|44| Pasrah Aja Lah

30.5K 4.2K 1K
                                    

Chapter 44 : Pasrah Aja Lah
...

Yuk ramaikan dengan vote dan komen 🤩

Pertama-tama taruh awan disini ya ☁️❤️

Rencana nikah umur berapa?

Oke, makasih.

Happy Reading ✨

•••

"Sejatinya kebohongan akan membuat dirimu ribet sendiri. Coba pikirkan!"

•BINAR STORY•

"Gue mau ikut, Bin!" tegas Aru untuk kesekian kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue mau ikut, Bin!" tegas Aru untuk kesekian kalinya. Setelah Abin keluar kamar mandi, Aru lanjut menodongnya dengan pertanyaan yang sama, tapi ada saja alasan Abin untuk tidak mengatakan hal yang sejujurnya. Dan sekarang cowok itu malah mau seenaknya pergi, tentu Aru tak membiarkan.

"Gak bisa, Ru, mendingan lo belajar di apartemen. Besok ada pelajaran Ekonomi kan?" tolak Abin berusaha menyampaikan argumen yang tepat.

Rencananya sore ini Abin akan menjenguk Sastra dan membicarakan langkah selanjutnya dengan yang lain. Tapi semuanya tentu akan gagal kalau Aru memaksa ikut. Maka dari itu sebisa mungkin Aru harus tetap ada di apartemen dan tidak ikut dengan Abin.

"Mana ada pelajaran Ekonomi besok. Besok juga gak ada ulangan, jadi gue harus ikut, titik!"

"Gak bisa, Sayang. Nurut ya sama suami." Abin maju satu langkah, mendekap Aru dan mengecup keningnya.

"Pasti ada rahasia yang ditutupi Abin," batin Aru menatap sinis sang suami. 

"Gue pergi dulu, ya. Daaa."

Belum sempat Abin menggerakkan gagang pintu, Aru menghadang dari arah depan. "Ikut, Sastra kan temen gue juga, plisss."

Cup

Cup

Cup

"Gemoy banget sih." Untuk membuat Aru lupa ke-kekeuhannya, Abin menciumi mata, pipi, dan kening gadis itu bergantian.

"IKUT ATAU LO GAK BOLEH SENTUH-SENTUH GUE LAGI?!" ancam Aru seraya mendorong kasar suaminya.

Abin yang sedari tadi sudah siap dengan jaket hitamnya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya udah—" pasrah aja lah. Sepertinya ini yang terbaik ketimbang terus menahannya agar tidak ikut, karena dengan melarangnya terus, Aru bisa makin curiga. Terlebih ancaman gadis itu yang membuat Abin mati kutu—mana bisa dia kalau tidak mencolek Aru sehari saja. 

"Gue naik motor tapi," beri tahu Abin pada Aru yang tidak suka dibonceng dengan motor sport suaminya. Pernah satu kali Aru hampir jatuh saat dibonceng Abin gara-gara menolak pegangan di perut cowok itu. Siapa tahu dengan ini niat Aru untuk ikut dengan Abin jadi batal.

BINAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang