• 2 ; Menjadi Cassiopeia •

861 217 204
                                    

     GELAP. Iris merasa jika napasnya kian menipis, tak beraturan, kepalanya pening, penglihatannya berkunang-kunang, dia seperti terperangkap dalam tempat pengap, tidak ada cahaya sama sekali dan dia kekurangan oksigen. Sangat sesak seperti terhimpit kegelapan. Apa yang terjadi? Tidak, dimana dia berada sekarang?

Iris merasakkan tubuhnya begitu sakit, seperti penuh akan goresan luka yang masih basah, dia tidak dapat menggerakan tubuhnya dengan leluasa. Ditambah dengan bau amis yang sangat menusuk indra penciumannya semakin membuatnya berada di ambang kesadaran. Dia tak dapat melihat apapun, tubuhnya mendekati mati rasa, kesadarannya kembali ditarik, setelahnya.

Apa yang terjadi,

Tempat apa ini,

Dimana dia, dan

Mengapa dia bisa berada di sini?

Pertanyaaan-pertanyaan liar berkeliaran dalam pikirannya, tanpa ada sepatah kata yang terucap, netranya mulai memberat. Dia menyadari, jika situasi ini bukanlah hal yang bagus, untuk saat ini, dia membutuhkan hal yang lebih penting daripada sebuah penjelasan. Dia membutuhkan pertolongan!

"Apa ini akan membawaku pada Mama? Jadi, ini adalah akhir, ya? Namun, apa alasannya?"

"Pa, selamat tinggal."

Netranya terpejam, bibirnya membentuk senyuman getir tapi tenang. Hanya saja, jiwanya seperti dipaksa untuk tetap sadar, lima detik setelahnya terdengar hentakan kaki yang amat tergesa mendekat. Bau anyir darah semakin terasa bersamaan dengan seseorang yang mengangkat pelan kepalanya.

Suara ramai kian terdengar, banyak langkah kaki yang berjalan mendekat. Iris tidak tahan dengan sesak di dadanya. Dalam pejaman mata, dia hanya mampu meneteskan air mata. Berharap, jika ini hanyalah mimpi buruk, jika tidak, ini hanyalah bagian dari rasa sakitnya yang akan hilang.

"M-Maafkan aku, a-aku..."

Seseorang yang memangku kepalanya itu terisak, tangannya bergetar. Iris merasa tubuhnya terangkat, dalam dekapan besar yang hangat. Setelahnya, dia benar-benar tak dapat mendengar apapun lagi, kegelapan menariknya sampai pada bagian terdalam.

w e l c o m e

Latar tempatnya berbeda, kali ini, Iris merasa dia sedang berada di tempat yang penuh keindahan. Begitu indah, tenang, dan nyaman. Rasa sakit di tubuhnya tak lagi terasa, apa mungkin jika ini surga? Dan apakah itu berarti, jika dirinya telah tiada di dunia? Begitu banyak pertanyaan dibenaknya, dan dia tak dapat menemukan satupun jawaban.

"Kamu sudah datang ternyata." Sapuan angin terasa menyejukkan datang, bersamaan dengan kalimat sapaan tenang itu terdengar.

Iris menoleh, sekiranya sedikit lega, jika dia tak sendirian di tempat ini. "Siapa kamu?" Iris bertanya dengan raut terkejutnya, wajah mereka begitu mirip! Perempuan bergaun merah itu berjalan mendekatinya dengan senyuman cantik dengan binaran mata.

"Aku ingin menceritakan sesuatu padamu, pasti banyak pertanyaan 'kan di pikiranmu. Aku akan menjawabnya satu per satu." Perempuan bergaun merah itu duduk di hamparan tanah lapang yang dipenuhi bunga bermekaran, menatap Iris dengan pandangan tenang seperti awal. "Duduklah, kehadiranmu telah kutunggu."

"Jelaskanlah padaku, tempat apa ini, dan mengapa aku ada di sini?"

"Berjanjilah tanpa paksaan, kamu mau membantuku. Berjanjilah padaku, Iris."

Iris De CaelumWhere stories live. Discover now