Jangan Salahkan Hijab

35 3 2
                                    

"Aku hijabi auratku tapi tak akan pernah hijabi hatiku dari hidayah"
(Unknow)

🍀

"Kak mau nanya, banyak yang bilang bahwa yang terpenting itu adalah hijab hati. Bener nggak, sih? Katanya untuk apa berhijab jika akhlak kita masih bobrok," tanya seorang murid perempuan dalam acara keputrian di salah satu aula sekolah.

Riuh pertanyaaan dari peserta keputrian Rohis. Para peserta begitu antusias melempar pertanyaaan seputar masalah hijab.

Di antara puluhan peserta keputrian itu, salah satunya Anet menyimak penjelasan kakak alumni menerangkan seputar hijab dan problematikanya.

"Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Ayat dari surah Al-Ahzab itu mengalir lancar dari mulut sang kakak alumni.

"Adik-adik, dari ayat tersebut begitu jelas bahwa perintah berhijab itu sangat wajib yang harus dipenuhi oleh seorang muslimah yang sudah baligh. Lihat bagaimana begitu patuhnya para sahabiyah--sahabat Rasulullah saat mendengar wahyu itu turun, mereka langsung mencari kain, bahkan gorden pun mereka jadikan untuk menutup kepala dan seluruh tubuh--auratnya. Saking takut mereka dengan dosa akibat dari membuka aurat."

"Manusia adalah makhluk tidak sempurna, dan penuh cela. Hati manusia itu tidak ada yang sempurna--bersih, tidak seperti Rasulullah atau Nabi yang sudah di ma'shum-- sudah terpelihara dari dosa. Jadi jika ada yang berpendapat bahwa percuma jika berhijab tapi akhlak masih buruk, yang  perlu digaris bawahi bukan menyalahkan hijabnya, seperti tadi sudah saya jelaskan bahwa manusia itu tempat khilaf, teruslah berproses memperbaiki diri. Jadikan berhijab menjadi motivasi diri untuk menjadi muslimah yang baik. Dan yang pasti kewajiban menutup aurat adalah perintah Allah yang tidak bisa ditawar. Jika kita melanggar perintah-Nya. Maka dosalah yang akan kita tuai. Setiap helai rambut yang terlihat itu setiap hari akan dihisab--dihitung dosa."

Begitu runut dan jelas kakak alumni menyampaikan materi tentang hijab. Semua ucapan kakak alumni sangat menyentil rasa resah dalam diri Anet.

"Ya Allah, berarti mengenakan hijab itu sangat wajib, tapi aku belum siap menggunakan hijab, ilmuku masih dangkal, akhlakku masih belum baik," rintih Anet dalam hati. Gejolak batin Anet muncul kembali.

"Jika kita ditanya antara siap atau tidak siap, sebenarnya manusia itu tidak akan pernah ada siapnya. Seperti kematian mengintai kita setiap detik, siap atau tidak siap kalau sudah waktu ajalnya, maka malaikat maut akan mencabut. Dan kita tidak bisa menghindar barang sedetikpun. Kita terus berdoa kepada Allah semoga kita semua selalu berada di jalan yang lurus dan menurunkan hidayah-Nya. "

Mulut Anet menganga, penjelasan kakak alumni itu seperti bisa membaca pikirannya. Anet benar-benar tersentil lagi oleh nasihat kakak alumni itu. Muka Anet memerah.

Dua jam sudah acara keputrian berjalan dengan lancar.  Di penghujung acara keputrian siang ini ditutup dengan penampilan nasyid--lagu Islami yang indah dan menyentuh dari kakak-kakak Rohis.

🎶🎶🎶

Maafkan dan tegurlah hijabku tiada salah.

Jangan, jangan, jangan salahkan hijabku kalau begitu.

Aku terus-terus belajar untuk ubah tingkah laku.
Berhijab caraku untuk lebih baik. Muslimah terbaik sudah tentulah berhijab.

Bersyukur kini kudengar isi hati. Menjadi pribadi muslimah sejati.
Walaupun aku tahu ini proses bagiku. Berakhlak karena Allah, bukan karena hijabku.

Pabila aku salah dalam bertingkah laku.
Pabila ada kata menyakiti hatimu. Yang salah bukanlah karena hijabku. Maafkan dan tegurlah hijabku tiada salah.

Jangan, jangan, jangan salahkan hijabku kalau begitu.
Aku terus-terus belajar untuk ubah tingkah laku.
Berhijab caraku untuk lebih baik Muslimah terbaik sudah tentulah berhijab.

Lirik nasyid itu berulangkali syahdu didendangkan oleh kakak-kakak Rohis. Tak lama tepuk tangan riuh menggema mengisi setiap sudut aula.

Tak lepas ucapan pujian keluar dari mulut para peserta, "Masya Allah!"
Mereka begitu antusias menikmati setiap bait-bait lirik nasyid itu. Acara keputrian begitu meriah dengan dilengkapi beberapa door prizes dari panitia. Bagi para peserta yang telah berani bertanya mendapatkan hadiah door prizes.

"Semoga hadiah dari kami bermanfaaat buat adik-adik, yah, jangan lihat harganya, yah, tapi tanda cinta dari kami untuk adik-adik," ucap salah satu panitia keputrian sambil tersenyum manis.

Peserta yang mendapat hadiah tampak senang, ada yang mendapat buku, jilbab, gantungan kunci, dan berbagai hadiah menarik.

"Wah, Masya Allah, dapat jilbab, eh itu tandanya, jangan lupa dipakai, loh!" komen salah satu peserta berhijab kepada teman sampingnya yang mendapat hadiah jilbab dan yang mendapat hadiah itu belum berhijab. Peserta yang mendapat hadiah jilbab tersipu malu--mesam-mesem.

Beberapa menit kemudian semua peserta berhamburan keluar dari aula, ada yang langsung pulang ada juga yang mampir ke masjid untuk melaksanakan salat Duhur. Sedangkan solat Jumat berjamaah sudah selesai limabelas menit yang lalu dan jamaah pun sudah membubarkan diri.

"Net, tuh! Ada yang nyari."

"Deuh ... Ayangnya sudah setia menanti."

Asma dan Hasti menggoda Anet.

Anet hanya mesem. Sebenarnya ada rasa risih dan malu menyusup hati gadis itu. Anet ragu mau mendekati Rio, entahlah rasa malu itu mendadak muncul begitu saja apalagi saat sorot mata kakak-kakak Rohis sekilas memperhatikan ke arah mereka berdua.

Rio melambaikan tangan, sambil tangan satunya mengapit bola basket.

"Net, kita duluan," ucap kompak Hasti dan Asma.

"Eh, bentar, bareng, sih," protes Anet.

Anet menemui Rio sambil berkata, "Aku, salat dulu, yah."

"Ya, udah, kalo begitu aku tunggu sambil main basket," ucap Rio sambil memantulkan bola oranye.

Anet mengangguk kecil lalu mengejar langkah Hasti dan Asma yang menuju masjid, sedangkan Rio berlari ke arah lapangan, saat teman-teman kelasnya dari tadi sudah memanggil mengajak bermain basket.

Anet mengangguk kecil lalu mengejar langkah Hasti dan Asma yang menuju masjid, sedangkan Rio berlari ke arah lapangan, saat teman-teman kelasnya dari tadi sudah memanggil mengajak bermain basket

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 24, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love Yourself Where stories live. Discover now