07 | Rabu Gempar

270 47 34
                                    

"Kata Klava, gue tambah ganteng kalau rapi gini. Jadi kayaknya, mulai sekarang penampilan gue bakal tetap seperti ini, deh."

—Argerian Lalu Bucin Pentara—

🏴‍☠️

Lalu menegang, dadanya berdetak cepat dengan pasokan oksigen yang seolah menipis. Tangan Klava yang ada di perutnya membuat lelaki itu grogi sendiri. Ini memang bukan pertama baginya, bahkan dulu ketika dirinya dekat dengan Zera, gadis itu bisa memeluknya lebih erat dari pada ini.

Namun, pengaruh Klava begitu besar untuknya, seolah hidup dan matinya ada di tangan gadis itu. Sumpah, jantungnya tidak pernah berdetak normal jika di dekat Klava. Kedipan matanya, hembusan napasnya, hingga setiap kata yang keluar dari mulutnya itu semua candunya. Belum lagi ketika Klava tertawa seperti tadi malam, jantungnya terasa akan berhenti berdetak detik itu juga! Oke, bilang aja ini berlebihan, tapi itulah kenyataannya.

"Kak Lalu, kok diem? Kakak gak keracunan nutrisiri, kan?"

Sial! Kenapa Klava terus membahas nutrisiri sih?! Lalu, kan, jadi malu sendiri!

Cowok itu mencoba berdeham singkat, kemudian mulai melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Anggap saja Lalu ambil kesempatan dalam kesempitan.

"Kak Lalu!!! Kakak mau ngajak aku mati bareng?!" teriak Klava membuat Lalu menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum. "Mekap aku belum dikembaliin sama Aldo, aku gak mau mati penasaran Kak!" lanjutnya lagi namun Lalu hiraukan.

Klava mengencangkan pelukannya pada perut Lalu, jantungnya berpacu cepat ketika Lalu menyalip mobil truk di depannya dengan kecepatan tinggi. Bukan hanya itu, Lalu bahkan dengan tidak tau dirinya menerobos lampu merah yang membuat motor ninjanya hampir saja ditabrak oleh motor lain dari samping.

Klava memejamkan matanya kuat-kuat, dirinya diajak senam jantung oleh Lalu, cowok itu tidak main-main dengan kelakuannya.

Masih memejamkan matanya, Klava menahan napas ketika motor yang ditungganginya berhenti secara tiba-tiba, membuat tubuhnya langsung menubruk tubuh bagian belakang Lalu.

"Ayo turun." Suara berat Lalu membuat Klava membuka matanya, kemudian membola ketika keduanya ternyata sudah sampai di parkiran sekolah.

Ini gila! Jarak dari rumah ke sekolahnya bisa mencapai 25 menit, tapi bagaimana bisa sekarang dirinya sudah sampai di parkiran sekolah bahkan dalam kurun waktu kurang dari 15 menit.

Belum juga rasa terkejutnya hilang, Klava kembali dikejutkan dengan Lalu yang turun dari motor kemudian mendekatinya dan melepas kaitan helm miliknya. Klava menahan napasnya ketika dirinya lagi-lagi berhadapan dengan dada bidang milik cowk itu.

Klava mendongak, kemudian menelan ludahnya dalam-dalam. Sumpah demi apapun pagi ini Lalu tampan sekali!

Rambutnya yang berwarna cokelat dan berjambul tertata rapi ke atas dengan bandana berwarna hitam yang menghiasi keningnya. Bajunya dikeluarkan dengan dua kancing teratas terbuka, cowok itu tidak mengenakan dasi. Penampilannya sekarang benar-benar menggambarkan sosoknya yang memang bengal dan tak tau aturan.

Cup!

Satu kecupan di pipi membuat Klava membulatkan matanya. Terlalu memperhatikan Lalu membuat Klava tidak sadar bahwa helm sudah terlepas dari kepalanya.

"Kak Lalu apaan sih!" kesalnya membuat Lalu tersenyum tipis. "Kalau ada yang liat gimana?!"

"Gak ada," balas cowok itu singkat.

"Tapi itu gak sopan tau gak?!" murka Klava sembari mengelap pipinya dengan kasar.

"Apa salahnya? Lo pacar gue." Lalu mengedipkan sebelah matanya.

LALUWhere stories live. Discover now