Aku Fullsunmu yang Paling Setia (Lee Haechan)

13 2 0
                                    



"GOAALL!!!"

"Haaaa!" Aku berteriak kesal. Bagaimana bisa Jeno membuat goal terakhir dan menjadikan timku kalah telak?!

Kesal sekali rasanya.

Setelah pertandingan sepak bola yang membuat kekesalanku naik ke ubun-ubun, aku pergi ke ruang K.A.S. Aku yakin Jaemin ada di sana, bermalas-malasan. Aku tahu akal bulusnya. Dia hanya pura-pura sakit kepala dan melarikan diri dari pertandingan.

Jika ini bukan pertandingan melawan Renjun dan Jeno, mungkin aku nggak akan sekesal sekarang jika kalah.

"Ya, Na Jaemin! Mwo haneun geoya?"

Benar kan dugaanku. Jaemin ada di ruang K.A.S. Dia malah enak-enakan memainkan laptopnya sembari rebahan. Rambutnya yang berantakan membuat kentara habis tidur siang.

"Wae?" tanyanya dengan muka tak berdosanya.

Pengin tak 'hih!'

"Aku lagi ngedit foto uri chenle. Ada yang penting?"

Sumpah! Muka Jaemin saat ini lebih nyebelin dari ekspresi Renjun setelah kemenangan timnya tadi.

Aku menarik napas dalam-dalam. Berjalan ke arahnya lalu kusalurkan naluri kesalku dengan menjitak kepalanya.

Jaemin langsung duduk dan terpelongo-pelongo melihatku.

"Aing kwiyowo!" Chenle mengacungkan ponselnya, kurasa dia sedang merekam ekspresi Jaemin yang masih terlihat tampan meski lagi terpelongo begitu.

"Tim kita kalah. Ini semua gara-gara kau!"

"Aahhh...!" Jaemin menepuk keningnya. "Gwaenchanna. Menang dan kalah itu hal biasa dalam sebuah permainan. Haa gwaenchanna... Seperti itulah hidup, hal-hal yang tidak terduga itu sering terjadi. Seperti roda yang berputar, nggak selamanya kita mengalami hal yang sama."

Dia malah khotbah!

"Ah.. siikkeuro!"

Jaemin memelukku seraya berkata, "sarangahae uri fullsun--," Jaemin berhenti, menutup hidungnya dan berkata. "Uuffhhtt! Chan, kau bau!" Jaemin menutup hidungnya.

"Iyeee, ini mau mandi!" Alih-alih menjauhinya, aku malah memeluknya agar dia bisa mencium bau tubuhku dengan jelas. Hahaha...

Aku langsung beralih ke kamar mandi Ruang K.A.S. For your information, Ruang K.A.S ini seperti rumah bagi kami bertiga. Aku turut berterima kasih kepada kakek Zhong yang tidak ingin pewarisnya kesulitan di sekolah, dia membangun ruang K.A.S yang mirip dengan kamar Chenle. Semuanya ada di sini, bahkan box boneka capit dan permainan basket yang biasa kau lihat di timezone.

Bagaimana dengan orangtuaku?

Boro-boro dah!

Masih ngasih uang jajan dan menganggapku anak aja udah syukur alhamdulillah. Yang orang tidak tahu, kami bertiga sangat dimanja oleh orangtua kami yang notebenenya, pioners Serin Group. Tapi faktanya, hanya Kakek Zhong yang memanjakan Chenle. Sementara aku dan Jaemin, kami berdua tak ubahnya anak lain yang juga harus berbaur dengan rakyat jelata.

Padahal kan seru kalau aku membuat banyak kekacauan tanpa harus menanggung konsekuensinya. Ya, seperti kebanyakan anak orang kaya lainnya di drama-drama gitu. Tapi semua itu memang cuma mimpi, karena jika bertingkah kurang ajar, aku akan dicoret dari kartu keluarga. Jadi yang kulakukan selama ini hanya mencari aman.

"Hyung, kau harus bertanggung jawab!" ujar Chenle ketika aku selesai mandi.

"Lah kenapa?" tanyaku seraya mengeringkan rambut dengan hairdryer.

"Kau tahu kan kalau aku tidak suka jika ada yang mengambil susu strawberry-ku? Kau bahkan mengambil dua kotak!"

For your TMI, meski cucu orang kaya, Chenle ini cukup perhitungan. Perkata susu dua kotak aja ribut. Padahal dia bisa membeli pabrik susunya dan memajang produknya di ruangan ini.

"Na aniya!" Sembarangan aja nuduh-nuduh. Kalau bukan cucu Kakek Zhong udah gue toyor sampe tengleng itu kepala.

Tapi ya aku masih mau hidup!

"Nggak mungkin Daegal, kan? Dia sudah dijemput pengasuhnya istirahat tadi."

"Eih? Daegal sudah pulang? Yah, nggak seru. Camkaman! Jadi cooper yang tadi mampir itu cuma buat ngambil Daegal?"

Gila kan? Aku bahkan sering nebeng Jaemin pulang.

Tiba-tiba aku tampak tak lebih berharga dari seekor anjing!

"Bisa aja kan Daegal yang ambil sebelum pulang," timpal Jaemin yang menutup laptopnya. Kutebak dia sudah menyelesaikan photoshopnya.

"Nana! Daegal itu anjing!" kataku dengan bertolak pinggang.

"Ara!" Jaemin mengangkat kedua bahunya. "Daegal itu anjing, anjing yang ingin kaunikahi, kan?! Tapi tolong jangan libatkan aku dalam pernikahan kalian. Aku sibuk dan nggak tertarik berdiri lama-lama."

Oopps!

"Eh tunggu! Chenle-ya. Kenapa sih daritadi ngeributin susu?"

Daritadi? Wah, bener-bener nih anak.

"Karena aku penasaran siapa yang mengambilnya, padahal kita hanya bertiga. Itu yang lebih menggangguku."

"Kurasa kau cuma salah hitung saja," kataku cuek.

"Apa aku harus memanggil detektif kakek untuk mengetahuinya?"

Gubrak!

**

THE STORY OF DREAMISWhere stories live. Discover now