•Aku ingin meminangmu•

284 13 0
                                    

Diam dan Rasa
grsnrindu

•••

Hari ini hari terakhir Alfi dan Ilyas tinggal di rumah kedua orang tuanya, dan saat ini mereka tengah mengemas pakaian yang akan mereka bawa kerumah mertua Alfi, karena besok pagi mereka akan berangkat.

"Mas, mau minum apa?"

"Air putih dingin aja deh Sayang," jawab Ilyas yang tengah membantu mengemas barang bawaan istrinya.

"Baiklah, Afi ambilin dulu ya Mas," ujar Alfi beranjak dari duduknya.

Ia melangkahkan kaki menuruni anak tangga satu persatu, tak sengaja Alfi mendengar percakapan beberapa orang di ruang tamu yang menyebut namanya.

"Ma, siapa yang dateng?" Tanya Alfi melihat Lia yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Mama gak tau Nak, kita ke depan bareng aja," ujar Lia yang di angguki Alfi.

Saat memasuki ruang tamu, Alfi melihat pemuda yang tak asing baginya tengah duduk berhadapan dengan Heri.

"Ada apa ini?" Tanya Lia duduk di sebelah Heri.

"Qahtan? Ada perlu apa sampai datang ke rumah kedua orang tuaku?" Tanya Alfi sepelan mungkin agar Qahtan tidak tersinggung.

Qahtan tersenyum mendengar pertanyaan Alfi.

"Aku ingin meminangmu." Jawaban Qahtan berhasil membut Alfi dan kedua orang tuanya tersentak kaget, bagaimana mungkin seseorang melamarnya sedangkan dia sudah menikah satu minggu yang lalu.

"Apa maksudmu?" Tanya Heri menahan amarah.

"Saya ingin meminang Alfi untuk menjadi istri saya Om," jelas Qahtan masih dengan senyumnya.

"Alfi, aku memenuhi janji ku hari itu, kuliahku sudah selesai dan sekarang aku datang melamarmu, apa kamu ingat? Waktu itu aku bilang, aku tak ingin mendengar penolakan darimu untuk hari ini," lanjutnya berbinar.

"Janji apa? Aku tak pernah menyetujui janji itu, hanya kamu yang mengucapkannya," ujar Alfi kesal.

"Kenapa kamu marah? Aku mencintaimu Alfi, aku ingin kamu menjadi istriku," ucap Qahtan tegas.

"Tidak bisa, Anak saya sudah menikah." Kali ini Lia yang berbicara.

"Saya tak sebodoh itu untuk mempercayai perkataan Tante." Heri dan Lia yang mendengar ucapan Qahtan, merasa tak suka dengan pemuda di depan mereka ini.

"Ada apa ini Sayang? Kok ribut-ribut?" Tanya Ilyas menggenggam tangan kanan Alfi.

Semua orang menoleh ke sumber suara, Qahtan yang melihat itu tak percaya dengan yang ia lihat sekarang.

"Qahtan? Ada perlu apa lo kesini?" Tanya Ilyas begitu tenang, meski sebenarnya ia begitu marah pada pemuda itu.

"Gue yang seharusnya nanya! Ngapain lo di rumah calon istri gue? Jangan sentuh dia! Alfi, kenapa kamu mau di sentuh oleh lelaki yang bukan mahrom mu?" Qahtan berdiri hendak memukul Ilyas namun dengan segera Heri menahannya.

"Karena Ilyas suamiku!" Pernyataan Alfi sukses membuat Qahtan menghentikan aksinya melepaskan diri dari pegangan Heri, dia mematung, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar.

"Apa lo masih gak percaya?" Tanya Ilyas menunjukkan cincin pernikahan yang terpasang di jari manisnya dan Alfi.

"Kenapa kamu tak mengundangku Fi?" Tanya Qahtan menatap Alfi sendu.

"Semua teman sekolah sudah aku undang, termasuk kamu," jawab Alfi menggenggam erat lengan Ilyas.

Ilyas berjalan kesisi kiri ruangan, dimana ada sebuah laci berwarna cokelat, ia mengambil sebuah undangan di dalam sana dan memberikannya kepada Qahtan.

DIAM DAN RASA [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang