Chapter 7

255 41 9
                                    

Senja telah lama berlalu, lelaki tua dengan pangkat mantan jenderal militer duduk di sofa ruang tamu kediaman Choi dengan kaki menyilang.

Di lantai tepat di hadapannya dua orang sedang menunduk, satu orang mantan master bawah tanah dan seorang lainnya adalah jenderal militer yang saat ini masih menjabat, mereka berdua berdiri dengan punggung tegak seperti ada lapisan besi di punggung mereka.

Dua orang dengan jabatan tidak main-main ini sedang disiplinkan oleh seorang tua yang duduk di kursi.  Orang tua itu, Choi Siwon. Sedangkan dua yanh sedang displinkan adalah kedua putranya, Choi Khyuhyun dan Choi Minhi.

Keluhan Choi Siwon terdengar sangat panjang dan tanpa henti, meskipun mereka kesal, mereka tidak berani mengajukan protes, punggung mereka masih tegap dan tidak pernah begoyang, semakin lelaki tua itu banyak bicara semakin dia terus meyudutkan salah satu diantara keduanya. Dengan suara yang khas mantan pemimpin, lelaki tua iti terus menerus memarahi anak bungsunya.

Meskipun kesalahan terletak di punggung yang termuda, tetapi hukuman tetap menjadi tanggungan keduanya. Jika satu bersalah yang lain juga menerima hukuman. Jadi dengan hati yang buruk keduanya menerima kekesalan lelaki tua itu.

"Apakah kalian mengerti?!!!" Choi Siwon berteriak dengan tegas. Meski dia di posisi lebih rendah dari lainnya ya g berdiri, suaranya masih kuat dan tegas.

Kedua bersaudara tanpa melirik menjawab secara bersama-sama, "Mengerti!!"

Saat teriakan itu hampir merobohkan kediaman, Choi Doyoung membuka pintu, jadi suara teriakan ini keluar dan membangunkan burung-burung di halaman.

Melihat ayah dan pamannya diadili oleh kakeknya, Choi Doyoung dengan cepat masuk ke dalam barisan.

Melihat Doyoung, Kakek Choi bertanya padanya, "Dimana gadis kecilku?"

Gadis kecilnya adalah satu-satunya wanita keturunannya, Luhan. Karena wanita kecil itu menjadi keturunan wanita satu-satunya, tentunya dia memiliki semua kasih sayang kakek Choi.

Choi Doyoung melirik ke samping, paman dan ayahnya tidak bergerak bahkan untuk bulu mata mereka tidak bergoyang oleh angin. Bola mata mereka mengarah ke depan dengan posisi sempurna. Choi Doyoung tertekan, tangannya yg berada di punggung di letakkan di samping pinggang dan kakinya rapat menjawab dengan tegas dan tidak terburu-buru tapi hatinya cukup cemas, "Luhan kecil.. Luhan.. Dia sedang.. Bersama... tamuku.."

Karena kakek Choi tau siapa 'tamu' itu, dia mengangguk puas, sedangkan Choi Minho yang lama tidak bergerak dahinya perlahan menyempit, matanya mengecil...

"Bagus! Biarkan mereka bersama lebih lama." Saat kata-kata ini jatuh Choi Minho mulai memikirkan banyak kemungkinan di otaknya. Saat ayahnya bergerak untuk pergi dari posisinya Choi Minho mengintrupsi. "Bisakah aku tau putriku bersama dengan siapa?"

Pertanyaan itu dia tujukan kepada siapapun yg mengetahui 'tamu' itu.

Doyoung hampir jatuh dari sikap tegapnya, sejujurnua dibandingkan dengan ayahnya dia lebih takut dengan pamannya, jelas pamannya mantan master bawah tanah yang terkenal, orang bawah tanah cenderung lebih kejam daripada pengadilan militer, dan meskipun dia kehilangan kakinya, sikapnya masih sangat brutal dan emosional.

Tidak ada yang salag dengan menanyakan siapa yang berhubungan dengan putrinya sendiri, tetapi suara oamannya sedingin es, bahkan dia dapat merasakan suhu udara menurun. Tapi anehnya kakeknya sama sekali tidak ingin menjawab dan dia hanya mendengus lalu pergi.

Karena posisinya lebih muda dari semua orang, dan hanya dirinya yang tersisa yang tau siapa tamu itu, dia tidak bisa keluar dari tanggungan menjawab pertanyaan.

The Inner Force - Dream Up (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang