|67| Aku Pergi, Ya?

35.6K 3.5K 1.6K
                                    

Chapter 67 : Aku Pergi, Ya?

☁️☁️☁️

•••

Apa kabar?

Selamat menunaikan ibadah puasa 🫶🏻

Beri awan ☁️

Komen 1K+ dong, setelah ini kan part ending dan kita berpisah huhu....

Komen 1K+ dong, setelah ini kan part ending dan kita berpisah huhu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Masih di hari yang sama, namun dengan jumlah orang yang berbeda. Tadi Abin sempat mengkoneksikan sahabat-sahabatnya agar datang ke rumah untuk meyakinkan Aru tentang pendakian mereka kali ini. Dan tadi juga, setelah Vaghelaz datang, Aru langsung menelpon Jana dan Aini, mengajaknya kesini untuk ikut kumpul bersama. Alhasil, mereka berdelapan ada di rumah Susi sekarang, lebih tepatnya di taman belakang. Abin sengaja memilih tempat terbuka hijau seperti yang ada di taman belakang, karena menurut psikologi, perasaan positif seseorang bisa sedikit terbantu dengan hijaunya tanaman.

"Tuh, Yang. Denger kan kata Saka, selama pendakian kita selalu sama-sama lagipula rutenya kurang lebih sama dengan gunung yang dulu kita daki," jelas Abin pada Aru yang duduk disampingnya. Tadi, Saka sudah menjelaskan panjang lebar tentang karakteristik Gunung Semeru, rutenya juga keamanannya.

Vaghelaz menatap Aru penuh pengharapan. Berharap agar Abin diizinkan ikut mendaki Semeru bersama mereka. Jana dan Aini yang ada di bangku seberang pun turut menunggu jawaban dari Aru.

"Tetep gak boleh!" Aru menggeleng cepat memperkuat keputusannya barusan.

Lima orang yang tadi menanti jawaban pun wajahnya berubah lesu, bahunya menurun, serta kepala tertunduk—tanda jika kecewa sedang berlari-larian di benak mereka.

"Guys, kalo Aru bilang gak boleh ya gak boleh, kasian dia kan lagi hamil. Masa sih suaminya di ajak keluyuran!" nasihat Jana. Sebagai perempuan, Jana juga bisa merasakan perasaan Aru, walau statusnya saat ini masih belum bersuami.

Mendengar lontaran itu, Aini tidak terkejut lagi, karena Jana sudah pernah menceritakannya jauh hari setelah persetujuan dari Aru—menceritakan tentang status Aru yang sudah menikah dengan Abin dan sekarang sedang hamil.

"Iya Mas-masnya jangan maksa toh, hargai Aru-nya," kata Aini mendorong argumen Jana barusan.

"Sayang, aku mau ngomong berdua sama kamu. Ikut aku yuk." Abin berdiri, menggandeng tangan Aru.

"Gue mau uwu-uwuan sama Ruru dulu, kalian boleh ngapain aja disini asal jangan injek polibag cabe punya Bunda," papar Abin sebelum membawa Aru menjauh. Semua mengiyakan, menyantap camilan ringan yang sudah disiapkan tuan rumah.

Sepuluh meter dari keberadaan para tamu, disitulah Abin dan Aru sekarang. Niatnya, suami Aru itu masih mau membujuk dan memberikan alasan yang tepat agar dirinya boleh ikut mendaki selama 6 hari. Melihat usahanya untuk mendapatkan izin, kita mulai tahu kalau Abin punya ambisi dalam hobinya.

BINAR Where stories live. Discover now