Ketujuh

2.9K 404 22
                                    

Hubungannya dan Damar tidak beranjak kemanapun. Mereka tetap profesional, yaitu seorang atasan dan anak buahnya. Pertengahan tahun, kantor Damar lebih sering terkunci karena tugas berdatangan seperti tak ada habisnya. Mara melampiaskan rindunya dengan cara membeli banyak buku dan melahapnya sepanjang waktu, karena jika ia tetap sibuk, pikirannya bisa teralihkan.

Nyatanya tidak. Di sela-sela mengistirahatkan mata, Damar muncul tiba-tiba di depannya, tak berbaju dan menawarkan apel beracun. Lain waktu, lelaki itu datang dengan membawa anak kucing lucu yang berubah galak saat dipangku. Mara tak bisa lagi membedakan dunia nyata dan khayal karena apa yang terjadi diantara dirinya dan Damar juga banyak ditemuinya di novel dan manga yang pernah dibacanya.

Damar baru datang setelah makan siang, masuk ke dalam ruangannya dan tak muncul-muncul lagi. Sore datang dan semua staf mulai membereskan meja bersiap-siap untuk pulang. Mara harus menyerahkan beberapa dokumen yang harus ditanda tangani selama atasannya itu tidak ada. Di dalam ruangannya, Damar tampak sibuk dengan sejumlah pekerjaan, hanya menyuruh Mara meletakkan semua bawaannya tersebut di pinggir meja. Merasakan perlakuan yang didapatnya, Mara jengkel, kentara sekali kalau rindunya tak berbalas.

"Saya permisi, Ndan."

"Ya. Besok kamu saya tunggu di gerbang depan." Tanpa mengangkat kepala, Damar menahannya untuk pergi.

Besok minggu, ia sudah punya rencana lain. Tapi tugas negara tak mengenal hari libur. "Siap. Kemana, Ndan?"

"Kencan. Sana pulang." Ajakan dan pengusiran yang terlontar dari mulutnya membuat Mara yakin kalau Damar punya kepribadian ganda.

Wait, What? A date? Damar pasti sudah gila.

                                                           ______________________________*

Tepatnya bukan persis di depan gerbang masuk. Mara menemukan mobil Damar jauh terparkir di sebelah timur. Langkahnya terhenti, kira-kira sepuluh meter di depannya, lelaki itu berdiri menyender di dinding pagar yang membatasi area markas dan sebuah boulevard. Ia melamun dengan sebatang rokok diantara dua jarinya. Mara sering melihatnya merokok dan biasanya di tempat-tempat sepi, menjauh dari orang-orang. Pagi itu Damar memakai t-shirt hitam dan celana jins hitam koyak-koyak. Kakinya beralas sandal jepit.

"Kau kemanakan Luhurku yang rapi dan wangi?"

Damar menoleh dan melihat Mara tengah meneriakinya. T-shirt putih Mara menempel ketat ditubuhnya yang langsing. Berpadu dengan rok jins sedengkul dan sepatu keds bewarna putih.

"Kebiasaan telat," tegur Damar.

Mara melihat jam di tangannya. Ia hanya terlambat lima menit, itupun karena repot mencari keberadaan Damar dan mobilnya. Dirinya semakin kesal karena lelaki itu masuk ke dalam mobil tanpa bersikap gentle dengan membukakan pintu penumpang untuknya.

"Pakai seat-belt."

"Pakein!"

Damar tidak melakukan perintah Mara dengan gratis. Setelah memasangkan sabuk pengaman, lelaki itu menciumnya dengan sedikit kasar. Setelah puas dan membiarkan Mara mengerang marah karena masih kepengin, mobil mulai melaju membelah jalan raya.

Di dalam mall, di tengah keramaian, hal terakhir bahkan tak diharapkannya dari seorang Damar adalah ketika tangannya digandeng dengan begitu erat dan menolak untuk melepaskan. Mara yang masih terkaget-kaget dengan perlakuan manis itu menabrak-nabrak apa saja yang menghalangi jalannya, entah itu manusia beneran atau manekin.

Hal pertama yang sudah dikira Mara bakal dilakukan Damar adalah langsung menuju toko buku. Laki-laki itu memang punya hobi membaca, kebiasaan yang sudah tertanam sejak ia masih kecil. Tanpa berkata apapun, ia memisahkan diri menuju deretan buku non-fiksi, meninggalkan Mara yang dengan langkah kesal mengarah ke tumpukan buku-buku fiksi. Tak lama kemudian perhatiannya sudah seratus persen pada novel-novel new release, bersampul menarik dengan sinopsis yang menjanjikan. Mara sudah memilih beberapa yang hendak dibawanya pulang ketika Damar berdiri di dekatnya tanpa sepengetahuannya.

Bittersweet RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang