02 | Klava Dee Lana

568 84 30
                                    

"Tak perlu memberi harapan, jika akhirnya akan dihancurkan."

Klava Dee Lana

___

"Aldooooo!!! Balikin tas mekap gueee!!!"

Klava Dee Lana. Perempuan dengan tinggi 158 cm itu sedari tadi sedang berusaha lompat untuk meraih tas make up miliknya yang ada di tangan Aldo, teman sekelasnya.

Rambutnya yang berwarna cokelat terang bergelombang itu berterbangan ketika ia mengejar lelaki yang sekarang berlari keluar kelas.

"Aldoo sini gak lo! Itu mekap mahal semuaa!!!"

Klava menghentikan larinya dengan napas terengah-engah. Dadanya naik turun dan keringat sudah meluncur bebas dari kening sampai leher.

"Ah bodo amat! Lo ambil aja tuh mekap, makan kalau perlu!" teriaknya kesal.

Klava membalikkan tubuhnya lalu berjalan menuju kelas XI IPS 3 dengan kaki yang dihentakkan. Ngadepin Aldo itu gak ada habisnya, cowok itu selalu saja mengganggunya. Entah ngumpetin tasnya, bekalnya bahkan sampai topi sekolah saat upacara saja cowok itu rebut dan taruh di atas pintu ruang kelasnya.

Emang dasarnya modus ya gitu, selalu cari gara-gara!

"Gimana Klav? Gak ketangkep juga itu si kribo?" kata Rana ketika melihat Klava masuk kelas dengan muka kecutnya. Hampir menangis.

"Emang ngeselin banget anaknya si Samsul, belum aja gue jambak itu rambut kribonya!" timpal Bella ikut kesal.

Ketiga gadis primadona SMA Bumantara itu duduk di bangkunya masing-masing. Rana masih sibuk memakai kutek berwarna biru miliknya, sedangkan Bella sedang memoles bibirnya dengan liptint yang dibawanya dari rumah.

Hari Selasa adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh murid Bumantara, karena tiap hari Selasa sekolahnya akan mengadakan kerja bakti, dimulai dari membersihkan ruang kelas, kamar mandi, sampai ruang ekskul. Namun tentu saja itu hanya berlaku bagi siswa-siswi yang rajin. Bukan seperti mereka yang sekarang malah sibuk dengan dunianya sendiri.

"Udah jangan nangis," kata Rana ketika melihat mata Klava mulai memerah.

"Apa sih, siapa juga yang nangis, gue cuma kesel sama tuh orang!" kilahnya dengan cepat.

"Iya deh gak nangis, cuma mewek aja 'kan?"

"Bella!" teriak Klava kesal membuat Rana dan Bella langsung terkekeh.

"Eh gue baru sadar, tumben banget kelas sepi?" tanya Rana yang sekarang sedang memperhatikan isi kelas.

Bella dan Klava sontak mengalihkan pandangannya, dan benar saja di kelas hanya terdapat mereka bertiga.

"Siti! Lo tau gak yang lain pada ke mana?" teriak Bella pada siswi dengan kaca mata tebal dan rambut dikepang dua yang baru saja memasuki kelas.

"I-itu di-di lapangan, K-Kak Lalu—"

"Ah lama!" kata Rana kesal sendiri. "Mending kita liat ke lapangan aja yuk ada apa," lanjutnya yang langsung diangguki Bella dan Klava.

Rana langsung menutup kuteknya, begitupun Bella yang langsung menaruh liptint ke dalam tas.

Ketiga cewek cantik itu berjalan beriringan menuju lapangan. Namun, matanya langsung membola ketika melihat Kakak kelasnya yang bernama Lalu sedang mengajar ketua OSIS-nya abis-abisan di bawah sana.

"Anjir rame banget!" kata Bella ketika melihat kedua orang itu dikerumuni oleh siswa-siswi Bumantara.

Ketiga gadis itu mengurungkan niatnya untuk turun langsung ke lapangan, mereka hanya memperhatikan mereka dari lantai atas, karena tidak bisa dibayangkan akan sesumpek apa jika mereka nekat turun nanti.

LALUWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu