10. Draken's Feeling

259 31 2
                                    

Draken bergerak gelisah dalam duduknya, sesekali melihat ke arah ponselnya, lalu kembali mengalihkan perhatian serta pandangannya ke arah lain.

Sudah sekitar tigapuluh menit mereka berada di depan tembok besar dengan gambar naga besar yang sudah memudar, dan sejak saat itu pula Draken tak dapat tenang barang sedetik pun.

Sedari tadi, Mitsuya memperhatikan apa yang Draken lakukan disampingnya. Lelaki tinggi itu terus menerus memeriksa ponselnya tanpa henti. "Apa yang membuatmu begitu khawatir?" Tanya Mitsuya, menaruh cup mie instannya dan memandang lurus ke arah tembok polos yang telah ia gambar.

Draken menelan salivanya dengan kasar, "Anna, perempuan itu belum membalas pesanku sejak kemarin malam." Ucap Draken, meneguk air mineralnya.

Mitsuya menghela napas pelan, kembali memakan mie instan cupnya dengan tidak habis pikir terhadap jalan pikiran Draken. Ia tidak mengerti apa yang lelaki tinggi itu cemaskan? Bukankah wajar tidak membalas pesan seseorang? Bisa saja Anna memang tengah sibuk, entah menghabiskan waktu sendiri, bersama teman dan keluarganya ataupun mengerjakan sesuatu yang lebih bermanfaat.

Sesaat hendak bersuara dan memberikan respon kepada Draken, suara motor Mikey terdengar nyaring dan kian mendekat ke arah keduanya.

Lelaki berekspresi wajah datar itu memarkirkan motornya di samping motor Draken dan Mitsuya, lalu ikut duduk di samping Draken sembari membawa kantung kertas, lalu menaruhnya di antara mereka bertiga.

"Ada apa?" Tanya Mikey, melahap taiyakinya.

Mitsuya menjawab, "Pesan Draken belum dibalas oleh Anna sejak kemarin, bukankah itu hal wajar?" Tanya Mitsuya, menatap ke arah Mikey yang tengah sibuk dengan taiyaki di tangannya.

Mikey mengangguk pelan sebagai respon atas pertanyaan yang Mitsuya lontarkan, membuat Draken melotot kesal. "Apa yang kau sebut wajar?!" Tanyanya.

Mitsuya mendesah pelan, "Draken, Anna mungkin saja tengah sibuk melakukan hal lain. Bukan hanya kau dunianya, dan lagi, kau dengannya pun tidak memiliki hubungan apapun, kalian tidak pernah membicarakan hal tentang perasaan masing-masing, bukan? Berarti hal tersebut wajar." Jelas Mitsuya.

"Hey, apakah ada dua orang lawan jenis yang berteman, tetapi juga melakukan hal-hal yang dilakukan oleh pasangan? Seharusnya kau sudah tau Mitsuya, aku dan dia bukan hanya teman saja tanpa mengungkapkan perasaan masing-masing sekalipun." Ungkap Draken.

Mitsuya menatap Draken dengan tatapan serius, "Apa yang membuatmu seperti ini?" Tanya Mitsuya, mengundang kernyitan di dahi Draken muncul, menandakan bahwa lelaki itu tidak mengerti ke arah mana pertanyaan yang Mitsuya maksud.

"Apa maksudmu?" Tanya Draken.

Mitsuya tidak menjawab sama sekali, lelaki dengan rambut perak itu melanjutkan kegiatannya yang tengah menghabiskan mie instan cupnya.

Ketiganya terdiam dalam posisinya, seolah tengah terlarut dengan pikirannya masing-masing. Alis Draken bertaut, ia tidak begitu menikmati angin yang berhembus sejuk menerpa wajahnya.

Pikirannya berkalut, memutar kembali sederetan ucapan yang Mitsuya katakan padanya. Ia tidak begitu paham maksud dari perkataan Mitsuya, apakah ia salah karena mencemaskan Anna yang tak kunjung membalas pesannya? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada perempuan itu?

Draken, lelaki tinggi itu menghela napasnya dengan gusar, mengusap wajahnya sebentar dan menatap ke arah dua lelaki yang sibuk dengan makanannya masing-masing.

Saat hendak mengeluarkan suaranya dan berbucara sesuatu, Mikey lebih dulu mengeluarkan suaranya setelah lama berdiam diri. "Jangan membuatnya mengharapkanmu lebih jauh, Ken-chin." Ucap Mikey, dengan mulut sedikit mengunyah.

Draken menatap Mikey dengan aura seramnya, alisnya kembali bertaut tepat setelah mendengar ucapan Mikey. "Hah? Apa maksudmu?' Tanya Draken.

Mikey menoleh, menatap ke arah Draken yang berada di samping kanannya setelah Mitsuya. "Kau tidak mencintainya, kau melihatnya sebagai Emma. Emma sudah tidak bersama kita lagi, sadarlah." Ucap Mikey dengan tenang, seperti biasanya.

Kini, Mitsuya diam, menatap ke arah Mikey dan beralih menatap Draken. Lelaki berambut perak itu tak dapat membantah ucapan Mikey karena dilihat darimanapun, Anna sangat mirip dengan Emma tetapi beda font.

Dari wajahnya, cara bicaranya, bahkan sampai cara kedua perempuan itu menatap pun sama. Mungkin, perbedaan keduanya ada pada sifat yang berbeda.

Draken yang tengah meminum air mineralnya jadi sedikit terbatuk setelah mendengar ungkapan Mikey. Namun lagi-lagi, saat ia hendak mengucapkan sesuatu, Mikey lebih dulu mengeluarkan suaranya.

"Jangan mengelak, siapapun akan setuju bahwa Anna sudah seperti saudara kembar Emma dengan dunia yang berbeda." Ucap Mikey, tangannya bergerak mengambil dorayaki yang berada di dalam kantung kertas yang tadi ia bawa.

"Emma dan Anna, keduanya berbeda, Mikey. Dan aku mencintai keduanya, kau tak dapat menyuruhku untuk melupakan Emma atau menghilangkan rasaku pada Anna." Ucap Draken.

Kali ini, Mitsuya menaruh cup mie instannya, lalu membuka suaranya. "Pastikanlah bahwa kau memang mencintai Anna karena dia Anna, bukan memandangnya sebagai seseorang yang mirip dengan Emma." Ucap Mitsuya, diberikan anggukan oleh Mikey.

"Pastikan bahwa kau tidak akan menyakiti hatinya saat ia tau bahwa kau masih mencintai perempuan lain." Lanjut Mitsuya, membuat Draken sedikit menghela napasnya pelan.

"Hey, Ken-chin." Panggil Mikey.

Draken menoleh menatap Mikey, "Apa?" Tanya Draken.

"Bukankah layar ponselmu masih menampilkan gambarmu bersama Emma? Apakah tidak apa-apa?" Tanya Mikey.

Mitsuya sedikit melebarkan matanya seolah menyadari sesuatu, "Bukankah saat festival kalian pergi bersama? Ponselmu ada pada Anna, 'kan? Sudah pasti dia melihatnya, bodoh." Ucap Mitsuya.

Draken mengernyitkan dahinya mendengar penjelasan Mitsuya, "Lalu? Memangnya kenapa?" Tanya Draken, sama sekali tidak mengerti ke arah mana perkataan Mitsuya barusan.

Mitsuya berdecih, "Ck! Dasar bodoh! Tentu saja dia akan menganggapmu menyukainya karena kemiripannya dengan Emma! Bisakah kau lebih pintar sedikit?!" Tanya Mitsuya, sudah geram dengan sifat Draken yang sangat tidak peka.

Draken membalas tatapan geram Mitsuya dengan tatapan nyalang, namun sebelum lelaki jangkung itu membuka suaranya untuk memberikan respon teehadap perkataan Mitsuya, Mikey lebih dulu berbicara.

"Mitsuya benar, Ken-chin. Tak hanya Anna, mungkin semua orang akan menganggapmu menyukainya karena kemiripannya dengan Emma jika kau tidak menjelaskan semuanya seperti saat ini." Ucap Mikey, membuat Draken menoleh dengan tatapan yang masih sama.

"Bahkan kau pun membela Mitsuya? Oh astaga," Ucap Draken, membuang wajahnya ke arah lain tanpa dengan sedikit bergumam tak jelas.

"Kau yang salah, bodoh! Dasar lelaki tidak peka! Tubuhmu saja yang besar, tetapi otakmu sangat keckl seperti udang!" Ucap Mitsuya dengan sedikit memisuh karena kesal.

Draken kembali menatap Mitsuya, "Hey! Jangan mengataiku bodoh jika kau juga bodoh!" Ucap Draken, sama kesalnya dengan Mitsuya.

"Sudahlah Ken-chin, kau terima saja bahwa kau memang bodoh." Ejek Mikey, menatap ke arah Mitsuya dan Draken yang sudah saling menarik kerah baju masing-masing, lalu menoleh untuk menatapnya.

"Diam kau cebol!" Seru Draken.

Mitsuya melepas tangannya dari kerah baju Draken, lalu melepas tangan Draken dengan paksa dari bajunya. "Berusahalah untuk menjelaskannya pada Anna apa yang sebenarnya kau rasakan..., dan juga tentang Emma. Ia perlu mengetahuinya menurutku." Ucap Mitsuya.

"Ken-chin, apa yang membuatmu tertarik pada Anna?" Tanya Mikey, membuat Draken menoleh sebentar lalu memandang ke arah tembok dengan lukisan naga yabg sudah sedikit hilang.

Sesaat sebelum Draken menjawab pertanyaan Mikey, lelaki itu lebih dulu melanjutkan ucapannya. "Jangan beritahu pada kami, Anna harus menjadi orang pertama yang mengetahuinya." Lanjut Mikey, mampu membuat Draken merenung terdiam.

» Just Two of Us to be continue...




an: LUPA SEMALEM TU MALEM JUMAT HUHU GOMEN

Just Two of Us | 𝐑𝐲𝐮𝐠𝐮𝐣𝐢 𝐊𝐞𝐧 ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang