11 || Arcade

140 20 6
                                    

Pov Jaehyun

Entah kenapa semua orang yang ada dimeja makan memandang ku, seolah-olah hanya aku saja yang menjadi tersangka utama.

"Jadi? Bagaimana mau tidak?" Pertegas paman padaku saat ini.

"Hahaha" bukan nya ada ya pasal tindakan tidak menyenangkan" tegas tatapan ku pada paman juga.

Aku bahkan sudah tegap memasang badan, jikalau aku akan mendapatkan jurus taekwondo atau jujitsu dari paman, aku tidak perduli itu, menurut ku dia sudah keterlaluan, apa-apaan ini mengatur hidup ku semaunya sendiri.

"Hmmm, dasar anak nakal" gumam paman.

"Yeobo"

"Iya sayang? Tanya bibi Yoona.

"Mulai sekarang juga pasang tarif untuk sarapan, makan siang, malam, dan juga tidur di rumah kita" gertak paman seunggi.

Di dalam hati aku hanya bisa berkata, "akh sial, orang tua ini".

Ayah yang memperhatikan paman hanya bisa berkata.

"Seunggi, sudah jangan seperti itu, maaf kan aku dan anak ku, yah". Memelas ayah pada paman saat ini.

"Tidak, tidak, aku tidak mau" paman mulai melipat kedua tangan nya sambil terus memandang ku.

Perasaan ku saat ini tidak karuan, antara mau marah tapi tidak berdaya, mau melawan aku pun tidak punya uang untuk sewa rumah dan naik kendaraan ke kampus.

Huh, kasihan sekali hidup ku ini, apa aku harus benar-benar membenci semua orang?

Sedangkan Jhonny dan paman Suh hanya bisa memandang ku, dan membuat gerakan mengangguk kan kepala lalu mengedipkan mata, seolah-olah memaksa ku untuk mengikuti semua kehendak paman saat ini.

Sedangkan Jhonny dan paman Suh hanya bisa memandang ku, dan membuat gerakan mengangguk kan kepala lalu mengedipkan mata, seolah-olah memaksa ku untuk mengikuti semua kehendak paman saat ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yah, mau bagaimana lagi, aku harus menuruti nya seperti nya. Aku harus menurunkan ego dan harga diriku saat ini.

"Hmm, dengarkan aku paman?" Tatap ku padanya, dengan tangan yang menempel diatas meja.

"Apa? Kau mau bilang apa? Huh?"

"Ku pertegas yah, aku ini tidak takut pada ancam mu yah?".

"Hanya saja"

"Hanya saja apa?"

"Karena kau sahabat ayah, aku akan menuruti mu".

Paman memandangku dengan tersenyum lebar, entah dia yang gembira karena berhasil mengalahkan ku, atau memang aku yang sudah tidak berdaya, dasar diktator.

"Jadi? Kau mau jalan-jalan dengan ayahmu ke taman ria?".

"Iya mau bagaimana lagi kan?" Aku berkata dengan mempoutkan bibir ku.

Hard to Love || JaeroseWhere stories live. Discover now