16 - Pindah Rumah

11.7K 434 12
                                    

Dus demi dus Flora angkat masuk ke dalam apartemen dimana Gera tinggal. Ada Emi dan Jimmy yang ikut membantu pindahnya Flora. Banyak sekali barang yang Flora bawa. Termasuk baju-bajunya yang mungkin telah memakan tiga per empat lemari Gera sekarang. Sebenarnya Gera malam membantu Flora untuk pindahan. Tetapi istrinya itu mengancam akan membuat keturunan malas ini jika dia hanya diam tidak membantu.

"Kenapa sih lo bawa banyak banget barang?" Gera menggeleng melihat ruang tamunya penuh dengan kardus.

"Ya kan pindahan, kalo dikit namanya nginep."

"Yang gak penting gak usah dibawa."

"Ini penting semua, suami...." Flora mendengus sabar karena terus mendapat omelan tidak penting.

"Ini penting?" Gera mengangkat sebuah benda dari kardus yaitu boneka-boneka hewan kesukaan Flora.

"Masa mereka ditinggal sendirian di kamar?"

"Terus ini penting?" Begitu banyak frame foto Flora bersama teman-temannya yang dia bawa.

"Rumah mana yang gak punya foto pemiliknya?"

"Udah sih, lo jadi cowok ngomel mulu," sela Jimmy yang baru masuk membawa kardus berisi baju-baju Flora.

"Masih ada baju lagi?!" seru Gera tidak percaya.

"Apa sih, orang baru dua koper tadi bajunya."

Flora pergi bersama Emi ke luar apartemen untuk terus membawa kardus yang tersisa. Membiarkan Gera yang memegang kepalanya pening. Rencana Gera kan ingin cerai usai beberapa tahun, tetapi kenapa Flora seakan menjadi istrinya sungguhan? Baju dan barangnya sudah pindah resmi ke apartemennya.

"Flora, ini yang gak penting udah jual aja." Gera mengikuti langkah Flora yang menuju kamar mereka nanti. Disuruh pisah kamar saja Flora gak mau.

"Yakali dijual, Ger, ini kan barang gue semua."

"Ini apartemen gue, jadi gue berhak dong ngatur."

"Nggak, lo nggak berhak ngatur. Istri itu presiden rumah tangga, lo gak tau?"

"Eh! Mana ada kayak gitu!"

Flora mengabaikan tatapan marah Gera dan berbagai ocehannya itu. Lebih baik membereskan baju-bajunya dan menata skincare di atas meja rias. Bodo amat kalau Gera semakin marah. Mama Gina pasti membelanya kalau ada apa-apa pada Flora.

"Lo ambil kain pel gih," pinta Jimmy yang membuat Gera mengernyit tidak suka.

"Gak ada!"

"Dih, kok ada?"

"Gue jarang di rumah." Gera menyandar di dinding kamarnya menatap tiga curut sibuk merapihkan barang-barang sang istri.

"Ya udah, abis ini kita belanja keperluan aja," ajak Flora membuat Gera melotot terkejut.

"Lo aja sendiri."

"Ok, mana?" Flora mengulurkan telapak tangannya pada Gera.

"Apaan?"

"Kartu debit lo lah, masa gue yang bayar?" Gera mendesah kesal lalu membuka dompetnya dan memberikan yang Flora mau. "Ok, nanti malem kita bikin anak pertama ya."

"Flora!" omel Gera gusar. Istrinya itu sangat terang-terangan. Dan anehnya, tidak ada satupun sahabatnya yang terganggu akan hal itu.

"Ya itu gantinya karena lo gak mau temenin gue belanja keperluan rumah!"

"Ya udah, entar sore kita jalan!"

Gera menghentakkan kakinya hendak keluar kamar mencari angin.

Marriage as Her 17th Birthday GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang