06 | Perihal Nutrisiri

421 68 67
                                    

"Tak apa jika tak bisa romantis, asalkan perlakuannya begitu manis."

—Klava Dee Lana—

---

"Tuh cewek ngomong apa aja ke lo?"

Lalu menatap Klava yang sekarang sedang menikmati minumannya. Saat ini mereka sedang duduk berdua di tribun yang tersedia di dekat lapangan balap. Sembari menunggu Galang yang sedang balapan bersama Arthur, Lalu memanfaatkan hal itu untuk berduaan dengan Klava.

Klava menoleh dengan alis yang menyatu. "Zera, cewek yang tadi gue minta buat nemenin lo," kata Lalu ketika Klava tak kunjung menjawab.

"Oalahh," Klava menganggukkan kepalanya paham, "dia bilang Kak Lalu cuma manfaatin aku buat manas-manasin dia. Emang bener ya?"

"Gak bener," jawab Lalu sambil memandang lurus ke depan.

"Kalau beneran juga gapapa kali, Kak."

"Dan biarin lo pacaran sama Dhika?" Sinisnya memandang Klava dengan tajam.

"Eh ... Kak Lalu kenal Kak Dhika?"

"Kenapa dia minta lo bilang i love you ke dia?" kata Lalu balik bertanya.

Klava hampir saja menyemburkan minumnya jika tidak buru-buru menelannya. Bagaimana bisa Lalu mengetahui hal itu? Itu artinya Lalu membaca chatnya dengan Dhika!

"Kak Lalu baca chat aku sama Kak Dhika?!"

"Lo yang tiap hari ngirim pap ke dia aja gue tau. Gue baca semua chat lo sama dia." Mata hijau Lalu memandang Klava begitu dalam. "Mulai sekarang lo cuma boleh kirim pap ke gue. Tiap hari!" katanya tak bisa dibantah.

Hal itu sukses membuat mata Klava membola. Klava segera menaruh minumannya kemudian menatap Lalu yang juga sedang menatapnya.

"Kenapa harus?"

"Karena lo pacar gue, Klava." Suara Lalu berubah dingin dan tajam. "Perlu gue perjelas lagi?"

Klava meremas tangannya, bayangan ketika Lalu memaksanya mengatakan kepada seluruh kantin bahwa dia adalah miliknya memasuki pikiran Klava. Bagaimana kalau cowok itu memintanya melakukan hal bodoh lagi?

Kopral sambil teriak bahwa dia adalah milik Lalu misalnya?

Eh, gak mungkin juga sih.

"Iya nanti aku kirim pap ke Kak Lalu, setiap hari. Kalau perlu pas aku bab juga aku kirim papnya."

"Bagus, sekalian kirim pap pas lo mandi."

Bulu kuduk Klava meremang, suara Lalu yang berat dan tatapannya tajam membuat Klava merinding sendiri. Dia merasa seperti sedang dicabuli!

"Kak Lalu apaan sih! Mesum tau gak?!"

Cup

Satu kecupan mendarat di hidung Klava, hampir mengenai bibir!

"KAK LALU!"

"Kata lo gue mesum? Ya udah sekalian aja gue mesumin."

Klava menjambak rambut jambul cokelat kebanggaan Lalu, hal yang sama ketika ia menjenggut rambut Aldo ketika di sekolah tadi, bedanya Lalu tidak mengerang kesal atau menangis seperti Aldo.

LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang