Chapter 47 : Ketika Hati Yang Bicara
⚠️
Area 17+Dosa ditanggung masing-masing.
.....Jangan lupa vote dan komen ya 😍
Kasih awan juga ☁️
Oke, makasih.
Happy Reading ✨
•••
"Kepengen lagi, masa?"
•Abintara Zaireo Danadyaksa•
DRAP DRAP DRAP
Langkah kaki yang di-setting pelan mendatangkan suara mengendap-endap layaknya maling spesialis rumah kosong yang beraksi saat jam 4 subuh, hari ini. Sambil menahan sakit di lengan kanan, pemuda yang menyetting langkahnya pelan tadi merogoh kantongnya, berharap benda berbentuk kartu berwarna biru bisa membantunya untuk membuka pintu dan masuk dengan aman. Sial. Rupanya lelaki itu lupa membawa kartunya, sehingga pintu tidak bisa dibuka kecuali dari dalam. Dengan berat hati ia terpaksa tidur menyender di pintu sambil harap-harap cemas ketika istrinya memergoki keadaannya yang demikian.
Di sisi lain, gadis yang semalam tidur nyenyak dipelukan sang suami tiba-tiba bangun saat alarmnya baru akan berbunyi tiga menit lagi. Gadis berpiyama navy itu membuka matanya perlahan, menatap langit-langit kamar yang gelap karena lampu LED dimatikan. Tangannya segera meraba tempat saklar lampu itu dan sesegera mungkin menghidupkannya. Ketika nyawanya sudah terkumpul sempurna, ia baru menyadari kalau lelaki yang dipeluknya semalam sudah tidak ada di sana. Namun gadis itu belum terlalu cemas, mungkin saja orang yang dimaksud sedang di kamar mandi.
Dengan langkah kecilnya, sang gadis mengetuk tiga kali pintu kamar mandi. "Bin, lagi di dalem?"
"Abin, gue nanya loh," ulangnya.
Namun percuma, karena memang orang yang ia cari tidak ada di sana. Untuk lebih memastikan, Aru membuka pintu kamar mandi itu dan ternyata suaminya Abin tidak ada di dalamnya. Lantas gadis itu mencarinya di bagian apartemen yang lain, seperti; dapur, ruang tamu, kamar sebelah, bahkan kamar mandi kamar sebelah.
"Ck... Kemana sih?!"
Setelah ekspedisinya yang tak membuahkan hasil, Aru berinisiatif membuka pintu apartemen. Siapa tahu suaminya itu sedang membeli sarapan di jam 5 subuh, mungkin saja kan. Harus positive thinking.
.
.
.1
2
3
BRUK
Tubuh Abin yang menyender di pintu nyungsep ke lantai dengan estetik ketika Aru membuka pintu itu tiba-tiba. Aru menganga lebar karena kaget, sementara Abin mengerang kesakitan lantaran luka di lengannya mencium lantai tanpa aba-aba. Aru segera berjongkok untuk menolong suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINAR
Teen FictionBagaimana rasanya menikah saat SMA, terlebih dengan dia yang punya diri kedua? Cuplikan : "Kita buat sejarah baru, ujian akhir sambil bawa bayi kembar tiga, mau?" kata Abin memandang intens wajah Aru, istrinya. Abin itu humoris bahkan receh di kep...