Lebaran

210 10 8
                                    

°Diam dan Rasa°
grsnrindu

•••

"Bagas, Sayang!" Teriak Alfi memanggil putranya yang tak ia lihat sedari tadi.

Alfi menuruni anak tangga dengan perasaan khawatir.

"Duh, kemana sih?" Tanya Alfi pada dirinya sendiri.

Ia berjalan ke arah dapur, samar-samar Alfi mendengar gelak tawa dari lelaki berbeda generasi di taman belakang rumah. Ia membawa langkahnya menuju taman dan tepat saat Alfi berada di ambang pintu yang menghubungkan ke taman, ia melihat putranya tengah belajar berjalan dengan suaminya sambil tertawa.

Sebuah senyuman menghiasi wajah cantik Alfi. "Umi cariin dari tadi, ternyata lagi belajar jalan sama Abi ya?" Ujar dan tanya Alfi menghampiri kedua lelaki berbeda generasi itu.

"Mi! Mi!" Teriak Si Kecil Bagas mengangkat tangannya meminta di gendong oleh Uminya.

Alfi langsung membawa putranya ke gendongannya, lalu menciumi pipi gembul Bagas berkali-kali.

Ilyas menghampiri istri dan putranya itu dengan senyuman manis yang terus menghiasi wajahnya.

"Udah siap?" tanya Ilyas yang di jawab anggukan oleh Alfi.

Mereka melangkah menuju pintu utama sambil mendengarkan celotehan Si Kecil Bagas yang sudah berusia 12 bulan. Dia sedang belajar berjalan dan belajar berbicara.

Gema takbir di pagi hari ini terdengar di seluruh masjid dan mushola, terlihat wajah bahagia umat muslim menyambut hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa.

"Mas, pecinya gak di pake?" tanya Alfi saat mereka melewati ruang tamu.

"Eh lupa, Mas ambil dulu sekalian pake sarung deh," jawab Ilyas melangkah menaiki tangga menuju kamar mereka.

Alfi menggeleng melihat kelakuan suaminya yang pelupa. Ia memutuskan menunggu di sofa.

Selang beberapa menit Ilyas turun tangga dengan sarung yang telah ia pakai, tak lupa peci hitam di kepalanya.

"Udah, yuk berangkat."

"Udah semua Mas?"

"Udah Sayang." Alfi mengangguk mendengar jawaban Ilyas dan dengan segera mereka melangkah keluar rumah dengan tujuan masjid untuk melaksanakan sholat idul Fitri berjama'ah.

"Eh bentar deh." Ucapan Ilyas menghentikan langkah Alfi, ia menatap bingung suaminya. Entah apa lagi yang ketinggalan.

Ilyas tersenyum lalu berbisik di samping telinga kanan Alfi. "Cadarnya di benerin dulu gih, kalo Mas yang benerin ntar whudu'nya batal."

Alfi tersenyum mendengar ucapan Ilyas, dengan segera Alfi merapikan cadarnya dengan tangan kirinya yang bebas.

"Udah?"

Ilyas mengangguk dan tersenyum. "Iya, udah cantik banget MasyaAllah."

Alfi tak bisa menahan senyumnya mendengar pujian itu untuknya. "Udah yuk, keburu mulai sholatnya."

Ilyas terkekeh lalu mengikuti langkah istrinya menuju masjid. Lantunan takbir terus mereka lafadzkan secara lirih dengan hati yang gembira.

"Yang kemana-kemana selalu couple an mah beda ya," ujar seorang perempuan seumuran Alfi yang berjalan di belakang mereka.

DIAM DAN RASA [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang