Chapter 6 : .
...
Tetap vote dan komen walau sudah ada part selanjutnya 🕊️
...
Annyeong Kwinizen 👏🏻
Udah siap baca chapter Karena Bunda? 🤩
Eits, tunggu dulu... Hidupkan data seluler kamu sebentar lalu tekan bintangnya dulu ya
Oh iya, kasih awan buat Abin, Aru dan Bunda, boleh? ☁️
Oke, makasih.
Happy Reading ✨
•••
"Kalaupun Bunda nyuruh gue mati, gue akan lakukan itu dengan senang hati!"•Abintara Zaireo Danadyaksa•
Tidak menunggu waktu pulang sekolah, Abin langsung tancap gas mencari keberadaan Aru. Pertama-tama dia kembali ke apartemennya, siapa tau si gadis memang masih berada di sana. Namun nihil, Aru tidak ada di sana. Karena itu, Abin memutuskan untuk menelepon Ibu dan Bapak istrinya itu, tapi sama saja, mereka bilang tidak tau keberadaan Aru.Tujuan terakhir Abin kali ini berlabuh pada Bundanya. Ia mendatangi rumah sang Bunda. Dan tidak beda, Aru juga tidak ada di sana. Lalu, dimana Aru?
"Timeline gue di Google Maps!" celetuk Abin tiba-tiba.
Buru-buru ia membuka aplikasi yang diluncurkan tanggal 8 Februari 2005 itu lalu melihat tempat mana saja yang ia kunjungi malam tadi.
"Hutan pinggir kota?" Kening cowok itu berkerut. "Perasaan gue gak ke sini tadi malem."
Daripada semakin kepalang bingung, Abin melajukan mobilnya ke tempat yang tertera di Google Maps. Saat sampai, matanya mengedar sana sini namun sama sekali tidak menemukan gadis yang sedang dicari. Saat siang hari begini saja tempat itu sepi, apalagi tengah malam saat Aru meringkuk sendirian dan menangis.
"Arunika, lo dimana?" teriak Abin menyisir seluruh bagian hutan yang ada di samping jalan.
Sedikit banyak Abin paham lokasi di sana, pasalnya rumah kosong yang menjadi markas Vaghelaz juga ada di dekat sana.
Tidak akan mudah mencari jikalau sendiri, maka dari itu Abin memutuskan untuk mengerahkan sahabatnya juga. Sebagai sahabat memang harus saling membantu.
VAGHELAZ ☠️
Anda
Ke pinggir kota 500 meter sebelum markas sekarang!
KAMU SEDANG MEMBACA
BINAR
Teen FictionBagaimana rasanya menikah saat SMA, terlebih dengan dia yang punya diri kedua? Cuplikan : "Kita buat sejarah baru, ujian akhir sambil bawa bayi kembar tiga, mau?" kata Abin memandang intens wajah Aru, istrinya. Abin itu humoris bahkan receh di kep...