16 ─ i won't tell you

1.4K 193 6
                                    

Setelah menceritakan semuanya, Chenle menyeka air matanya sendiri. Ia merasa malu sekaligus merasa bersalah pada Jisung. Entah lah, ia rasa sekarang ia tak pantas untuk di puja oleh Jisung.

Chenle merasa tak pantas mendapatkan cinta yang tulus dari Jisung, ia terlalu sakit untuk membayangkan betapa hancur nya Jisung karena dendam yang tersulut pada dirinya.

Chenle berhasil menyalurkan dendam yang tersulut nya, namun beruntung sekali hati nya bisa seratus delapan puluh derajat berubah dan mengurungkan niat jahat nya.

"Maaf, kita memang seharusnya saling melupakan, Jisung."

"Tapi kenapa?!"

"Aku tidak bisa untuk mu, kau tak bisa untukku."

"Aku bisa! Aku akan bersama mu meskipun kau tak mencintai ku, cukup berada di sisi ku." Jisung terlihat gusar.

"Tidak, aku tidak bisa untuk mu."

"Chenle, mari lah berpikir secara dewasa. Ini pertama kalinya aku mengatakan bahwa kau egois, Chenle."

"Kau tak bisa memaksa kan kehendak."

"Jawab pertanyaan ku dengan jujur, kau mencintai ku bukan?"

"Sayang nya tidak sama sekali, Jisung."

"Kau berbohong."

"Aku tidak!"

"Dari hati mu yang terdalam, kau benar-benar mencintai ku. Bukan kah kau?"

"Tidak."

Jisung merasa lelah, untuk pertama kalinya ia merasa lelah seperti ini pada Chenle. Ia merasa kesal, gusar, dan sedikit kecewa pada Chenle. Haruskah ia menyerah dan melupakan cinta nya?

"Renung kan semua nya, mari bertemu lagi nanti."ucap nya sambil menatap dalam netra Chenle.

Secara tidak langsung Jisung mengusir Chenle dari kediaman nya.

Saat kejadian Chenle menyelamatkan Jisung, tak lama kemudian mobil Jisung meledak. Tentu saja hal ini membuat jalanan menjadi ricuh. Jisung dan Chenle kemudian memutuskan untuk pergi ke kediaman Jisung menggunakan mobil milik Chenle.

"Jisung aku--"

"Kau boleh pergi sekarang, Chenle. Terima kasih."

Chenle tak bergeming, daerah kedua matanya panas, dan tak lama kemudian air bening yang berasal dari pelupuk mata Chenle terurai di pipi nya.

Sayang nya Jisung tak melihat itu, ia enggan menatap Chenle. Tak sedikit pun ia menoleh pada Chenle.

"Jisung aku mencintai mu!" dengan cepat Chenle memeluk Jisung dari samping.

Hati Jisung terasa lega, akhirnya ia mendengar ucapan yang selama ini ia tunggu dari mulut Chenle.
Ia menghadap pada tubuh Chenle, dan memeluk Chenle dengan tenang.

"Mengapa baru mengatakan nya sekarang?"ucap nya berbisik tepat di telinga Chenle.

"Aku---maaf kan aku, Jisung. Hiks."

"Jangan menangis, aku merasa menyakiti mu bila melihat mu menangis karena ku."

"Aku mencintai Jisung, apakah cinta Jisung masih berlaku untukku?"

Jisung terkekeh, "Tentu saja. Cinta ku akan tetap berlaku sampai kapan pun."

"Aku takut kau mencintai orang lain karena aku telah mengabaikan mu."

"Tidak mungkin, aku hanya tertarik pada mu."

Jisung mengecup dahi Chenle, namun pemilik nya hanya tersenyum manis. "Terima kasih."

"Chenle, apakah kau akan memberi tahu pada ku apa alasan kau membenci ku?"

"Ah, beri tahu tidak ya?"

"Bila kau mau."

"Baiklah, aku tak akan memberi tahu. Tak apa, kan?"

Jisung tersenyum, lalu menggelitiki Chenle. Sedangkan Chenle, ia hanya tertawa geli dan meminta berhenti.

"Tak apa, itu semua hak mu. Jangan membebani diri, ya?"

"Baik pak polisi!"

Akhirnya Chenle dapat mencintai seorang Jisung dengan tulus. Dan ia pun berniat tak memberi tahu masa lalu tentang kehidupan dahulu nya dengan Jian. Biarlah itu terkubur dalam-dalam, sekarang ia hanya ingin menjalankan hidup sebagai Chenle bersama Jisung-nya.

➽───────────────❥

"Kamu ingin anak kita laki-laki atau perempuan?"Chenle mendongak, kini ia bersama Jisung sedang bersantai sambil menonton sebuah drama.

"Apa saja, asalkan ia cantik seperti mu."

"Jadi anak perempuan?"

"Bisa jadi, laki-laki pun bisa cantik, seperti kamu."

"Aku cantik?"

Hati Jisung seperti meleleh sekarang, mengapa Chenle sangat menggemaskan pikir nya. Ternyata Chenle begitu manis apalagi saat bersikap seperti ini.

"Kamu seribu kali lebih cantik daripada bidadari, peri, dan malaikat. Kamu yang tercantik." Jisung mencuri kecupan singkat di bibir Chenle.

Chenle terkekeh, ia lalu mengusap perut nya. "Lihatlah sayang, daddy mu begitu pandai membual apalagi memuji papa."

Jisung kemudian menaruh lengan nya di perut Chenle, "Daddy tidak membual sayang, papa mu memang begitu cantik dan manis."

Mereka nampak sangat bahagia, dan sangat menantikan bayi yang ada di perut Chenle untuk lahir.

"Zhong Chenle." ucap Jisung namun dengan nada serius.

"Ada apa?"

"Ingin menggigit pipi mu, apakah diizinkan?"

Haish, Chenle kira Jisung akan mengatakan sesuatu yang penting. "Eung, tidak boleh kencang-kencang, nanti aku akan menjerit!"

To be continue...



White Night | ChenjiWhere stories live. Discover now