Sisi Lain

544 131 8
                                    

Cuaca siang ini sangat terik. Sinar matahari tepat ada di atas kepala manusia yang kini sibuk berlalu lalang di luar. Hawa panas yang sedang menyelimuti kota siang ini tak membuat aktivitas masyarakat jadi terhenti. Buktinya, mobilitas tetap berjalan seperti biasa. Tak ada yang beda.

Seperti orang lain yang sibuk dengan urusan masing-masing. Audy juga kini sedang sibuk dengan urusannya. Lebih tepatnya urusan perutnya. Sudah dari setengah jam lalu perutnya mengeluarkan bunyi keroncongan. Hari ini jadwal kuliahnya hanya ada dua mata kuliah, sehingga ia bisa pulang lebih awal. Sebenarnya sudah dari setengah jam lalu kelas telah usai, tapi Audy justru memilih untuk pergi ke perpustakaan untuk membaca buku sebentar. Alhasil, baru sekarang ia keluar dan pulang.

Di depan perpustakaan, Audy berdiri sembari memegangi perutnya yang masih keroncongan. Ia lapar. Tadi pagi ia hanya minum susu. Jujur, yang Audy inginkan saat ini hanyalah pulang ke rumah dan makan masakan Bi Asih asisten rumah tangga di rumahnya. Tapi sepertinya perutnya kali ini tak bisa diajak kompromi. Akhirnya Audy memilih mencari jajanan di luar kampus untuk mengganjal perutnya.






Audy jalan santai menuju halaman luar kampusnya. Sebelum ke tujuan awal, ia sengaja mampir terlebih dahulu ke gerai ATM di sana untuk tarik tunai.

Setelah itu Audy mulai berjalan ke arah deretan penjual makanan di pinggir jalan kampusnya sembari memilih menu apa yang akan ia beli untuk menenangkan bunyi perutnya.







Langkahnya terhenti di depan gerobak siomay yang tak begitu ramai. Hanya ada beberapa mahasiswi yang baru selesai makan dan sedang membayar. Audy pun memilih untuk makan di sana, selain ia ingin makan siomay ia memilih tempat ini karena tidak terlalu ramai. Hanya ada dirinya saja setelah beberapa mahasiswi tadi pergi.

"Siomaynya satu porsi ya, Pak. Ga usah pake pare." pesan Audy.

"Baik, Mbak."




Tak lama pesanannya datang.

"Minumnya sekalian, Mbak?" tawar si penjual.

"Ada minumnya juga, Pak?"

Si bapak menggeleng, "Engga ada sih, Mbak. Tapi kalo mbaknya mau bisa saya beliin itu di situ.." ucapnya seraya menunjuk penjual minuman tak jauh dari gerobaknya.

Audy tersenyum singkat lalu menggeleng, "Ga usah, Pak.. Saya udah ada minum.." tolaknya halus.

Si bapak mengangguk paham, lalu memilih duduk di dekat gerobaknya. Kegiatannya saat ini, menghitung pendapatan.

Audy fokus menyantap satu porsi siomay di hadapannya. Mungkin karena lapar, ia sampai tak mengedarkan pandangannya ke arah lain. Ia hanya fokus pada suap demi suap siomay yang masuk ke mulutnya. Sampai satu suara menginterupsi kegiatannya.








"Laris, Pak?"



Suara berat milik seorang laki-laki itu mengalihkan perhatian Audy dari makanan di hadapannya. Audy mendongak, lalu terkejut sendiri dengan apa yang dilihatnya saat ini.




"Mas Dewa!? Ya Allah ngagetin saya aja si mas.."




Bukan, itu bukan suara Audy melainkan si bapak penjual siomay yang terkejut akan kedatangan Dewa saat ia tengah asyik menghitung hasil penjualannya.

Audy cukup terkejut dengan kehadiran Dewa. Dilihatnya Dewa yang berdiri menyender gerobak kini tersenyum lembut ke arah bapak penjual siomay. Senyumannya begitu tulus, menurut Audy. Audy jadi berpikir, ada urusan apa Dewa di sini? Bukannya dia anak Teknik? Sedang apa dia ada lingkungan Hukum?

"Jangan takut dong, Pak.. Emang saya preman.." canda Dewa lalu duduk di sebelah Audy.

Jangan bayangkan mereka berdua duduk bersebelahan secara dekat ya. Ada jarak dua kursi di antara mereka. Lagipula ada urusan apa Dewa tiba-tiba mendekati Audy, kenal saja nggak

Better OffWhere stories live. Discover now