01 | Argerian Lalu Pentara

676 100 61
                                    

"Mengikatmu adalah sebuah keharusan, tapi untuk melepaskannya adalah kemustahilan."

—ARGERIAN LALU PENTARA—

___

Argerian Lalu Pentara. Cowok dengan tinggi 180cm, bola mata berwarna hijau terang, berambut cokelat dengan jambul yang ke atas dan kulit hitam manis yang selalu menjadi incaran para siswi SMA Bumantara.

Lalu berjalan menyusuri koridor dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana, bajunya dikeluarkan dengan 2 kancing teratas yang dibuka, dan dasinya ia ikat di atas kepala. Di kanan kirinya terdapat 5 temannya yang penampilannya tak jauh berbeda dengannya. Siapa lagi jika bukan, Altair, Bagas, Lean, Adimas dan Galang.

Berita tentang mereka yang di skors selama 2 hari karena ketahuan merokok di gudang sekolah 3 hari lalu membuat dirinya naik pitam. Siapa lagi pelakunya jika bukan Renaldy Mahesa? Ketua OSIS SMA Bumantara yang selalu carmuk alias cari muka di depan guru. Sok alim dan sok tegas. Dan yang pasti, selalu berani mencari gara-gara dengannya.

"Itu orangnya!" teriak Bagas menunjuk perkumpulan anak OSIS yang sedang membersihkan lapangan.

Pandangan keenam laki-laki itu langsung jatuh pada cowok bertubuh 176 cm yang sekarang hanya menyuruh-nyuruh anggotanya.

Senyum Lalu terbit, kebetulan yang luar biasa karena mendapatkan musuhnya berada di tengah-tengah lapangan dengan keadaan kanan kirinya yang ramai. Jika Renaldy melaporkan kelakuannya secara diam-diam, maka Lalu tak segan memberinya pelajaran secara terang-terangan.

"Ayo kasih pelajaran sekarang aja! Bosen idup tuh orang!" seru Galang menggebu-gebu.

"Kalau bisa langsung kirim aja ke Rahmatullah!" timpal Altair sembari menaikkan kerah seragamnya.

Tanpa banyak bicara, Lalu melangkahkan kekinya menuju Renaldy diikuti kelima temannya. Senyumnya mengembang ketika melihat Renaldy yang langsung menegakkan tubuhnya dengan mata membola saat melihat kehadirannya.

"Mau apa lo?" kata cowok itu dengan kepala mendongak ke atas, menantang.

"Mengambil nyawa yang seharusnya diambil oleh Tuhan," kata Lalu denang tenang, namun terdapat penekanan pada setiap kalimatnya.

"Udah Lu langsung hajar aja!" pinta Lean tak sabaran, cowok itu tersenyum lebar. "Manusia sok suci kek dia emang pantesnya dikubur idup-idup."

"Gak ada kapok-kapoknya ya kalian? Gue bisa laporin kelakuan kalian ini ke Pak Darko!"

"Cih, kalau masih wadulan jangan sok keras!"

"Gue ketua OSIS kalau lo lupa!"

"Gue ketua Zeleus kalau lo lupa." Lalu maju selangkah, menarik kerah Renaldy tanpa ampun. "Dan apapun yang mengusik Zeleus bakal abis di tangan gue!"

Bruk

Lalu mendorong tubuh Renaldy dengan kasar, tak sampai di situ, kakinya dengan sangat kejam menginjak perut Renaldy tanpa rasa kasihan.

Keadaan lapangan semakin rame, murid-murid SMA Bumantara yang semula sedang melakukan kerja bakti, langsung menghentikan pekerjaannya dan mengerubung.

Bugh

Bugh

Dua pukulan kembali melayang di tubuh lemah Renaldy. Lalu memukulnya tanpa rasa iba dan balas kasihan. Matanya menggelap, sorot akan kemarahan yang sudah naik pitam.

Tidahk puas dengan wajah Renaldy yang sudah babak belur, Lalu kini menendang kaki cowok itu hingga terdapat jejak sepatunya di celana abu-abu itu.

Dari sekian banyaknya murid SMA Bumantara yang sedang menonton, tidak ada seorang pun yang berani melerainya. Termasuk anggota OSIS sekalipun.

"Bangun lo, anjing!" Lalu menarik tangan Renaldy hingga terbangun paksa. Wajah cowok itu sudah terlihat lemah dan babak belur. "Dari jauh-jauh hari gue udah kasih lo peringatan untuk gak usik hidup gue, tapi kenapa lo abaikan peringatan gue, njing!"

Napas Lalu memburu, mata hijau terangnya memandang Renaldy begitu menusuk.

"SEKALI LAGI LO CARI GARA-GARA SAMA GUE, JANGAN HARAP BESOK-BESOK MASIH BISA BERNAPAS!" tekannya.

"Mampus lo! Camkan ucapan Lalu baik-baik!" kata Galang kesal sendiri.

"Nyali masih ciut, tapi sok-sokan ngelawan Lalu, cih!" Altair berdecih.

Renaldy mengepalkan kedua tangannya. Harga dirinya sebagai ketua OSIS lagi-lagi diinjak-injak oleh Lalu dan teman-teman sialannnya itu.

"Lo pikir gue takut sama lo? Gak! Gue gak bakal takut sama anak-anak brandal kayak lo semua!"

"Anjir, cari mati tuh cowok," gumam Lean yang masih bisa didengar oleh Renaldy.

"Masih belum nyerah juga rupanya." Lalu terkekeh. Niatnya untuk menyudahi ini semua ia urungkan.

"Lo yang melanggar peraturan lo juga yang diskors, terus kenapa gue yang lo hajar?" Renaldy menahan emosinya dalam-dalam, ia harus menjaga imagenya di hadapan seluruh murid Bumantara. "Jangan sok jagoan Lalu. Lo dan teman-teman lo itu gak lebih dari sekedar pembuat onar!"

"Sialan!"

Dengan napas memburu Lalu melangkahkan kakinya dan akan melayangkan satu tinjuan di rahang Renaldy. Namun, sebelum hal itu terjadi, sebuah sepatu yang entah dari mana tiba-tiba saja melayang dan mengenai kepalanya.

Mata Lalu melotot, napasnya terengah dengan rahang yang mengeras. Cowok itu menarik tangannya yang ada di udara. Dia mengambil sepatu yang sudah jatuh di hadapannya. Sepatu dengan dominan warna pink yang mengusik matanya.

Cowok itu memejamkan mata, menahan emosi yang sudah di ujung tanduk.

Membuka matanya secara perlahan, Lalu mengangkat sepatunya tinggi-tinggi. "SEPATU SIAPA INI?!" teriaknya. "MAU NGAKU ATAU GUE SENDIRI YANG BAKAL CARI PELAKUNYA?!"

Altair, Bagas, Lean, Adimas dan Galang saling berpandangan. Sepatu berwarna pink itu sudah pasti milik cewek, kan? Itu artinya, cewek itu akan habis di tangan Lalu!

Tidak bisa dibayangkan apa yang akan Lalu lakukan pada si pemilik sepatu itu. Kemungkinan paling kecilnya adalah satu tinjuan yang melayang di rahang.

Lalu tidak akan pernah melepaskan orang-orang yang mencari gara-gara dengannya, tidak peduli mau itu cewek atau cowok.

"DALAM HITUNGAN KETIGA MASIH GAK NGAKU JUGA, SIAP-SIAP LO MATI DI TANGAN GUE!"

"SATU!" teriak Lalu dengan mata yang menelisik, melihat kerumunan para cewek yang kini sudah ramai.

"DUA!" Hitungan kedua belum ada juga yang mengaku.

"TIG—"

"ITU PUNYA GUE!" teriak seorang gadis berambut cokelat bergelombang dari arah lantai 2.

Perempuan itu segera berlari turun dan langsung menghampiri Lalu dengan keringat dingin yang mulai menetesi keningnya dan sepatu yang hanya dipakainya sebelah.

"So-sori, gue gak sengaja," katanya gugup.

Untuk beberapa detik Lalu terpaku, jantungnya berdetak cepat ketika mata hijaunya bertubrukan langsung dengan mata cokelat terang milik cewek itu.

Rambut cokelat bergelombang, bola mata berwarna cokelat terang, bulu matanya yang lentik. Manis sekali, sampai-sampai Lalu memadandangnya tanpa kedip. Belum lagi tatapannya yang ... ah bahkan Lalu sulit untuk menjelaskan.

"Wow," gumamnya tanpa sadar, meneliti penampilan gadis itu dari atas sampai bawah.

Lalu ... terpesona dengan gadis yang baru saja mengusiknya.

Sejarah baru dalam hidupnya, merasakan cinta pandangan pertama pada seseorang yang telah melempar kepalanya menggunakan sepatu.


BERSAMBUNG🏴‍☠️🏴‍☠️🏴‍☠️

Semoga sukaa🖤

____

Follow!
@lalustory.ofc
@salwauralyra04
@salwastory04

LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang