Chapter 6

206 43 11
                                    

Sore hari yang hangat di musim semi adalah yang terbaik. Meski itu sedikit lebih hangat tapi cuaca juga tidak terlalu panas. Satu lukisan indah keluar yaitu, cahaya oranye dilangit senada dengan warna tanah, sangat indah sampai membuat gunung dan laut bersujud. Angin yang agak kencang seperti mengusir matahari dan membawa malam yang kering dan hampa.

Oh Sehun bangun setelah dia tidur sangat lama. Pada detik ini, setelah dia duduk di kasur dan mengelus dahinya dia merasa bingung dan linglung.

Saat matanya melihat sekitar ruangan, detik berikutnya dia diingatkan kejadian sebelumnya, dia berada di lapangan hijau yang luas, memeluk kecantikan yang telah lama dirindukan, angin tidak berani berhembus terlalu kencang seolah takut menganggu, dimana juga waktu dunia terasa berhenti...

Apakah semua itu ilusi?

Nyatanya ruangan kecil ini sangat familiar, terasa seperti miliknya tetapi jelas ini bukan miliknya.

Sekian lama berpikir Oh Sehun semakin yakin bahwa bayangan wanita cantik berambut pendek itu hanya sebuah mimpi. Oh Sehun berusaha bangun dari di kasur.

Dia ingat dia tidak sedang minum, tapi dia merasa seolah-olah dia mabuk. Kepalanya pusing dan aroma jasmine yg halus seperti melayang di udara.

Jelas dia hanya halusinasi, tapi mengapa hidungnya menangkap aroma memabukan ini?

Saat dia mencoba untuk turun dari kasur dengan kepala menunduk, pintu ruangan terbuka.

Wanita dalam ilusinya seolah keluar dari otaknya dan berada di ambang pintu. Wanita berambut pendek di pinti berbicara, "Tuan, apakah kau sudah sadar?"

Meskipun itu sebuah pertanyaan yg tidak perlu di katakan, tapi Sehun ingin mendengar lebih banyak pertanyaan tidak penting seperti itu.. Seperti mendapatkan sebuah kucing tetapi meminta harimau. Bahkan meski ini mimpi, dia mencoba untuk bekerja sama dengan keinginan besarnya. Dia sedikit mengangguk dan ingin bersuara..

Siapa yang tau, suara yang keluar hanya desahan serak. Bahkan mulutnya kering dan tidak bisa untuk sedikit mengairi kembali tenggorokannya.

Wanita itu tentu saja Luhan, seperti yang diharapkan, Luhan mengambil segelas air dan memberikannya kepada lelaki itu. Menuntunnya untuk telantang kembali di kasur.

Bagaimana pun lelaki tua ini seorang pasien. (Dibilang tua soalnya beruban wkwk)

"Minumlah.. Aku akan pergi mengambil makanan. Tuan tidur sangat lama hampir lima belas jam. Bahkan bayi hanya akan bertahan tidur selama sepuluh jam sehari."

Saat Luhan akan pergi suara serak dan menyedihkan terdengar, "Jangan pergi.."

Hati empati Luhan sangat tinggi, jadi dia tanpa sadar berhenti bergerak.

Setelah itu tidak ada yg berbicara. Baik Luhan dan Oh Sehun, tapi Tuhan Maha Baik, jadi Dia membiarkan detik jarum menemani sepi mereka.

Dipan kasur terbuat dari baja yang kokoh, ini adalah dipan militer, jika kau bergerak sedikit itu menimbulkan kernyitan tajam.

Beruntung ruangan ini milik petinggi tentara, meski dipan sangat buruk tetapi kasur empuk ditumpuk menjadi dia tingkat diatasnya, karena itu orang yang bergerak diatasnya hanya akan menimbulkan kernyitan yang samar. Tapi meski terdengar samar, pada ruangan yang sepi, kedua manusia diruangan dapat mendengar itu dengan sangat jelas.

Oh Sehun bergerak untuk mendekat ke arah wanita muda itu. Saat kakinya sampai di lantai, dia menemukan bahwa jarinya melemah dan seketika dia terkulai. Lalu gedebuk keras terdengar.

Bugh

Luhan terkejut, dia tidak sampai untuk menjangkau lelaki itu jadi hal yang tidak bisa dihindarkan terjadi  lelaki itu terjatuh, "Apa yang kau lakukan!" Dia segera membantu Sehun duduk di tepi ranjang. "Bagaimana bisa kakimu terluka? padahal aku yang berusaha keras menggendongmu?!"

The Inner Force - Dream Up (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang