Basket

55 9 3
                                    

Aroma minyak kayu putih menusuk penciumannya. Anet mulai sadar. Daun telinganya sayup-sayup mendengar percakapan ringan.

"Astagfirullah, mereka tega bangeut, nyuruh lari siang-siang begini, apa nggak ada hukuman lain yang tidak menzalimi," gerutu seorang cewek berhijab yang sedang duduk di kursi.

Anet membuka kelopak matanya perlahan. Pandanganya yang kabur lama-lama jadi jelas. Ia melihat dua sosok cewek berhijab tersenyum padanya.

"Alhamdulillah, dia sudah sadar," bisik salah satunya.

"Aku di mana?" Anet masih bingung keberadaannya sudah ada di ruangan serba putih dan tidak terlalu luas.

Ia hanya ingat mendapat hukuman lari sepuluh keliling. Dan masih bertanya apakah dia berhasil menuntaskan sebanyak 10 keliling?

"Sekarang kamu ada di ruang UKS, tadi kamu pingsan. Oh iya perkenalkan nama saya Tanti dan ini Heni," ucapnya dengan ramah.

"Pingsan?" Bola mata Anet menyipit.

"Iya, lagian kamu ngapain lari di lapangan sendiri begini apa kamu kena hukuman?" tanya Heni.

Anet mengangguk pelan.

"Aku harus kembali ke kelas, Kak."  Anet bangkit dari rebahannya.

"Kamu  masih lemes, ayo diminum dulu?" Tanti menawarkan segelas air putih dan sebungkus roti kelapa manis.

"Terimakasih, Kak?" ucap Anet tersenyum tipis. Ia baru ingat tadi pagi dari rumah belum sempat sarapan. Perutnya terasa kerocongan. Tawaran roti dari Tanti langsung ia lahap.

"Kakak, panitia juga? tanya Anet.

"Bukan, kami lagi ada perlu ke sekolah,  saat keluar dari  gerbang masjid melihat kamu tergeletak di pinggir lapangan."

"Istirahat saja dulu, tadi kakak sudah lapor ke panitia kalau kamu pingsan. Kamu kelas 1 B kan?" tanya Tanti.

"Iya, Kak. Sekali lagi terimakasih."

***
Sejak beberapa hari dari OSPEK berakhir. Kejadian Anet pingsan masih menjadi buah bibir di kelas bahkan satu sekolah tahu. Ternyata kabar itu sampai ke telinga Pak Kepala Sekolah.

Asma dan Hasti  menceritakan bagaimana hebohnya di kelas saat mengetahui dirinya pingsan.

"Bener, Net.  Itu muka si Kak Silvi dan kakak senior lainnya mendadak pucat pasi saat tahu kamu pingsan, " ucap Hasti.

"Dengar-dengar sih katanya mereka sempet diceramahin sama Kepala sekolah," sela Asma.

Anet menyimak penjelasan teman-temannya dengan serius. Sambil memainkan pena di atas lembaran formulir. 

"Ayo cepetan ngisi form-nya keburu jam istirahat habis," gerutu Hasti.

"Eh iya ... apa dua-duanya aja, yah? Aku ikut basket sama vokal grup aja deh," sahut Anet.

"Aku mau ikut Osis atau rohis saja," balas gadis berkacamata sambil menyodorkan form basket pada teman di samping bangkunya.

"Kamu ikut yang mana, Has?'

"Oke juga, sepertinya gabung di klub basket, kebetulan aku suka olahraga juga, tapi aku enggak punya form-nya?" sahut gadis berfostur tinggi dan berambut sebahu.  Kebetulan saat  tim klub basket masuk, Hasti sedang ijin menuju toilet.

"Nih! form-nya yang punya aku saja isi," ucap Asma sambil menyodorkan lembaran form kecil pada Hasti.

Hasti meraih form dari tangan Asma dan langsung mengisinya.

***

Anet mengedarkan netranya yang bulat. Lapangan berbentuk persegi panjang  yang luasnya sekitar 28 meter x 15 meter, masih sepi hanya ada satu cowok yang sedang asyik memasukkan bola pda keranjang.

Love Yourself Where stories live. Discover now