Prologue + Info Penting [Wajib baca]

2.7K 182 104
                                    

Note: Dibaca ya, jangan dilewati. ^ ^

1: Ini cerita lama yang aku buat ulang, dan alurnya aku ubah. Sebelumnya sudah pernah dipublikasikan di akun lama aku [vereniaz], tapi karena reset data, semua catatan tentang alur yang sudah aku buat terhapus. :'( Dan akun [vereniaz], password-nya aku lupa, jadi nggak bisa dibuka lagi. Email juga ga bisa dibuka. #plak

2: Sebagian nama tokoh diubah.

3: Cerita TF yang sekarang merupakan gabungan ide lama yang masih melekat dan ide baru. Jadi akan ada banyak perubahan.

4: Selamat membaca & semoga suka. ✨

Prolog •

Tap tap tap

Langkah santai terdengar dari beberapa siswi yang berjalan beriringan. Mereka berhenti tepat di depan papan pengumuman, yang memuat pemberitahuan pembagian kelas di dalam lembaran kertas A4.

"Yeay! Kita satu kelas lagi!" seru Ferina, sangat bersemangat setelah melihat hasil pembagian kelas.

Semalaman gadis itu berdoa, supaya ditempatkan di kelas yang sama dengan ketiga temannya. Tentu saja dia tidak ingin terpisah karena sulit bergaul dengan orang baru.

"Seriusan? Yeay! Seru dong, satu kelas lagi!" pekik Hana bahagia.

Sementara Mila, menyeletuk dengan selipan nada gurauan di dalamnya. "Kalian heboh banget sih. Malas gue harus sekelas terus sama kalian."

Ela hanya diam melihat respon teman-temannya itu. Ia menatap kembali papan pengumuman, mengarahkan pandangannya ke kelas mana mereka ditempatkan.

Gadis itu menunjuk ke tulisan kelas 'sebelas IPA tiga', dimana mereka akan menempati kelas itu untuk dua semester kedepannya.

Sistem pembagian kelas di sekolah mereka memang acak. Jadi, murid dengan nilai tinggi belum tentu menempati kelas pertama, yaitu IPA satu. Di sekolah ini, tidak ada aturan seperti itu.

Setelah itu, jarinya bergerak ke arah lain, menunjuk murid terakhir yang juga ditempatkan di kelas sebelas IPA tiga.

Melihat kertas yang ditunjuk Ela, Hana terdiam sambil menatap serius. Namun, beberapa saat kemudian dia bertanya dengan nada bingung. "Kenapa?" Ia tidak dapat menebak maksud Ela.

"Jumlah murid di kelas kita hanya tiga belas orang. Kalau dilihat dari kelas lain, kurang lebih jumlah murid di kelas mereka sekitar empat puluh orang. Kenapa murid di kelas kita sepi?" tanya Ela tidak mengerti.

Hana seketika sadar dan mengangguk pelan. "Iya juga ya," gumamnya.

"Aneh," sahut Mila. Kening gadis itu berkerut, ikut menunjuk jumlah murid di kelas mereka dan membandingkannya kembali dengan kelas lain. "Kok kelas kita jadi terkesan dibeda-bedakan kayak gini!?"

Ferina mengangguk pelan. "Iya. Gue setuju sama Mila. Kenapa kelas kita beda sendiri kayak gi--" Ucapannya terhenti ketika ia menyadari bahwa beberapa nama murid di kelas mereka adalah juara umum semester lalu.

"KOK ADA ANDREW, CALEM, DANIEL, LYON-"

Ucapan Ferina terhenti paksa ketika Mila menutup mulutnya sambil menatap tajam. Hana pun ikut memberinya tatapan mematikan, sedangkan Ela memalingkan pandangan.

"Ssttt. Nama-nama yang lo sebut jadi natap ke sini, Talali!" omel Mila. Kemudian disambung oleh Hana. "Makanya jangan terlalu heboh!"

Ferina langsung menyingkirkan tangan Mila dan memutar bola matanya. "Iya, iya. Santai aja kali. Lagian gue cuma kaget aja. Mereka juara umum semester genap yang lalu, lho. Masuk lima besar seangkatan. Siapa yang nggak kaget coba? Apalagi mereka gantiin posisi kita! Sejujurnya, gue masih kurang terima. Dan yang terakhir, jangan panggil gue Talali! Nama gue Ferina. Kurang jelas? Lihat nih, name tag gue!"

"Bukannya Talali itu idola lo?" tanya Mila bingung.

"Dih, mana ada! Itu si Ela sembarangan kasih gue nama. Gue aja masih nggak tahu asal usul Talali!" elak Ferina, yang dibalas tatapan tak acuh Ela.

"Udah, guys. Cukup," lerai Hana. Sebenarnya dia suka pertengkaran. Tapi situasi saat ini kurang tepat, karena seorang siswi mendadak muncul.

"Kalian itu murid buangan," ujar siswi yang baru tiba itu.

"Sejak kapan murid buangan nilainya tinggi?" tanya Ela, menatap datar siswi di depannya. Ia tidak suka cara berbicaranya yang terlampau sok tahu.

"Lho, itu kan fakta? Kalian belum dengar berita ya? Kelas sebelas IPA tiga itu, sempat menjadi tempat salah satu siswi meninggal dengan cara gantung diri."

"Memangnya urusan lo, kalau kita belum dengar?" tanya Hana tidak santai.

"Bukan urusan gue sih. Tapi gue cuma mau ingatin kalian buat hati-hati. Kenapa? Karena biasanya orang yang bunuh diri itu sering gentayangan."

"Memangnya lo udah pernah bunuh diri sampai tahu kalau orang yang bunuh diri bakal gentayangan?" tanya Ferina, ikutan tak senang.

"Lagian, tahu darimana lo kalau murid yang dimaksud itu bunuh diri? Memangnya lo lihat sendiri?" tanya Mila juga.

"Bukannya udah jelas? Di berita sekolah udah dikasih tahu kalau murid itu bunuh diri dengan cara gantung diri."

Thrilling Feeling [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang