Kedua

2.4K 420 39
                                    

Hari ini adalah hari yang istimewa, karena seluruh anak komplek yang baru lulus ujian nasional sekolah dasar disuruh kumpul di lapangan untuk pengambilan foto bersama. Kebiasaan turun temurun yang dikhususkan untuk anak-anak yang baru lulus sekolah, mulai dari kelulusan TK sampai SMA. Cili punya foto bedua dengan Luhur saat keduanya lulus dari taman kanak-kanak. Waktu itu, Luhur belum sadar sudah dimanipulasi untuk foto berdua dengan Cili, tapi tidak dengan hari ini, ia tak akan tertipu untuk kedua kalinya.

"Om, potoin aku sama Luhur dong. Lur, ayok!"

"Nggak mau!!!"

"Ayok Lur, ini kan hari terakhir kamu pake seragam bebek."

Cili menarik lengan kurus Luhur kuat-kuat, membuat anak lelaki itu hampir jatuh.

"Apa? Lepas nggak?!!"

Cekrek cekrek

Tiga hari setelahnya, ada selembar foto yang diberikan Praka Darto pada Cili lalu selembar foto yang sama kepada Luhur. Anak lelaki itu mengamuk setelah melihat hasil akhirnya lalu merobeknya jadi dua dan melemparkannya ke muka Cili.

"Aku nggak bakalan mau foto berdua sama kamu, nggak akan!!!"

_______________________________*

Mas Rawi gemar sekali film horor. Ia sering menonton film kesukaannya itu diam-diam di dalam kamar karena takut ketahuan bapak. Pernah sekali bapak memergokinya, Mas Rawi yang lupa mengecilkan volume televisi dan menyangka bapak sudah tidur kaget alang kepalang lalu menerima dua pukulan di pipi dari bapak yang marah besar. Setelah kejadian itu, kakak sulungnya itu tak kapok-kapok, ia masih saja menonton film-film penuh kengerian dan menambahnya dengan video-video porno.

Mereka tiga bersaudara, Mas Rawi, Mbak Yoyo dan dirinya. Memiliki tiga anak tak lantas menjadikan bapak betah di rumah. Beliau selalu pergi dan setiap kali Luhur bertanya hendak kemana, dengan suara tegas bapak berkata kalau ia sedang menjalankan tugas negara dan menyuruh Luhur bersikap baik selama dirinya tak ada.

Luhur menaati semua perintah Bapak. Ia selalu rapi dan wangi. Belajar adalah hal utama, bermain di halaman saja. Ia tak diperkenankan bergabung dengan anak-anak lain di asrama- kalau yang ini keinginan ibunya yang mengatakan kalau perempuan itu tak mau putra bungsunya terkena penyakit menular jika bergaul atau bermain sembarangan.

Terkadang ia ingin memberontak karena semakin bertambah usia, makin penasaran pula ia dengan dunia luar. Dirinya ingin berkelana, berpetualang kemana saja atau paling tidak menyusuri setiap jengkal batalyon yang luas. Ia belum pernah masuk ke dalam hutan yang konon katanya dijadikan tempat berlatih prajurit dan dipagari agar tak ada sipil yang bisa masuk ke dalam. Ia ingin jajan di kantin markas karena jajanan di sana kelihatan enak-enak, apalagi kue-kue basah buatan ibu Cili. Ia hanya bisa melihat anak-anak berbelanja di sana setelah selesai mengaji sore sedangkan ia harus pulang karena Eyang Minarti sudah datang menjemputnya.

Luhur pernah mengadukan hal itu kepada Mas Rawi dan meminta pendapat mas-nya itu, apa sebaiknya ia mengajak Cili untuk masuk ke dalam rimba belantara yang telah lama membuatnya penasaran.

"Yaelah, emang kamu percaya kalau Cili pernah masuk kesana?"

"I don't know, maybe." Kata Luhur sangsi.

Mas Rawi tertawa. "Nggak sembarang orang bisa masuk ke sana, lagian anak seiseng Cili kamu percaya. Atau jangan-jangan kamu sebenernya pengen berduaan ya sama si Cili." Mas Rawi menaik-naikkan alisnya menggoda. Wajah Luhur merah padam.

Cili sialan, anak itu selalu berhasil membohonginya.

"Ngomong-ngomong, apa Cili masih manggil kamu bebek?" Mas Rawi tertawa, ia berhasil membuat adiknya cemberut lagi.

Bittersweet RomanceWhere stories live. Discover now