10

2.4K 315 41
                                    

Hujan turun dengan lebat saat mereka akhirnya sampai di gerbang Konoha. Ketiganya kompak mengerang tertahan saat melihat pakaiannya sudah basah kuyup akibat terguyur hujan. "Misi pertama sejak kembali, eh?" Si pirang menyeringai, air hujan mengalir di pangkal hidung dan rambutnya. "Bagaimana rasanya?"

"Basah." Sasuke menjawab dengan sederhana.

Naruto tertawa dan melambai kepada para penjaga yang mendorong gerbang berat itu hingga terbuka. "Hitomi-chan akan senang ketika dia tahu kau sudah kembali! Dia benar-benar marah padaku dan Kakashi-sensei saat tahu jika aku akan membawamu bersama kami ke Kumogakure, dia pikir kau akan meninggalkannya lagi."

Sasuke dengan santai menginjak permukaan genangan air sambil terus melangkah. Dia sedikit menggunakan Chakranya di bawah sendal agar sendalnya tidak basah oleh air. "Percayalah, ketika aku ingin pergi, aku akan pergi begitu cepat sehingga kau dan yang lain bahkan tidak tahu harus mulai mencari dari mana."

Naruto menggerutu dengan mata menyipit. "Jangan berkata seperti itu, Teme, itu akan membawa kesialan untukmu. Orang-orang bisa mendengarmu, lalu mereka akan memberi tahu Kakashi-sensei." Para penjaga sontak melompat dan kompak berkata tidak, tapi Naruto tetap mengernyit lucu. "Lihat, mereka pasti akan melakukannya."

"Masa bodoh." Mereka merunduk di bawah bagian depan toko yang tutup dan Sasuke membuka tudung jubahnya yang basah. "Ada apa denganmu dan Sakura? Kalian terlihat seperti dua orang idiot."

"Oi! Kami tidak idiot!" Naruto membela. "Kami hanyaㅡ kau tahu, kami akhirnya berkencan."

Sasuke memandang Naruto sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Kalau begitu, selamat." Dia mengibaskan tetesan air dari rambutnya. "Berhentilah menjadi berisik saat sedang kawin. Kalian seperti kucing." Wanita dengan rambut merah muda itu berjalan mendekat, tapi saat mendengar perkataan Sasuke dia terus berjalan dan berpura-pura tidak mendengarnya.

"Aw, lihat, dia mendengarmu! Berhentilah menjadi bajingan!" Naruto berkata sambil meninju bahu Sasuke dengan main-main sebelum akhirnya menyusul Sakura. "Sakura-chan~"

Sasuke melihat mereka menghilang saat berbelok dan kemudian dia mulai kembali melangkah ke tengah hujan.

Saat dia berkeliaran di jalanan yang kosong, Sasuke merasakan kesepian yang siap menghancurkannya. Kadang-kadang dia merindukan hari-hari di mana balas dendam dan amarah memanaskan jiwanya. Dia merasa sangat hampa sekarang. Dia tidak punya tempat, dia tidak punya siapa-siapa. Yah, mungkin dia memilikinya, tapi.. mereka hanyalah dua bocah genin dan satu anak berusia lima tahun yang berasal dari masa depan. Dan entah dia harus menyebutkannya miliknya atau milik masa depannya.

Memikirkan ketiga anak itu, ini adalah hari ke empat mereka tidak bertemu karena Sasuke pergi untuk Misi. Awalnya Hitomi memang melarangnya untuk pergi, namun Sasuke tetap pergi karena bagaimana pun juga dia merindukan suasana bermalam di alam terbuka seperti yang selalu dia lakukan beberapa tahun terakhir sebelum akhirnya kembali ke Konoha. Terlebih dia membutuhkan misi itu untuk mengalihkan sesuatu yang sedang menganggu pikirannya.

Seminggu telah berlalu semenjak Hanabi dinobatkan sebagai Heiress baru Hyuuga. Dan sudah seminggu pula Sasuke mengabaikan Hinata. Walaupun dia mencoba untuk tidak peduli dengan urusan Hyuuga, tapi ekspresi sedih Hinata saat hari itu benar-benar menganggunya. Dia bahkan sampai membuat dirinya sibuk dengan misi, namun akhirnya itu sia-sia karena wajah sedih itu selalu menerornya setiap waktu. Tentu saja Sasuke memiliki hal lain yang perlu dikhawatirkan. Namun akhir-akhir ini dia banyak memikirkan sulung Hyuuga, tetapi itu tidak berarti dia tertarik padanya secara pribadi, tidak sama sekali. Dia hanya... merasa simpati. Mungkin.

"Itu bukan urusanku." Untuk yang kesekian kalinya di hari ini dia mengingatkan dirinya sendiri bahwa urusan Hyuuga bukanlah urusannya.

Di satu sisi, itu membuatnya terlihat agak waras; selama beberapa tahun hidupnya adalah tentang kematian, perkelahian dan balas dendam. Balas dendam yang hampir memakannya hidup-hidup.

in-betweenWhere stories live. Discover now