8. Terjebak Nostalgia

485 122 50
                                    

"Jek?". Panggil Mario tepat didepan pintu ruang UKM Taekwondo. Jeka menarik sebelah alisnya seakan bertanya ada urusan apa sampai-sampai Mario mencegatnya seperti itu. Unaya sedang ke toilet, rapi-rapi katanya karena risih badannya kotor dan lengket gara-gara habis kerja rodi.

"Boleh ngomong bentar?". Ujar Mario dengan tatapan penuh harap. Jeka sebenarnya sudah curiga, Mario kalau sudah natap kayak gitu pasti ada maunya.

"Duluan Bos, Yo". Pamit Jimi diikuti Victor. Jeka sempat menahan tubuh Victor yang hampir limbung gara-gara menggendong Ririn. Tenaga Ririn sudah terkuras habis gara-gara mungutin batu bata tadi, alhasil mama muda itu nemplok manja dipunggung suaminya bak tak punya tulang.

"Ati-ati, kalo gak kuat jual aja bini lo buat bayar kredit panci". Canda Jeka sambil terkekeh melihat Ririn hendak mengangkat jari tengahnya tapi sudah tak berdaya. Jeka geleng-geleng kepala kemudian kembali mengalihkan tatapannya kearah Mario.

"Ada apa?". Tanya Jeka langsung. Pemuda itu menyender di tembok sembari bersedekap dada. Mario terlihat gusar, pemuda jangkung itu menjilat bibirnya sebelum menjawab.

"Gini Jek, sebelumnya gue mau minta maaf. Sorry banget gue...".

"Oh, gue udah tahu. Lo mau minjem duit lagi?". Jeka memotong perkataan Mario karena pemuda itu sudah menebak sebelumnya. Mario tidak akan pernah mengajaknya bicara empat mata kecuali kalau lagi butuh uang. Dan sepertinya tebakan Jeka benar, terlihat pemuda didepannya ini menatapnya tak enak.

"Sorry, lo sampai udah hafal gitu". Kekeh Mario sambil menggaruk tengkuknya canggung. Jeka memasang raut wajah tak suka. Siapa juga yang suka dimintai uang terus-terusan terlebih orang yang minta bukan keluarganya. Iya tahu kalau Mario ini calon-nya Yeri, tapi masih calon kan? Belum sah iparan.

"Gini lho Yo. Gue emang orangnya loyal, santai sama temen apalagi lo calonnya adik gue. Tapi bukan berarti lo bisa seenaknya sama gue. Sorry nih, lo tuh dibaikin tapi malah ngelunjak ya. Adik gue aja gak pernah berani minta duit ke gue". Kata Jeka cukup pedas sukses membuat Mario menahan kesal. Apalagi wajah Jeka seakan mengejek dirinya, tapi karena ia yang sedang butuh, maka Mario tahan-tahan emosi.

"Iya gue tahu Jek. Gue emang gak punya malu minjem-minjem duit mulu ke lo...".

"Ralat! Bukan minjem, tapi minta. Lo bilangnya minjem tapi duit gue gak pernah balik". Potong Jeka sadis. Mario meneguk ludahnya susah payah, pemuda itu menarik nafas panjang. Kalau bukan karena Yeri yang gak punya uang, sudah pasti Mario tidak akan sudi minta-minta begini ke Jeka.

"Gue minta juga buat modal usaha Jek, gak buat yang macem-macem". Bohong Mario yang membuat Jeka berdecak malas.

"Halah, pola lo udah kebaca. Bilangnya minjem duit buat modal usaha tapi pas ditanyain wujud usahanya mana, jawabnya bangkrut. Lo pikir gue goblok ha?". Nada bicara Jeka sudah naik satu oktaf, pemuda itu juga menegakkan tubuhnya karena sudah geram sekali dengan Mario.

"Kalo adik lo ada duit, gue juga gak bakal minta-minta ke-lo Sat!". Ujar Mario keceplosan. Jeka langsung membulatkan matanya, kaget sekali karena baru mengetahui fakta jika Mario meminta uang ke-Yeri.

"Eh? Jek... Jek, gak gitu. Dengerin dulu". Mario panik begitu melihat aura Jeka yang sudah tidak mengenakan. Apalagi Jeka langsung menarik kerah bajunya dan mendorongnya ke tembok.

"Ngomong apa lo barusan?!". Desis Jeka. Mario memejamkan matanya menahan sakit begitu punggungnya menabrak tembok. Jeka mode gahar memang perlu diwaspadai.

"Gak kok Jek, gue... Uhuk...". Jeka sama sekali tidak membiarkan Mario bicara, pemuda itu meletakkan lengannya dileher Mario hingga siempunya tidak bisa bernafas.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Où les histoires vivent. Découvrez maintenant