Chapter 10: Tentang Lauren

606 78 90
                                    

Begitu Ferina dan Mila kembali ke kelas, mereka kebingungan melihat hampir seluruh kelas menatap ke Andrew. Kedua gadis itu langsung duduk di tempatnya, ingin menanyakan apa yang terjadi.

"La, itu kenapa pada ngelihatin Andrew?" tanya Mila, berbalik.

"Dia ketakutan dengar cerita Calem," jawab Ela, kemudian sibuk kembali dengan handphonenya.

Gadis itu memang sering menghabiskan waktu dengan handphone kesayangannya untuk menulis cerita. Bahkan, ia memiliki harapan dapat menjadi penulis yang menginspirasi di masa depan.

Mila mengangguk pelan tanda mengerti. Melihat itu, Ferina pun menanyakan apa yang terjadi pada Mila dan Mila mengulang jawaban Ela. Ferina akhirnya mengerti dan melirik kembali ke Andrew. Ia pun melirik ke Hana yang fokus memperhatikan Andrew.

Ferina terbatuk-batuk. "Ini gue salah lihat, kan? Kayaknya nggak mungkin Hana suka sama Andrew. Udah lah, mungkin dia cuma khawatir ...."

Bertepatan dengan Ferina yang berbicara di dalam hati, seorang guru memasuki kelas. Seisi kelas menatap guru itu, sedangkan yang ditatap fokus melangkah sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas. Keningnya tampak berkerut dan tatapan matanya tajam. Tidak ada senyum di wajahnya ketika ia duduk di meja guru dan meminta ketua kelas menyiapkan kelas.

"Berdiri!"

"Suara gue kedengaran kan? Gue udah sebisa mungkin keraskan suara gue ...," batin Dixon.

Satu persatu murid berdiri, dimulai dari Ela. Mereka hanya mengikuti gadis itu berdiri dan selanjutnya mengucapkan salam karena tidak mendengar suara Dixon. Untunglah guru di depan tampaknya tidak memperhatikan hal itu. Dia membuka bukunya, lalu mengeluarkan pen.

Sementara itu, murid yang tempat duduknya jauh dari Dixon, mengernyitkan dahi. Salah satunya Helena. "Ini belum disiapkan atau udah sih? Kok pada berdiri? Pasti suara Dixon kekecilan lagi. Ck. Gue harus manfaatkan ini untuk mengajukan penukaran anggota pengurus kelas. Ya pikir aja sih, nggak mungkin juga Bu Luna akan mempertahankan Dixon sebagai ketua kelas kalau suaranya terlalu pelan. Cih, nggak kayak cowok."

"Baik. Pagi semuanya. Apa di kelas ini sudah ada yang kenal dengan ibu? Sepertinya belum ya, karena ibu tidak mengajar di kelas sepuluh seperti Bu Luna. Mungkin beberapa dari kalian sudah tahu, kalau Bu Luna itu sempat mengajar di kelas sepuluh sebagai wali kelas di sepuluh IPA dua. Walau begitu, tidak semua kelas sepuluh mendapat bagian diajar oleh Bu Luna. Berbicara tentang kelas sepuluh IPA dua, ibu jadi pengin cerita, tapi nanti."

"Oke, ibu langsung saja, perkenalkan nama Ibu July, mengajar mapel matematika. Tapi hari ini kita ngobrol santai aja sekalian ibu kenalan satu persatu dengan kalian semua," lanjut Bu July.

Bu July langsung menunjuk satu persatu murid agar berdiri dan memperkenalkan nama secara bergiliran hingga semua mendapat bagian. Setelah selesai, ia menyatukan kedua tangannya, menatap ke seluruh kelas. "Sudah siap dengar ceritanya?"

"Sudah, Bu!"

"Baik. Apa kalian tahu kelas apa ini?" tanya Bu July terlebih dahulu.

"Sebelas IPA tiga," jawab Helena cepat.

"Iya. Lalu apa kalian sudah mendengar apa yang sempat terjadi di kelas ini?" tanya Bu July lagi.

"Kelas ini dijadikan sebagai tempat gantung diri," jawab Ela, sesuai dengan yang pernah didengarnya.

"Benar. Jadi ini yang ingin ibu bahas. Pertama-tama, apa kalian kenal dengan Lauren?"

Andrew dengan cepat berbalik, menoleh ke belakang Hana dimana terdapat Lyon yang duduk diam tampak malas mendengarkan.

Thrilling Feeling [on going]Where stories live. Discover now