EU's POV:
Malam ini aku melakukan sesuatu yang sangat tidak ku sangka-sangka, aku membunuh salah satu anak murid ku untuk kedua kalinya. Aku terpaksa melakukannya. Ini untuk kebaikan mereka dan juga "dia"
Aku mengangkat tubuh pemuda kecil yang kini sudah tidak berdaya, aku merasa ingin menangis. Dia sebenarnya anak yang baik, namun karena 'dia'. Hidupnya malah akan semakin suram, lebih baik aku membawanya pergi dari dunia selamanya
"Maafkan aku indonesia.. tapi ini demi kebaikanmu.. juga keluarga mu.."
Ucapku lirih, tak berdaya melihat sesosok pemuda manis bersimbah darah di pangkuannya. Aku sadar diri, selama ini aku juga selalu berprilaku buruk terhadap nya memang kedengarannya aku gila karena menolong seseorang dengan cara seperti ini.
Tapi hanya cara inilah yang bisa menyalakan dirinya sendiri dari seseorang berkelainan mental, aku sedikit meneteskan air mata. Aku merasa menyesal dan bersalah, namun disisi lain aku juga lega karena dengan ini kegilaan 'dia' akan perlahan menghilang
Aku membawa tubuh itu ke arah sungai, untuk saja ini sudah larut malam jadi tidak seseorang yang berlalu larang. Aku mengecup keningnya pelan, setidaknya itu penghormatan terakhir ku padanya
"Tidurlah yang nyenyak, kau anak yang baik juga kuat..."
Ucap ku dengan lirih, aku mulai menurunkan jasadnya ke sungai dengan perlahan. Dan sungai pun membawanya pergi menjauh dariku, aku berdoa untuk nya semoga dia tenang di alam sana
"Sekali lagi, maafkan aku.. maaf juga ini bentuk protesku terhadap ayahmu..."
Aku mulai berlalu pergi, meninggal tempat dimana aku 'menaruh' tubuh personifikasi kecil yang manis itu. Walau aku merasa bersedih tapi aku juga merasa senang, entah kenapa tapi rasanya dendam ku terbalaskan..
Ya, aku punya dendam dengan ayahnya. Dia bukan ayah kadung Indonesia melainkan ayah asuhnya, dia begitu menyebalkan. Sikapnya yang dingin dan arogan membuat ku jengkel
Terlebih lagi, dia adalah salah satu orang yang pernah bermasalah denganku. Kalian tidak perlu tau apa masalahnya, ini masalah pribadiku dengannya pergilah dan urus-urusan mu sendiri jangan banyak tanya!
Ah, maafkan aku karena ketidak sopananku. Inilah aku emosiku jarang sekali terkontrol stabil, aku bisa tiba-tiba marah, sedih, kesal, senang, dalam jangka waktu yang berbeda-beda
Aku tidak tau kenapa, namun aku berusaha untuk berlagak seakan-akan aku tidak punya masalah mental apapun. Yang benar saja, siapa yang mau dijadikan bahan olok-olokan hah?
Aku pulang kerumah ku yang sangat sepi, mungkin yang lain sedang tertidur. Syukurlah aku tidak mau membuat semua orang jadi takut karena aku berlumuran darah, aku membersihkan badan dan pakaianku lalu mulai bersiap untuk tidur
Aku menatap langit-langit dengan wajah datar, pikiranku masih memikirkan personifikasi yang ku ambil nyawanya. Anak yang malang... kalau seandainya tidak ada orang gila di rumahku mungkin aku akan mengambil hak asuh ayahnya saja agar dia tidak harus meregang nyawa
Aku memang tidak terlalu mengenalnya tapi terkadang aku turut prihatin padannya.
menghela nafas berat, lalu mulai memejamkan mataku untuk tertidur. Bagaimana pun aku harus bersiap akting di sekolahanEU's POV end
......
"Sudah ku duga dia akan membuangnya disini"Ucap UN dengan nada datar sambil melihat jasad seorang personifikasi yang kini bajunya tersangkut oleh ranting-ranting pohon disana, UN mengangkat tubuh mungil pemuda itu lalu melihat keadaan jasadnya yang bisa dibilang mengerikan
YOU ARE READING
The guardian (AU)
FanfictionIndonesia, personifikasi negara yang begitu di benci oleh hampir semua personifikasi. entah dia salah atau tidak, dia akan mendapatkan terus cobaan dan makian dari orang sekitar namun semua berubah ketika seseorang, menawarkan bantuannya dengan syar...