11. a father's instinct

2.4K 300 127
                                    

Asean, kini tengah termenung didalam kamarnya. Dia terus-menerus memikirkan Indonesia, anaknya yang tanpa sengaja (?) Ia rusak mentalnya. Membuatnya berlalu dalam kesedihan yang mendalam.

Beberapa hari ini, Asean selalu di ikuti perasaan cemas terhadap anaknya itu. Walau memang mereka tidak punya hubungan darah, namun namanya seorang ayah Pasti punya insting tersendiri kepada anaknya. Iyakan?

Asean ingin sekali membicarakan masalah beberapa minggu yang lalu dengan anaknya itu, namun ia sendiri takut untuk menemui anaknya. Ia takut ia malah akan mengacaukan semuanya lagi. Sama seperti waktu itu, terkadang Asean menangis memikirkan salah satu anaknya yang kini membenci nya

Saking merasa sedih nya, Asean mirip seperti orang depresi. Ia jarang bahkan hampir tidak pernah keluar dari ruangannya (kecuali ada keperluan), ia tidak menyantap makanannya dan hanya terus meminum segelas air. Ini membuat anak-anak nya yang lain cemas.

"Bagaimana ini?, Apa yang harus kita lakukan agar papa bisa kembali?"

Ucap Brunei, kepada yang lainnya. Yah anak-anak Asean yang lain tengah berkumpul membahas tentang keadaan Asean

"Kita harus panggil Indonesia kesini"

Ucap Thailand, selaku kakak tertua di keluarga ini.

"Tapi bagaimana caranya?"

Ucap Philippines, tidak akan mudah bagi mereka mengajak Indonesia kembali ke rumah karena perdebatan nya dengan ayahnya Minggu Lalu

(Btw, pas awal-awal aku bikin cerita ini Philippines cewe atau cowo sih? Lupa:") )

"Ya, tidak akan mudah membujuknya mengunjungi papa saat ini"

Ucap Malaysia, yang sedikit rindu dengan kakaknya itu. Ulalalala keluarga yang indah hm

"Aku tidak percaya akan mengatakan ini tapi, ayo kunjungi dia. Brunei, Malay kalian tau tempat dimana Indonesia tinggal sekarang kan?"

Ucap Singapore kepada kedua adiknya, kedua adiknya itu mengangguk namun Myanmar melontarkan pertanyaan.

"Bagaimana kita akan membujuknya? Dia tidak akan memaafkan kita begitu saja"

"Ah, kita coba bicarakan ini dengannya secara baik-baik. Dia mungkin akan mendengarkan kita"

Ucap Vietnam menimpali pertanyaan Myanmar

"Ya, kalau memang dia tidak mau bertemu dengan kita. Ada Brunei dan Malay yang bisa berbicara dengannya bukan?"

"Hm, kau benar Laos. Yasudah ayo kita pergi" -cambodia

"Tapi, bagaimana dengan papa?. Kita akan meninggalkan nya?"

Mendengar ucapan Brunei, semuanya langsung mengarah ke arah ruangan Asean. Mereka tidak mungkin meninggalkan ayahnya sendiri tapi juga mereka perlu keluar untuk membawa Indonesia ke Asean

"Singapore, malay, Brunei. Kalian saja yang menemui Indonesia, kami akan menjaga papa"

Ucap Thailand, dan di setujui oleh adik-adiknya yang lain. Karena sudah sepakat Singapore, Brunei dan Malaysia bersiap-siap untuk pergi ke apartemen Indonesia.

...

Tok! Tok! Tok!

"Kakak!, Ini aku Brunei kak! Kakak!"

Ucap Brunei mengetuk pintu apartemen milik Indonesia, namun tidak ada jawaban dari dalam. Malaysia menelfon kakaknya itu berkali-kali tapi tidak berhasil mendapat jawaban.

"Bagaimana, kak? Apa dia menjawabnya?"

Ucap Brunei kepada Malaysia, Malaysia menggelengkan kepalanya. Brunei menghela nafas dan mulai berpikiran buruk.

The guardian (AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang