Chapter 2

312 56 9
                                    


Sorry for typo

.

.

.

.

.

.

Choi Doyoung di pagi hari sedang memilah-milah beberapa dokumen di ruangannya.

Ruangan Choi Doyoung cukup luas, ruang istirahat, meja kerja sofa tamu, konter kopi jendral angkatan darat divisi persenjataan. Dokumen-dokumen yang dia pegang berisi perijinan tentang persenjataan. Karena dia merasa bosan dia ingin menelfon sepupunya yang manja.

Setelah beberapa deringan telfon terhubung.

"Sayang.." dia memanggil menggoda Luhan.

"Siapa?"

"Tega.. Kau pura-pura tidak mengenal sepupu yang tampan ini."

"Panggil aku Unnie aku akan mengakuimu."

Luhan secara umum memiliki usia yang lebih tua daripada Doyoung. Doyoung masih berumur dua puluh empat, dia lebih muda empat tahun dari Luhan. Tetapi karena Doyoung adalah anak dari anak pertama kakek Choi, secara garis darah Doyoung adalah cucu tertua.

Juga dengan sikap dan sifat kekanakan Luhan, Choi Doyoung nerasa dia memiliki adik perempuan daripada kakak perempuan.

"Tidak akan pernah." Doyoung menggeram kesal dengan perintah itu.

Unnie apa. Dia mirip seperti bayi kecil!

"Maka, tutup telfon." Luhan terdengar dingin dari biasanya. Doyoung bisa menebak itu karena kepindahannya yang tiba-tiba.

"Kau tau, aku bisa membuatmu tetap di divisi mu."

Dengan kalimat penuh ejekan itu, Luhan diujung sana melupakan semua tuntutannya sebelumnya. "Benarkah.. Benarkah??"

"Ya.."

"Bagaimana?"

"panggil aku Oppa!" Doyoung balik menuntun.

Tidak perlu waktu lama Luhan benar-benar memanggilnya seperti yang dia inginkan. "Oppaku~" dengan imbuhan suara imutnya.

Hati Doyoung seperti ditembaki peluru berlapis emas. Dia tersenyum seperti orang bodoh. "Baik. Oppa mu akan memberitahumu syarat untuk itu."

Percakapan itu terus berlanjut sampai seseorang mengetuk pintu ruangan Doyoung.

Dia menyuruh seseorang itu masuk, sedang dia berbicara kepada Luhan untuk menunggu.

"Tunggu sebentar.. Ada apa??"

Asistennya di pintu berbicara dengan postur tegap, "Lapor jendral! Tuan Oh datang untuk proposal yang telah dia kirim beberapa hari kemarin."

Doyoung mengingat itu sebentar, dan dia mengangguk membiarkan Asistennya membiarkan tamunya masuk.

"Baby.. Aku ada tamu penting. Kita lanjutkan nanti. Tapi ingat untuk menyelesaikan misi italimu dan kau bisa memenuhi syarat untuk tetap berada di posisimu." ditengah percakapan tamunya masuk dan dia mempersilahkan untuknya duduk.

Suara kecil yang lembut terdengar selanjutnya, dalam ruangan yang hening dan sepi itu terdengar keras, "Baiklah. Tapi aku tidak tau apakah ayah akan setuju dengan syarat itu."

"Kau bersamaku, jadi katakan kepada ayahmu tentang itu."

Setelah itu pihak lain mematikan sambungan dan Doyoung kembali fokus pada Tamunya.

The Inner Force - Dream Up (End)Where stories live. Discover now