02. Ketidaksengajaan

400 45 0
                                    

Cuaca siang ini begitu cerah bahkan sampai tidak ada awan sama sekali, menampakkan langit biru terlihat sangat luas, seolah-olah dapat merubah suasana hati seseorang menjadi lebih baik.

Seperti seorang perempuan berambut sebahu yang dimarahi habis-habisan oleh Ibunya karena terus menerus membeli serial komik terjemahan, juga diancam akan memotong uang jajannya jika ketahuan membeli serial komik lagi.

Anna dan teman kelasnya, Eri, pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka. Sebenarnya hanya Anna yang pergi ke kantin karena Eri merupakan orang yang rajin membawa bekal makan siang, bahkan terkadang buatannya sendiri.

Mereka berdua sampai di pintu kantin, kantin terlihat begitu ramai seperti biasa sebagaimana mestinya. Eri menepuk pundak Anna seraya berkata, "Cepat sana, aku akan menunggu di dekat lapangan baseball." Ucap Eri yang kemudian pergi begitu saja tanpa menunggu respon dari Anna.

Anna berdecak kesal mendengarnya, kemudian ia melangkahkan kakinya memasuki kantin sekolah, melihat-lihat menu yang disediakan oleh pihak kantin siang ini.

Antrian sangat panjang dan sepertinya kali ini ia tidak mendapat kesempatan untuk memilih menu makan siang.

Ia melangkahkan kakinya menuju ke tempat bagian makan siang, mencari sandwich ataupun onigiri yang biasa ia makan. Atau bahkan jikalau ada burger keju yang limited edition dan jarang sekali ada, jikalau adapun pasti sangat cepat habisnya.

Matanya berbinar kala melihat sandwich keju favoritnya masih tersisa, membuatnya segera mengambil dua buah sandwich keju terakhir dan juga mengambil satu dorayaki.

Mungkin kali ini memang tidak ada burger keju atau mungkin ia telah kehabisan, tapi itu bukanlah masalah jika ia sudah mendapatkan sandwich keju.

Sampai di hadapan wanita paruh baya yang menjadi kasir disana, ia menaruh dua sandwich keju dan satu dorayakinya, juga mengambil susu kotak yang ditaruh di samping meja kasir, menyodorkannya pada Ibu kasir untuk dibayar.

Setelahnya, ia pergi membawa kantung kertas yang berisikan makanan yang ia beli, menuju ke tempat Eri berada.

Namun saat hendak keluar dari kantin sekolah, tubuhnya sedikit terhuyung karena terdorong oleh seseorang yang baru saja keluar dari kantin, tanpa minta maaf pada dirinya sama sekali seolah tidak membuat masalah apapun.

Dan lagi, tangannya tidak sengaja mengenai seseorang di sampingnya, membuatnya refleks menoleh untuk segera meminta maaf.

Suaranya seakan tercekat di tenggorokannya kala melihat seseorang yang berada di sampingnya itu, tatapan keduanya terkunci satu sama lain dan tidak berkedip sedikitpun.

Kali ini, tubuhnya sedikit terdorong dari arah samping membuatnya lebih maju mendekat ke arah lelaki di sampingnya ini.

Ia segera tersadar dan menundukkan wajahnya seraya berkata, "Maaf, tolong maafkan aku." Ucap Anna, tak ingkn mengangkat wajahnya saat ini, karena ia merasa wajahnya terasa dan sepertinya sudah memerah.

Lelaki yang tak sengaja ia senggol itu Draken, lagi-lagi ia membuat kesalahan pada Draken. Takut-takut kali ini ia akan diomeli dengan suara baritonnya yang keras dan membuat seisi kantin menarik perhatian pada keduanya.

Namun perkiraannya salah, di suasana bisingnya kantin, Draken berucap dengan suara baritonnya dalam oktaf yang rendah, namun terdengar lembut di telinganya.

"Tidak perlu meminta maaf, kau tidak salah." Ucap Draken dengan suara pelan, namun telinganya dapat mendengar suara lelaki tinggi itu dengan jelas.

Anna mendongakkan wajahnya untuk menatap wajah Draken, kemudian ia mengangguk pelan seraya berucap. "Terimakasih," Ucapnya yang kemudian pergi dari hadapan Draken menuju ke salah satu bangku panjang di dekat lapangan baseball, tempat Eri berada.

Ia menghela napas pelan, melihat ke arah langit dengan mata yang menyipit karena silau, membuat kedua pipinya memerah akibat paparan sinar matahari.

Otaknya kembali memutar kejadian barusan dan mengulang ucapan Draken dengan jelas, entah kenapa suara Draken seolah terngiang-ngiang dan terasa masih sangat jelas di telinganya.

Langkahnya memasuki area sekitaran lapangan baseball dan dengan sialnya, ia malah mengingat kejadian beberapa hari lalu antara dirinya dengan Draken sore itu.

Hey, kalau dipikir-pikir, bukankah Draken terlihat menawan dan akan menjadi sosok kekasih yang sempurna? Pasalnya, lelaki itu tampan, memilki kharisma yang kuat, yang dapat membuat siapapun merasa segan terhadapnya. Draken juga memiliki tubuh tegap nan tinggi, dengan dada bidang dan punggung lebar yang mengisyaratkan bahwa ia lelaki terpercaya. Ditambah juga Draken sangat keren dengan outernya, apalagi saat menaiki motornya.

Anna segera menggeleng cepat, menghilangkan imajinasi yang muncul pada pikirannya. Ia segera duduk di samping Eri yang sudah siap memberikannya protes.

"Apa yang membuatmu begitu lama di kantin?" Tanya Eri, membuka kantung kertas milik Anna untuk melihat apa yang perempuan itu beli.

"Antriannya sangat panjang seperti biasanya." Ucap Anna, membuka kotak bekal makan siang milik Eri dan memakan salah satu ubi rebus milik perempuan berambut panjang di sampingnya itu.

"Kau bahkan hanya membeli ini, tidak ikut membeli makan siang." Ucap Eri, merebut kotak bekal miliknya dari pangkuan Anna.

Anna sama sekali tidak mengindahkan ucapan Eri, dan mulai membuka salah satu sandwich kejunya dengan tenang, sembari menikmati angin yang berhembus pelan di hari yang terik ini.

Anna menoleh, menatap wajah Eri, "Kau tau tentang Draken, 'kan?" Tanya Anna.

Eri membalas tatapan Anna dengan tatapan horror, "Siapa yang tidak tau Draken di sekolah ini? Hey, jangan bilang kalau kau membuat masalah dengan lelaki itu?" Tanya Eri.

Mendengar pertanyaan Eri, Anna malah menggidikkan kedua bahunya seraya berucap, "Sepertinya. Kau ingat 'kan hari dimana aku dihukum oleh Takeda sensei untuk membawakan seluruh buku-bukunya yang berat dan tebal dari gudang menuju ke mejanya di kantor? Hari itu, karena ketebalan buku-buku Takeda sensei, aku tak sengaja menabrak Draken, disini." Jelas Anna, sedikit kesal mengingat betapa beratnya buku-buku yang ia bawa.

Eri melotot mendengar penjelasan yang dilontarkan oleh Anna, "Hah? Apa kau bilang? Menabraknya? Kau berani-beraninya menabrak lelaki menyeramkan itu?" Tanya Eri, masih tidak percaya ternyata sahabatnya memiliki nyali yang cukup besar untuk berhadapan dengan seorang Draken.

Anna mengangguk pelan, "Aku serius, aku menabraknya dengan tidak sengaja. Memang, dia menyeramkan namun bukankah sangat keren dan tampan?" Tanya Anna, menatap ke arah langit dengan sedikit menyipitkan matanya.

Eri tersedak makan siangnya, namun segera menoleh untuk menatap Anna dengan tatapan horor. "Kau demam?" Tanya Eri, khawatir.

Anna mengernyit mendengar pertanyaan yang Eri lontarkan secara tiba-tiba, "Apa? Tidak, aku tidak demam. Sangat sehat sekarang." Jawab Anna.

"Anna, dengarkan aku." Ucap Eri sembari memegang pundak Anna dengan tatapan sangat serius, "Dia itu lelaki menyeramkan, mudah tersinggung saat suasana hatinya sedang buruk, pernah menjadi orang kedua di geng besar, dan lagi fokusnya hanya untuk Sano-san. Lebih baik kau tidak usah dekat-dekat dengannya agar hidupmu lebih damai." Lanjut Eri, yang kemudian kembali mrnghabiskan bekal makan siangnya.

Anna memandang Eri dengan bingung, namun tanpa sepatah katapun ia mengangguk pelan dan kembali menghabiskan sandwich nya.

» Just Two of Us to be continue...

Just Two of Us | 𝐑𝐲𝐮𝐠𝐮𝐣𝐢 𝐊𝐞𝐧 ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang