27 | Hidden Gems.

44 6 0
                                    

"Terkadang, yang terlihat kecil malah sangat bermanfaat dan sangat kuat."
—Cangkemanz.

Raynanda dan Cahya kini sedang berada di rooftop sekolah mereka. Raynanda menatap ponselnya yang sedang menampilkan permainan online. Hal yang sama juga dilakukan oleh Cahya.

"Ray Ray, Osvaldo nelfon nih."

"Yaudah angkat gitu aja panik. Paling juga disuruh ke rumahnya."

Cahya menggeser tombol hijau. Ia menempelkan ponselnya di telingan kanannya, "Ada apaan?"

"Tawuran jam berapa?"

"Lah emang tawuran bos?"

Raynanda yang gemas dengan kelemotan Cahya, mengambil buku tulis yang ia gulung dan masukkan ke saku celananya lalu memukul kepala Cahya cukup keras.

"Kan kita bentar lagi mau tawuran bego." Cahya membulatkan bibir ya dan mengangguk beberapa kali.

Sambungan telfon sudah diputuskan sepihak oleh Osvaldo. Raynanda bangkit dari posisinya dan berjalan turun dari rooftop. Cahya segera menyusul sahabatnya.

Kedua remaja ini berjalan di koridor yang sepi. Ia melewati koridor kelas 12, kelas 11, dan koridor kelas 10 lalu masuk ke kelasnya untuk mengambil barang-barang mereka. Syukurlah di kelasnya sedang tidak ada guru yang mengajar. Jadi mereka bisa bebas keluar masuk kelas tanpa ada yang bertanya.

Langkah keduanya terhenti ketika ada suara yang menginterupsi kegiatan mereka.

"Mau kemana lo curut?"

Raynanda memutar tubuhnya, begitupula Cahya. Kedua laki-laki ini menatap Keyna dengan tatapan malas. Iya. Keyna sudah kembali bersekolah lagi. Ini semua karena permintaan Theressa.

"Cabut."

Keyna menyunggingkan senyumnya. Ia berlari kecil menuju mejanya dan mengambil ranselnya. Hal itu diikuti oleh kedua sahabatnya, Christine dan Amanda. Ketiga gadis ini berjalan dibelakang Raynanda dan Cahya.

"Kalian pulang gak perlu nebeng kita kan? Kita mau ke markas soalnya."

"Aman, gua bawa mobil." Sahut Keyna sambil berjalan ke arah tempat parkir mobilnya.

Raynanda mengangguk. Setelah sampai di parkiran mereka pun berpisah.

Disisi lain, anak-anak Cangkemanz sedang berkumpul di markas mereka. Nayla, Irene, Cilla, Carollina, dan Gita juga ikut bergabung disini. Nayla sedang bermanja-manja ria dengan Rian. Hal yang sama juga dilakukan oleh Irene.

"Hadeuh, biasanya Theressa yang demen nemplok-nemplok sekarang gua harus liat para bucin lagi. Kapan gua gak jomblo."

Semua yang ada disana tertawa, apalagi melihat wajah Dandi yang sepertinya frustasi.

"Tenang Dan, gua juga jomblo." Dandi menatap Cilla dengan mata berbinar.

"Tapi lo gak boleh pacaran sama adik gua." Wajah Dandi kembali berubah menjadi masam.

"Udah-udah, siap-siap dulu." Semuanya bangkit dan berjalan mengambil jaket hitam kebanggaan mereka masing-masing. Nayla dan Carollina sibuk mengikat rambut panjang mereka, Cilla sibuk memakai sepatu boots hitam miliknya dan dibantu Gangga.

"Udah?" semua mengangguk dan mengikuti Rian untuk turun ke lantai dasar.

Di lantai dasar sudah ramai anak-anak Cangkemanz dengan pakaian serba hitam dan jaket kebanggaan mereka melekat di tubuh masing-masing. Rian menyuruh semuanya untuk berkumpul dan membahas strategi mereka kali ini.

Theressa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang