Manusia 180 KM (Park Jisung)

19 2 2
                                    

Namaku Park Jisung. Ibuku bilang, aku lahir pada masa saat Korea Selatan memenangkan Piala Dunia, di masa keemasan Gelandang Park Jisung. Jadi itu sejarah singkat mengapa namaku Jisung.

Sama seperti Park Jisung yang itu, aku juga memiliki ambisi yang sama. Aku ingin menjadi sukses. Bukan sebagai pemain sepak bola, tapi sebagai penari hip hop!

Park Jisung!

"Ya! Ya!"

Teriakan dan bisikan menyergap pendengaranku secara bersamaan. Tak lama, aku merasa benda keras mengenai kepalaku. Sakit sekali. Aku mengaduh sembari mengusap kepalaku.

"Ini sudah berapa kali saya tangkap kamu ketiduran di kelas saya?"

Aku menahan sakit di kelapaku begitu melihat pelototan Ssaem Choi.

"Jeosunghamnida."

"Pergi cuci muka sana!"

Aku pun tak punya pilihan selain menurut. Dari tadi pagi, aku sudah menahan kantuk, dan siang ini aku tak bisa menahannya lagi dan akhirnya ketiduran di pelajaran matematika.

Aku benar-benar kurang tidur malam tadi.

Aku baru saja mempelajari gerakan baru dari youtube. Ini bermula ketika aku membuka milis media social dan menemukan salah satu personel boygroup mengcover lagu Own It milik Ed Sheeran dan Burna Boy.

Aku terkesan dengan koreografi yang diciptakannya dan tertantang untuk mengikutinya. Agak sulit dan aku membutuhkan waktu yang lama sehingga aku pun lupa waktu.

Jadi, di sinilah aku sekarang. Berada di depan wastafel toilet untuk menjernihkan kantung mataku. Aku tidak boleh tertangkap sedang tertidur lagi. Aku masuk SMA Serin A memang melalui golden ticket, aku tidak boleh menyianyiakan karir artis cilikku.

Meski aku sudah mencuci wajahku, langkahku masih sedikit lunglai. Aku masih belum bertenaga. Aku juga lapar. Makan siang tadi, sudah entah kemana. Aku masih butuh asupan agar aku kuat dan tumbuh tinggi. Cita-citaku selain menjadi dancer terkenal, aku juga ingin menjadi pria tampan yang memiliki tinggi 180 KM.

Ruang Khusus Anak Sultan

Tiba-tiba sebuah ide muncul begitu saja di kepalaku ketika melewati ruangan ini. Ide ini akan mendukung keinginanku.

Aku menoleh ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada orang yang melihatku saat ini. Ketika memegang handle pintu ruang khusus anak chaebol itu, kupastikan kembali bahwa tak ada seorangpun yang melihatku memasukinya.

YASH!

Nggak dikunci.

Dasar anak chaebol teledor.

Ya, chaebol mah bebas.

Aku masuk dengan langkah mengendap-endap. Tepat di ujung pandanganku, aku menemukan satu benda yang sangat kudambakan.

Kulkas!

Aku membayangkan banyak harta karun di dalamnya. Secara yang empunya anak Sultan.

Duh, seketika salivaku menetes. Sembari mengusap perutku, aku melangkah mendekati harta karunku.

"Nugu?"

Aku terkesiap ketika mendengar suara itu.

Ada orang?

Refleks aku merunduk. Bersembunyi di belakang sofa. Jantungku rasanya mau copot.

Aku mengintip, gila, itu Jaemin. Bukannya ini belum waktunya istirahat?

Aku mengelus dadaku, benar-benar hampir saja. Kuintip sekali lagi Jaemin yang masih rebahan di sofa.

Matanya tertutup.

Asaaahh! Dia tertidur.

Aku harus segera melancarkan aksiku sebelum dia benar-benar terbangun dan memergokiku. Tolonglah, jangan bangun sampai aku mendapatkan harta karunku.

Aku berjalan jongkok. Aku harus membuat diriku se-invisible mungkin. Jika Jaemin tahu aku berada di ruang K.A.S, panjang urusannya. Untunglah Haechan tidak ada di sini. Itu akan membuat aku lebih sial lagi.

Yang kudengar, Jaemin memang tukang rebahan dan tukang mengigau. Tapi aku sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa aku akan memergokinya mengigau seperti tadi.

Tolong beritahu aku, apakah saat ini aku beruntung atau sial?

"Hei, yang di sana!"

Yang ada di sini...

Aku menyambung, seraya menutup mulutku yang hampir menyemburkan tawa. Jaemin mengigau lagi. Aku jadi penasaran, apa yang sedang diimpikannya?

Setelah perjuangan panjang, melewati lembah dan tepian jurang yang curam, akhirnya aku sampai di depan harta karunku. Aku membukanya pelan-pelan dan menemukan banyak buah di dalamnya.

Aku melirik Jaemin sekali lagi, untuk memastikan kalau dia masih nyenyak tertidur.

Tenang Jaemin Hyung, kau tidak sendiri. Di cuaca yang panas begini memang asik buat tidur. Ja, lanjutkan mimpi indahmu. Kau beruntung tidak ada guru yang akan melempar kepalamu dengan penghapus.

Aku mengikik sekali lagi sebelum mengambil dua buah apel dan dua kotak susu strawberry yang masing-masing berisi 250 ML. Dua kotak saja cukup, itu akan memenuhi kewajiban kalsium yang kubutuhkan perharinya.

Aku menutup kembali kotak harta karunku, lantas mengusapnya dengan sangat lembut.

"Jangan sedih, aku akan sering-sering menjengukmu di sini. Annyeong!" bisikku.

Aku berjalan penuh percaya diri, tidak mengendap-endap karena kuyakin Jaemin masih terbuai di alam bawah sadarnya. Aku bahkan menyiapkan sesuatu jika keberuntungan kembali berpihak padaku.

"Mwoya? Mwoya?"

Aku menahan tawa, dan langsung bergerak cepat, mengacungkan benda petak di hadapan Jaemin. Aku harus mengabadikan keberuntunganku ini. Siapa tahu ini akan berguna di suatu hari.

"Hana dul set, niga neomu joha.... Eotteohke... Eotteohkaji?"

Aku tidak percaya. Jaemin mengigau dengan suara khas aegyo.

"Neon nuguya?"

"Jisung..." Aku menyahut.

"Jisungie? Aing kiyowo...!"

Aku benar-benar nggak percaya. Apakah ini bakat alaminya?

Wow!

**

THE STORY OF DREAMISWhere stories live. Discover now