32. Mengalah, ya, Lagi

24.9K 2.1K 68
                                    

·Lo cuma teman

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

·Lo cuma teman. Lo gak punya hak buat ngatur sama siapa dia berhubungan, jodoh bukan di tangan teman, kan?

- "Ya."


KIANA tidak bertanya apa pun tentang Sagara yang setahunya semalaman berdiskusi bersama seorang siswi kelas sepuluh IPA 1 bernama Zayara.

Namun, keberadaan sepasang kaki Sagara dengan dua sepatu hitam di telapaknya membuat Kiana mengerti tujuan Sagara pagi-pagi jam 06.31 WIB tampak di depan pintu.

Kiana melihat tampilan sahabat masa kecilnya itu dari atas sampai bawah. Bisa-bisanya cowok itu masih menggunakan dasi yang semalam Kiana gigiti.

"Kantong mata lo hitam, kenapa?"

"Kantong mata lo hitam, kenapa lagi?"

Pertanyaan dengan empat suku kata yang sama itu adalah kalimat yang pertama kali ditanyakan Sagara kepada Kiana dan Kiana kepada Sagara untuk pagi yang benar-benar tidak cerah ini.

"You don't need to ask me," ucap Kiana. Ia tahu bahwa Sagara punya jawaban atas pertanyaannya sendiri. Hampir tiap hari-bukan hampir-tiap hari Sagara menanyakan hal yang sama dan jawaban Kiana adalah marathon nonton Disney Movie atau seluruh western series.

Kiana harap Sagara tidak memeriksa MacBooknya, mengecek, lalu sahabatnya sejak umur 3 tahun itu menemukan bahwa tidak ada recently watching di sana.

Tolong jangan memberitahu Sagara bahwa semalam Kiana kurang tidur bukan karena menonton, namun berpikir. Memikirkan hal yang seharusnya tidak ia pikirkan.

Sagara belum menjawab Kiana yang bertanya mengapa ia mengalami mata panda pagi ini. Ia malah meletakkan tasnya di kursi luar dan mendekat ke arah Kiana yang berdiri di muka pintu, lalu tangan kanan Sagara terangkat menuju dahi Kiana. Memeriksa apa sahabat masa kecilnya ini lebih baik atau buruk.

Mereka sepertinya tak ada rencana untuk masuk ke dalam rumah guna meminimalisir dingin yang dibawa hujan dan langit pagi.

Kiana tak merasakan derajat celsius yang menurun dan membuat tubuhnya kedinginan sebab selimut tebal dan jaket juga celana panjang menghangatkannya.

Namun tidak dengan Sagara. Cowok itu saat ini benar-benar rapi menggunakan seragam dan celana abu-abu sekolah beserta dasi di leher. Sagara tak membawa jaket untuk memberinya kehangatan.

Sagara tahu ia kedinginan, namun entah kenapa tubuh Sagara tak lagi merasa dingin setelah ia melihat Kiana dilingkari benda-benda penghangat tubuh walau Sagara tak sedikitpun memakainya.

"Nih," unjuknya sambil memberi dua obat dari tas yang berada di bangku samping.

Kiana mengambil obat itu dari tangan Sagara. Sebenarnya para penolong di rumah telah membeli sesuatu di medis agar Kiana tak pusing dan tak demam lagi.

Rewrite My Heart [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now