Rejeki Menular

1.7K 212 2
                                    

"Kak Hoseok, gue udah di depan." Mengimbangi tas belanjaan dengan ponsel yang ia pegang, Jeongguk memencet bel rumah Hoseok menggunakan sikunya.

"Oke, Jung. Bentar, gue bukain pintu," terdengar balasan dari seberang, lalu derap langkah kaki pemuda itu terdengar tak lama kemudian.

"Sorry," Hoseok akhirnya membuka pintu, ponsel yang ia genggam langsung dimasukkan kembali ke dalam saku celana. "Sorry banget udah ngerepotin lo, ya."

"Santai," Hoseok mengambil alih tas belanjaan yang Jeongguk bawa, "Jimin di mana?"

"Di kamar. Abis muntah-muntah. Gue suruh rebahan dulu, jangan banyak gerak." Membuka pintu rumahnya lebih lebar, Hoseok mengedikkan dagunya untuk mempersilakan Jeongguk masuk. "Samperin, gih. Gue masak ini dulu. Buat makan siang kita."

Tak ingin berlama-lama membiarkan Hoseok menenteng beban yang cukup berat itu di depan pintu rumah, Jeongguk berlalu menuju kamar Jimin yang sudah ia hafal.

Jimin sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil cemberut ketika Jeongguk tiba di sana.

"Jeongguuuuuk," pemuda itu merengek manja. "Rasanya mau mati gue."

Jeongguk terkekeh. Berjalan mendekat, ia mengambil posisi duduk tepat di sebelah kaki Jimin yang diselonjorkan di balik selimut. "Separah itu?"

"Bayinya bawel. Kepala gue pusing,"

Jeongguk menyeringai. "Nurun dari papanya."

Mendengkus sebal mendengar pernyataan sahabatnya tersebut, bibir bawah Jimin semakin menyembul ke depan. "Sialan lo."

"Udah cek ke dokter belum?"

"Lusa baru jadwal check up. Hoseok udah kosongin jadwal."

Mengangguk paham, pandangan Jeongguk jatuh pada perut Jimin yang masih datar. Rasa penasaran menggelitik telapak tangannya.

"Boleh pegang, nggak?"

Mengerti maksud dari pertanyaannya, Jimin menyeringai kecil. "Biar nular, ya?"

Jeongguk menggelengkan kepala. Perasaan getir membalut dadanya. "Kak Tae belum mau punya bayi."

"Belum mau tapi jago bikin."

"Gue disuruh minum pil kontrol kehamilan terus, Kak."

"Terus, lo mau?"

"Ya, gitu." Jeongguk tertawa. Namun, Jimin bisa menangkap nada putus asa yang terselip rapi di balik topengnya.

"Tiga tahun pacaran, dua tahun nikah. Suami lo juga udah mapan." Jimin menggelengkan kepalanya. "Nunggu apa lagi?"

"Masa kalah sama gue," decaknya, setengah pamer. "Belum nikah, udah gol duluan."

Jeongguk hanya tersenyum menanggapi ucapan tersebut. Hoseok datang mengantar susu hangat untuk Jimin dan segelas sirup dingin untuk menghilangkan rasa lelah Jeongguk.

"Makasih, Sayang," menarik leher kekasihnya mendekat, Jimin menanamkan satu kecupan kecil di bibir Hoseok sebagai tanda terima kasih.

Pandangan Hoseok begitu lembut saat tangannya mengacak rambut Jimin dengan gemas. "Sama-sama, By."

Dada seperti dipukul keras-keras, Jeongguk bergumam pelan.

"Rejeki lo, Jim."

Out of The Blue by LittleukiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang