. "Bisa-bisanya kalian melakukan hal bodoh seperti kepada saya!"

"KALIAN PIKIR KALIAN ITU SIAPA?!" teriak Erik sambil menendang meja kerjanya.

"KALIAN MAU SAYA LAPORKAN KE ATASAN KALIAN ATAS TINDAKAN TIDAK MENYENANGKAN INI—"

"Berisik!" Suara seseorang membuat Erik terdiam, Masnaka muncul dari balik pintu disusul Sekala dan Geo.

"Hai, Om!" Masnaka menaikkan tangannya, menyapa Erik sambil tersenyum miring.

Erik merotasikan bola matanya. "Kalian menangkap saya cuma gara-gara laporan anak-anak kecil ini?" Pria tua itu menatap nyalang polisi di sana.

Naka terkekeh pelan membuat Erik kembali diam. "Orang yang kemarin lo bayar buat nyulik Prima sekarang udah ada di kantor polisi."

Ucapan Naka membuat Erik mendecak kesal. Kenapa para tolol itu bisa tertangkap, padahal Erik sudah menyuruh mereka untuk melakukan semuanya dengan rapih.

Melihat ekspresi kalut milik Erik membuat Naka puas, laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Erik. "Cerdas sih, lo nyuruh mereka buat ngelepas plat motor supaya gak kelacak."

"Tapi sayang, mereka ceroboh. Pisau yang mereka pakai tertinggal di perut gue." Masnaka kembali tersenyum miring.

"KAMU GAK USAH NGOMONG MACAM-MACAM!" bentak Erik.

"KALIAN PERCAYA SAMA OMONGAN ANAK KECIL!" Pria itu memukul meja di hadapannya.

"Cukup Erik!" Nina masuk ke dalam ruangan itu bersama dengan Aslan dan Rheynhold.

Mata Erik membelalak lebar. "Apa-apaan kamu Nina!"

Erik menatap Kepala Polisu di hadapannya. "Kalian percaya sama omongan orang yang punya penyakit jiwa?!"

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang