Dia lagi

46 5 7
                                    


"Pertama kali aku melihatmu aku langsung jatuh hati. Benar-benar aku terpesona saat kau lantunkan nada-nada cinta dari Ruth Sahanaya."


Gerbang sekolah mulai satu persatu dimasuki para pelajar SMA Harapan Bangsa. Bunyi kendaran roda dua yang dibawa para siswa suaranya menderu mengisi lahan parkiran sekolah.

Cowok yang mengenakan jaket jeans melepaskan helm lalu mencangklongkan di kaca spion. Ia mengikatkan tali sepatu warior-nya. Ekor mata cowok itu menyadari kehadiran seseorang yang baru saja melewati area parkiran. Wajah itu berubah semu merah. Ia merapikan jaket jeans dan tas ranselnya. Lalu mendekati gerombolan siswi.

"Hai Net! Nanti siang ikut nonton pertandingan gak di SMA Garuda?" tanya Rio sambil mensejajarkan langkahnya mengimbangi langkah Anet beserta teman kelasnya.

Anet menoleh sesaat ketika namanya dipanggil sedangkan teman-teman di samping kiri dan kanannya kompak saling menyikut Anet.

"Oh, enggak ikut, lagian emang gak kepilih. Setahuku yang berangkat yang mau bertanding saja 'kan?" jelas Anet.

"Gak apa-apa kok, ikut aja, biar aku ngomong sama Pak Yana." bujuk Rio.

Anet buru-buru mengibaskan tangannya tanda menolak, "Eh nggak usah, lain kali aja, kebetulan siang ini aku sudah ada janji." Anet tersenyum tipis.

"Oh, gitu yah! Senyum Rio memudar tampak sedikit gurat.-gurat kecewa di wajahnya.

"Oke kalo gitu, semoga lain kali bisa ikut," jawab Rio sambil melanjutkan langkahnya menuju kelas IPA.

Sedangkan Anet dan teman-temannya melanjutkan langkahnya menyusuri koridor sekolah.

"Siapa tuh, Net?" bisik Asma sambil menyikut lengan Anet.

"Itu teman basket."

"Beneran? Teman biasa atau mesra?" ejek Hasti.

"Dih, apaan sih, beneran teman." Mata Anet setengah melotoh ke arah kedua teman disampingnya.

"I-iya percaya, deh," serempak Asma dan Hasti sambil terkekeh.

"Kamu sendiri tahu'kan Has? Kalau Rio anak basket." Mata Anet menyipit.

Hasti menggaruk kepalanya yang tak gatal mencoba mengingat wajah Rio

"Asli aku gak tahu, kalo cowok tadi anak basket. Habis anak cowok di klub basket 'kan banyak. Nggak hapal wajah-wajahnya," timpal Hasti.

"Emang kamu enggak perhatihin temen-temen di klub?" Asma ikut komentar

"Yang aku perhatihin 'kan cara mainnya bukan wajahnya, kecuali Pak Yana, ya aku hapal," ucap Hasti sambil tertawa kecil.

"Yeayy, semua juga hapal." Anet dan Asma serempak menjawab sambil tertawa ringan.

Keakraban Anet dan Rio membuat seseorang berkali-kali menghentakkan kakinya tanda kesal.

"Tuh cewek kegatelan bangeut, sok cari perhatian," bisiknya dengan sinis.

***

Suara riuh siswa-siswi memenuhi lorong koridor. Jam istirahat berlangsung. Sudut-sudut sekolah dipenuhi siswa putih abu-abu.

"Net, ini ada pesan," ucap Agus sambil menyodorkan secarik kertas padanya.

"Dari siapa?" tanya Anet penasaran. Netranya menyipit saat lipatan kertas itu ia raih.

Agus teman sekelasnya yang suka membanyol hanya mengedikkan bahunya.

"Yang ngasih pesan aku gak kenal. Cieee ... Anet punya pengagum Rahasia." goda Agus berambut kribo sambil berlalu meninggalkan Anet yang masih terpaku menatap secarik kertas.

Perlahan Anet membuka kertas itu. Tertulis sebaris kalimat.

Pertama kali aku melihatmu aku langsung jatuh hati. Benar-benar aku terpesona saat kau lantunkan nada-nada cinta dari Ruth Sahanaya.

Sesaat mulut Anet menganga belum pernah seumur hidup dapet surat cinta semanis ini. Dada Anet berdesir hebat, wajahnya menghangat gelombang denyut jantungnya berdetak cepat.

Anet mencoba mengingat pertama kali ia berdiri di depan kakak-kakak senior. Anet bersenandung membawakan lagu dari Ruth Sahanaya. Saat itu ia sedang mengikuti tes penerimaan calon anggota paduan suara HARMONI.

"Ayo, Net! mau ke kantin gak dari tadi bengong melulu," ajak Hasti dan Asma.

" Eh, i-ya hayukkk! Anet cepat-cepat menyusupkan secarik kertas itu ke dalam saku rok yang panjang selutut

***

Anet mendapt pesan bahwa sore ini ada latihan vokal pukul empat sore.
Anet bergegas dengan cepat menuju ruang kelas yang selalu di gunakan latihan paduan suara Harmoni.

Sayup-sayup terdengar suara anak-anak vokal grup sedang membawakan lagu kebangsaan. Berbagai macam nada suara menyatu harmoni mengalun dan berirama merdu. Benar-benr cocok disebut paduan suara Harmoni.

Anet mengetuk pintu berdinding kaca. Mendengar ketukan pelan Anet serempak yang ada di dalam ruangan menoleh ke arahnya.

Gadis itu sambil mengangguk kikuk masuk, dan langsung begabung berdiri dengan teman-teman lainnya. Sepasang mata tanpa jeda menatap Anet dengan sinis.

"Hari Sabtu kita latihan lagi buat persiapan acara upacara 17 Agustus nanti." jelas Ira ketua paduan suara Harmoni.

"Kenapa kamu baru datang? Ini kesekian kalinya kamu selalu datang terlambat. Dan ini yang paling parah. Telat sampai satu jam begini!" tegas Ira.

Anet mengkerutkan keningnya, "Maaf, Kak, bukannya latihan jam empat?"

"Ngaco kamu! Siapa yang bilang jam empat?" Nada Ira mulai kesal mendengar alasan Anet.

Anet melirik ke arah Silvy yang sedang memandu anak-anak latihan olah vokal.

Pasti rencana ini ulah dia lagi. Biar aku tersingkir dari Harmoni. Bisik kesal Anet dalam hati.

"Ini peringatan terakhir jka masih tidak disiplin, tidak segan-segan mengeluarkan kamu dari Harmoni. Camkan itu!" tegas Ira menatap tajam Anet yang sedang menunduk.

Wah Anet dapet peringatan keras dari ketua paduan suara Harmoni

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Wah Anet dapet peringatan keras dari ketua paduan suara Harmoni. Semoga Anet tidak dikeluarkan yaa.😥

Masih penasaran gak siapa sih pengagum rahasia Anet?
Kelanjutan kisahnya ikuti terus yah kisahnya.😘

Love Yourself Where stories live. Discover now