Chapter 09: Rasa takut

578 67 95
                                    

BRAKK

"Maaf gue nggak bisa," ujar Hana, tanpa berkata lebih panjang lagi, langsung beranjak pergi meninggalkan ketiga temannya.

"Duh, gimana nih. Hana marah?" tanya Ferina panik.

"Nggak," jawab Ela.

"Darimana lo tahu?" tanya Ferina antara bingung dan panik.

Ela hanya meliriknya sekilas. Di dalam hati, ia berkata. 'Karena gue tahu dia punya alasan yang membuat dia nggak berani hadapin kelebihannya sendiri.'

"Duh. Gara-gara gue ya? Gimana nih?" tanya Mila, lebih panik daripada Ferina.

Ferina menatap Mila. "Tenang Mil. Coba ikutin kata Ela aja dulu. Ucapan Ela belum pernah meleset. Mungkin Hana lagi butuh waktu untuk sendiri ...."

"Iya ... semoga aja Hana nggak marah sama gue. Gue yakin, dia nggak mungkin tega biarin hantu itu nggak dapat pertolongan," gumam Mila.

Melihat mereka masih panik, Ela hanya melirik sekilas kemudian berdiri. "Gue pergi dulu."

"Hah? Kemana?" tanya Ferina.

"Gue ikut--" Ucapan Ferina terhenti ketika mendengar bunyi perutnya sendiri. Ia tertawa malu, kemudian menoleh ke Mila. "Mil. Lo temanin gue makan dulu ya?"

•••

Sementara itu, Hana yang sedang dalam perjalanan menuju kelas mendadak menyesali keputusannya untuk pergi begitu saja. Dia berbalik, hendak kembali ke kantin tapi ragu. Akhirnya ia tetap meneruskan langkah menuju kelas dengan lesu.

"Duh. Gue keterlaluan nggak sih? Harusnya gue nggak langsung pergi gitu aja. Lagian Mila juga nggak maksa gue, kan?" Gadis itu berbicara sendiri, tampak menyesal. "Harusnya gue nggak langsung pergi gitu aja," ulangnya.

"Mila marah nggak ya?" tanyanya lagi entah ke siapa.

"Nggak."

"Hah?" Mendengar jawaban dari belakangnya, Hana dengan cepat berbalik. Tidak jauh dari belakangnya, Ela berjalan santai. "Lo kelamaan jalannya," ujar Ela, lalu melewatinya begitu saja dan memasuki kelas.

"Eh, sorry. Gue lagi banyak pikiran tadi. Mila benaran nggak marah sama gue?" tanya Hana, mengejar Ela.

Ela hanya mengangguk, lalu mengambil botol minumnya. Ia meneguk beberapa kali sebelum melanjutkan, "Gue tahu lo pasti punya alasan sendiri. Pergunakan waktu lo untuk memutuskan. Terlepas dari lo mau nolong hantu itu atau nggak, itu hak lo."

Hana mengangguk pelan. Helaan nafas terdengar dari gadis itu. Ia tampak berpikir keras ketika kembali ke tempat duduknya.

"PERHATIAN SEMUANYA!"

Calem berdiri di depan kelas, memukul meja guru beberapa kali. "ADA INFO PENTING YANG PERLU GUE SAMPAIKAN KE KALIAN," lanjutnya lagi dengan suara heboh.

Daniel hanya menepuk dahi, frustrasi memiliki teman seperti itu. Sementara Andrew ikutan heboh memeriahkan suasana kelas.

"INFO PENTING APAAN?" tanyanya membalas dengan suara yang tidak kalah keras.

Lyon mendengarkan dengan malas, sedikit bingung harus mendengarkan suara yang mana. Lagu yang mengalun melalui earphone nya atau suara berisik Andrew dan Calem? Dia sudah mencoba mengeraskan suara lagu di handphonenya beberapa kali, tapi tetap saja suara Andrew dan Calem terdengar.

Sementara itu, Dixon menatap lurus ke Calem. Di dalam hati, ia bertanya-tanya, informasi penting apa yang ingin disampaikan Calem? Kenapa ia selaku ketua kelas tidak mengetahui ada informasi penting?

Thrilling Feeling [on going]Where stories live. Discover now