Panggil Aku Nana (Na Jaemin)

23 2 2
                                    


Aku menghalau sinar matahari yang menyorot wajahku dengan sebelah tanganku. Meski aku berada di dalam gawang, matahari tetap dapat menemukan wajah tampanku. Aku nggak mengira cuaca hari ini akan sepanas hari ini.

Aku tidak suka bau keringat. Karena itu akan mengurangi rasa percaya diriku. Kurang percaya diri bukanlah hal yang baik, karena bersamaan dengan kurangnya percaya diri, seseorang akan menjadi kurang memesona.

Oh yaik! Aku nggak akan membiarkan diriku tidak memesona.

"Na! Oper bolanya!" suara Haechan menusuk telingaku.

Aduh! Aku harus memikirkan cara untuk berteduh tanpa harus terlihat menghindari pelajaran olahraga ini.

"Na Jaemin?! Mwo haneun geoya?" suara Haechan terdengar marah.

"Akh!" Aku memegang kepalaku dengan tangan kanan, sementara tangan kiriku melemas sehingga bola menggelinding begitu saja.

"I have a headache!" ujarku membuat mimic wajah semeyakinkan mungkin kalua aku benar-benar sakit kepala.

"Ya!"

"Mian! Kayaknya aku harus ke UKS! Aaahhh..." Aku langsung lari terbirit-birit. Peduli amat dengan sorakan yang lain. Yang penting aku harus menyelamatkan pesonaku hari ini.

Bagiku, ini seperti mempertaruhkan hidup dan matiku.

Bye bye Lee Haechan...

"Ya~ Na Jaemin!"

Aku tidak pergi ke UKS. Aku memilih untuk mandi sebentar dan membuat diriku kembali harum. Meski aku belum punya gebetan di Serin A, tapi aku bukan Haechan yang akan memikirkan penampilan hanya karena gadis pujaan.

Na Jaemin bukan Lee Haechan.

Usai membersihkan diri, aku beranjak ke ruang khusus kami.

Ruang Khusus Anak Sultan.

Di mana di ruang itu aku, Haechan, dan Chenle bebas rebahan. Aku memang masih berusia 17 tahun, tapi badanku serasa berusia 45 tahun. Baru sebentar aku berolahraga, punggungku sudah mendambakan sofa empuk ruang K.A.S.

Aku sampai di ruang K.A.S, di sini sofa seperti memanggil-manggil namaku.

"Nana... Nana... Nana.."

Ouh, begitu merdu sekali.

Ini bahkan lebih merdu dari suara Wendy Noona.

"Nana... Ayo tiduri aku!"

Mwoya?? Mwoji??

Kok jadi mesum?!

Aku menggeleng kepala konyol. Fantasi ini sedikit liar. Padahal aku cuma mau rebahan. Baiklah... baiklah.

Aaahh, akhirnya aku bisa merapatkan punggungku dengan sofa ruang K.A.S. Rasanya nyaman sekali. Sembari menunggu pelajaran olahraga, ada baiknya aku tidur dulu. Untuk mengeluarkan pesonaku yang berharga, aku butuh energi. Untuk itu aku harus tidur.

Ya, panggil aku Nana,  dan rebahan adalah nama lainku.

**

THE STORY OF DREAMISWhere stories live. Discover now