32. Saling Terbuka

3.3K 788 1.1K
                                    

"Pelan-pelan aja makannya, nanti tersedak". Tegur Jeka sembari mencubit kecil pipi tembam Unaya. Gadis satu itu makannya sungguh lahap bahkan sampai pipinya menggembung.

"Enak sih... Uhuk-Uhuk!". Unaya memuntahkan sop yang penuh dimulutnya kemudian mengusap-usap lehernya, tenggorokannya jadi perih. Jeka berdecak kemudian dengan sigap mengulurkan botol minum kearah Unaya.

"Nah kan baru juga ditegur". Omel Jeka sembari memijit tengkuk Unaya. Unaya meneguk air dengan kasar sebelum menjawab.

"Ihhh! Loe sih ngomongnya ngawur. Kata-kata itu adalah doa, jadi gue tersedak gara-gara omongan loe!". Omel Unaya balik yang membuat Jeka menghembuskan nafasnya. Sabar ae lah, cowok kan selalu salah dimata cewek. Begitulah batin Jeka.

"Unaya jodoh gue, Unaya jodoh gue, Unaya jodoh gue. Kira-kira loe beneran bakal jadi jodoh gue gak ya?". Canda Jeka. Unaya terbahak kemudian menabok lengan pemuda itu.

"Hahaha. Semoga". Sahut Unaya.

"Mungkin ini kedengeran cheesy dan lebay. Tapi sumpah mati, gue gak akan nikah kalau bukan sama loe". Kata Jeka sembari menggenggam tangan Unaya. Sorot mata Jeka terlihat sungguh-sungguh, Unaya tersenyum lembut dan membalas genggaman tangan pemuda itu.

"Kita masih SMA Jeka, perjalanan kita masih panjang. Setelah ini bakal ada dunia kuliah dan dunia kerja, loe yakin gak akan oleng kalo ketemu orang-orang baru di dunia selanjutnya?". Tanya Unaya. Gadis itu sama sekali tidak pernah memikirkan jika hubungan anak SMA adalah sebuah keseriusan. Jikalau kelak hubungannya dengan Jeka berakhir, ia tidak ingin terlarut hingga merugikan dirinya sendiri. Baginya saat ini ia sedang belajar caranya mencintai dan merasakan bagaimana dicintai dengan tulus. Hubungannya dengan Jeka adalah hal baru bagi Unaya.

"Loe pasti mikir kalau gue gak ada serius-seriusnya sama loe, gue tahu apa yang ada diotak loe. Tapi asal loe tahu aja, sebelum sama loe gue udah pernah ngejalin hubungan sama beberapa cewek dan gak ada yang kayak loe. Gue tipe cowok yang mudah bosen Unaya, tapi ada seseorang yang bikin gue berhenti main cewek. Orang itu...". Jeka terlihat tidak sanggup melanjutkan perkataannya, mata pemuda itu berkaca-kaca.

"Chaca?". Tebak Unaya. Mendengar nama Chaca disebut membuat Jeka menatap Unaya dengan wajah terkejut.

"Darimana loe tahu soal Chaca?". Tanya Jeka. Unaya menatap Jeka lurus-lurus, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mengklarifikasi tuduhan Helena jika Jeka yang menyebabkan Chaca nekat bunuh diri.

"Jadi tadi pas di mobil...". Dan mengalirlah cerita Unaya tentang Chaca yang ia ketahui dari Helena. Jeka mendengarkan cerita Unaya dengan seksama dan sesekali terisak karena sungguh merasa bersalah telah menyakiti Chaca saat itu. Unaya rasanya tidak tega melihat Jeka menangis namun gadis itu terus menceritakan sampai selesai.

Unaya merangkul leher Jeka dan memeluk pemuda itu setelah ceritanya selesai. Jeka menangis dibahu Unaya sebelum berkata "Gue bakal cerita yang sejujurnya ke loe, dan setelah ini gue ikhlas kalo loe mau ngejauh dari gue Unaya". Cicit Jeka. Sejujurnya Unaya takut mendengarkan kejujuran dari Jeka, tapi lebih baik ia tahu sekarang daripada belakangan. Dan lagi ia tidak mau termakan hasutan Helena lebih dari ini.

"Heum...". Gumam Unaya dan membiarkan Jeka menangis dipelukannya.

"Dulu pas SMP gue Playboy, tiap bulan ganti cewek. Hingga dibulan ke duabelas, Chaca jadi korban terakhir gue. Selama macarin dua belas cewek itu, gak ada yang bikin gue jatuh cinta. Chaca adik Mario, dulu gue sama Mario temenan baik pas SMP. Suatu hari gue mulai bosen sama Chaca, ini emang salah gue. Gue putusin Chaca sambil bawa cewek baru. Gue gak tahu kalau efek-nya bakal bikin dia sefrustasi itu hingga akhirnya bunuh diri, Unaya hiks...hiks...". Unaya ikut menitikan air matanya, tangis Jeka terdengar pilu. Gadis itu tahu jika Jeka sangat terpukul dengan kematian Chaca, pemuda itu merasa berdosa seumur hidupnya.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Where stories live. Discover now