• 4 ; Lima Pangeran •

754 227 299
                                    

     ABBERTUS, melihatnya saja Iris tidak berani lagi mengalihkan pandangan, sekedar menghembuskan napas dia merasa tak sanggup

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

     ABBERTUS, melihatnya saja Iris tidak berani lagi mengalihkan pandangan, sekedar menghembuskan napas dia merasa tak sanggup. Abbertus yang paling rupawan, apalagi dengan tatapan elang yang begitu tajam. Iris terdiam kaku, tak mampu berbicara sepatah katapun, dia juga tidak tahu harus bagaimana sekarang! Sebagian lengan dan kakinya masih terasa dingin, apa dia akan masuk angin setelah ini, ya.

"Kau bisu? Ingin berbuat keributan apalagi?" suara rendah tapi membuat bulu kuduk meremang, Iris tidak pernah bertemu dengan sosok seperti Abbertus di kehidupan sebelumnya.

"A-Aku hanya mengambil air."

Pandangan netra biru laut itu bergulir, meneliti dari atas hingga ke bawah, tanpa ada yang terlewat. "Cih, jangan bersikap seperti itu dihadapanku. Di sini hanya ada kau dan aku, tidakkah mulut busukmu itu ingin berbicara hal hina hingga kau datang menemuiku?"

Sikap Abber yang demikian tidak bisa disalahkan, hubungan Iris dan kakak-kakanya memang tidak baik sebelumnya. Dan yang paling parah adalah dengan kakak tertua.

Iris Cassiopeia dulu mengetahui kebenaran, jika Abber hanyalah anak haram yang dipungut oleh Jairus. Hal itu memicu pertengkaran, adu mulut, atau olok-olokkan yang sering terlontar antara keduanya.

"Aku akan ke kamarku, permisi." Iris memilih untuk segera mengakhiri percakapan, dia melarikan diri, bergegas menuju kamar paling ujung. Tidak tahan lagi dengan suasana suram diantara mereka.

"Jangan sampai kau membuat kekacauan di pesta besok!" Teriakan itu masih terdengar saat Iris menutup pintu.

Pesta, ya, sebuah pesta besar-besaran yang akan digelar untuk menyambut kembalinya Pangeran William dari pendidikannya. Mengetahui fakta itu, Iris tidak bisa untuk tidak panik. William Enoch Frederick, jangan tanyakan lagi kedudukan, kekuasaan, dan ketampanannya. Tidak, bukan itu masalahnya.

William Frederick, lelaki yang sialnya sangat digilai oleh Iris Cassiopeia, dan tentu saja sebagai Iris Rahdian tidak akan berbuat hal yang akan mempermalukan dirinya sendiri bukan?

Besok, Larissa Iris Rahdian akan benar-benar berperan sebagai Cassiopeia. Maka dari itu, dia akan menghabiskan sisa malam untuk membaca buku itu untuk mendapat petunjuk, juga menyiapkan sikap yang 'pantas' agar tidak ada kata cacat di perannya.

William itu cinta pertamaku.
Perasaan itu muncul sepuluh tahun lalu.
Bersemayam dengan baik di hati.

William sangat baik, tapi, dia terlihat risih saat aku mengunjunginya berkali-kali.

Aku memaksa agar bertunangan dengannya, jika tidak, aku memberontak dan membuat keributan di rumah.

Terkabul.
Kami akan bertunangan saat usiaku ke depalan belas.

Iris De CaelumWo Geschichten leben. Entdecke jetzt