58 - Jadi Selingkuhannya

9.6K 355 70
                                    

Kalau kemarin rate bucin kalian, hari ini kita rate yang lain.

PERTANYAAN KEPOKU :

- Rate rasa cemburu kalian dari 1 - 10!

JAWABAN VERSI AKU :

- Hmm... Mungkin 8/10? 😅

HAPPY READING!
TYPO KOMEN :) bantu aku revisi guys hehe.

Tidak ada yang tidak lelah selama 3 hari terakhir ini. Mereka semua telah melakukan yang terbaik untuk membujuk Flora agar kembali menjadi manusia yang normal. Ya, normal seperti keluar kamar, makan, mandi, dan berbicara. Sayangnya, semua itu sia-sia.

Semenjak Flora berbicara dengan Gera di club malam itu, dia sudah menjelaskan kepada orang tuanya bahwa dia ingin cerai. Tentu saja hal itu membuat orang tua Flora bingung. Memang hal itu yang diinginkan oleh mereka, namun mereka juga butuh alasan.

Perihal masalah Justin dan Rilen, mereka juga berada di posisi yang sama dengan sahabat mereka. Rilen tidak ingin kembali dengan Justin. Dan saat usai menjelaskan semua rasa sakit hatinya, dia mendatangi Flora yang tengah bersama Gera untuk kembali pulang ke apartemen Romy. Hingga kini, Rilen masih tetap berada di sana. Memang aneh, namun Romy tidak keberatan.

"Kamu mau sampai kapan kayak gini, Flora?" tanya Farah yang duduk di pinggir kasur dengan membawa nampan makanan untuk putrinya.

Flora hanya diam dengan mata kosong tertuju ke arah jendela. Tidak ada niat ingin menyahuti ibunya. Bergerak saja malas. Yang dia rasakan hanyalah perih di dadanya. Entah sudah berapa banyak air mata yang dia keluarkan setiap hari. Tidak pernah dia bayangkan perpisahan akan sesakit ini. Tanpa sadar, air matanya kembali mengalir di pipi.

Farah pun menghela napasnya lalu menaruh nampan makanan Flora di meja. Dia menghampiri putrinya dan mengusap air mata itu.

"Kalo kamu bakal sesedih ini, kenapa yakin buat cerai sama dia?" tanya Farah lembut namun membuat tangisan Flora semakin keras.

"Kamu boleh sedih seberapa lama yang kamu mau karena cuma waktu yang bisa bantu kamu, tapi jangan siksa diri kamu sendiri kayak gini."

Farah terus mengusap rambut Flora lembut. Tak berapa lama, Flora menenangkan dirinya lalu bangkit duduk menghadapi ibunya.

"Kapan perceraiannya diurus?" Tentu saja Farah tersentak mendengarnya.

"Kamu yakin?" Flora menganggukkan kepalanya. "Apa yang bikin kamu seyakin ini, Flora?"

Farah tahu kalau Flora mencintai Gera. Sangat cinta. Dia dan Paul memang menginginkan putrinya bercerai, tetapi mereka juga melihat bagaimana Gera berusaha untuk mempertahankan hubungan ini. Walau belum ada bukti yang nyata, Farah yakin ada sesuatu yang belum terungkap di balik masalah Gera dan selingkuhannya.

"Aku selingkuhannya, Ma. Selama ini aku cuma selingkuhan Gera. Walau aku menikah sama dia, aku tetep yang kedua. Kenapa aku harus jadi yang kedua? Apa kurangnya aku? Mama dan papa selalu bangga sama aku, selalu sayang sama aku, selalu memperlakukan aku dengan baik dan kenapa aku harus mau jadi yang kedua? Itu sama aja aku nyakitin kalian, kan?"

Flora menarik napasnya panjang akibat menggebu-gebu dalam bicara. Bahkan kini jantungnya serasa diserang oleh ribuan jarum dalam waktu yang bersamaan. Flora harus sadar kalau pernikahan ini hanya menyakiti dirinya dan orang tuanya. Dia menyayangi Farah dan Paul. Lebih besar dibanding dengan rasa sayangnya kepada Gera.

"Flora sayang...." Farah segera mendekap tubuh Flora erat dengan tangisnya yang juga pecah. "Maafin Mama ya, Mama yang paksa kamu menikah, karena Mama, kamu harus melewati hal ini di masa muda kamu. Maaf Mama, sayang...."

Marriage as Her 17th Birthday GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang