Suasana ruang rawat Unaya begitu ramai, keluarga dan teman dekatnya berkumpul untuk menjadi saksi pernikahannya. Namun ia sama sekali tidak ikut larut dalam canda tawa itu, ia hanya sesekali tersenyum dan menjawab seadanya ketika ditanya. Unaya lebih tertarik pada sebuah buku yang ia bawa, sebuah buku yang direkomendasikan oleh psikolognya. Namanya dokter Jihan.
Unaya suka dokter Jihan, meski ia diam dan enggan bicara banyak namun gadis itu paham apa yang ia rasakan. Dokter Jihan tahu apa yang ia takutkan kala pernikahan ini benar-benar terlaksana. Unaya masih takut Jeka kecewa padanya, Unaya juga takut Jeka menikahinya hanya karena kasihan. Kalau bukan karena nasehat dari dokter Jihan, mungkin hari ini akan ada pengantin yang kabur. Omong-omong buku yang direkomendasikan dokter Jihan adalah buku tentang betapa berharganya kita sebagai manusia dan cara mencintai diri sendiri.
Dokter Jihan menyembuhkan bukan dengan paksaan, namun ia sengaja meminta Unaya untuk membaca buku yang sesuai dengan keadaannya agar gadis itu bisa memahami masalahnya sendiri. Harapannya gadis itu akan sembuh dengan sendirinya. Namun tetap saja jika Unaya butuh teman cerita, dokter Jihan akan menyediakan waktu untuknya.
Jujur semenjak kejadian itu hidup Unaya seperti kosong, ia mau menikah hari ini tapi rasanya hampa. Entah ini yang namanya kebahagiaan atau bukan, yang jelas ia tak merasakan apapun. Unaya seperti sibuk dengan dunianya sendiri, bak tak ada orang disekitarnya. Itulah yang membuat keluarganya sedih. Unaya yang ceria sudah menghilang.
"Baca buku mulu. Hari ini Lo mau menikah! Smile...". Ririn merebut buku yang baru dibaca Unaya kemudian menyembunyikannya dibelakang tubuhnya. Unaya tersenyum seperti perintah Ririn namun dipaksakan. Ririn yang kesal pun menarik ujung bibir Unaya dengan tangannya.
"Lo bahagia gak sih?". Bisik Ririn tepat didepan wajah Unaya. Takut ada yang mendengar dan malah menghancurkan acara ini.
"Ini bukan pernikahan impian gue". Sahut Unaya. Gadis itu menghela nafas panjang. Ia ingin menikah dengan perasaan lega, tanpa takut apapun. Saat ini waktunya kurang tepat, tapi kata Jeka tidak bisa ditunda lagi. Pemuda itu takut akan aral yang menghadang didepan sana kalau tidak disegerakan.
"Gue paham. Besok kalau Lo udah sembuh, gelar pesta resepsi seperti apa yang Lo mau. Hari ini Lo harus bahagia. Lo gak akan nyesel nikah sama Jeka, Na". Ririn menggedikan dagunya ke arah Jeka yang sudah tampil rapi dengan rambut disisir kebelakang. Pakai kemeja putih, meski sederhana namun jantung Unaya berdetak kencang karenanya.
Karena mendadak wajahnya memerah, Unaya pun menundukan kepalanya. Ririn yang melihat terkekeh sendiri.
"Ganteng banget gak sih calon suami Lo?". Goda Ririn.
"Ishhh... Ririn! Gue malah insecure. Lihat nih penampilan gue gak banget. Kucel, jelek". Rengek Unaya. Tadi sebenarnya Sonia hendak memanggil tukang make up, tapi karena Unaya masih takut bertemu dengan orang asing maka diurungkan. Toh Jeka tidak mempermasalahkannya, yang penting pernikahannya sah dimata hukum dan agama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangsat Boys (Book 1&2)✔️
Teen Fiction(Selesai) I'm the leader of Bangsat Boys- JK ⚠️WARNING: 1. Terdapat banyak kata-kata kasar! 2. Buku ini berisi Book 1; Bangsat Boys dan Book 2; Ex-Bangsat Boys Book 1 Started: 16/05/20 End: 18/11/20 Book 2 Started: 12/05/21 End: 14/09/21