About Dare to Dream Contest (Lee Jeno)

18 3 0
                                    


Aku sedang berada di rooftop gedung 2 Serin A. Menikmati angina sepoy-sepoy sembari memerhatikan lalu lalang murid yang terlihat sangat kecil. Saat nggak ada kelas seperti sekarang, aku memang sering pergi ke rooftop ini.

Di sini aku juga bisa berlatih dance dan mengambil video untuk bahan evaluasiku sendiri.

"Hyung! Kau tahu? DtD Contest telah diumumkan!"

Jisung datang bersama Renjun, dengan wajahnya yang berwarna pink. Mereka berdua terlihat sangat bersemangat.

"Jjinja?"

Ah, aku melewatkannya.

"Aku rasa kalian berdua harus mendaftar sebagai grup." Renjun menyarankan kami untuk membuat duo.

"Bukan ide yang buruk. Bagaimana Hyung?" Jisung bertanya kepadaku dengan wajahnya yang penuh harap.

"Setuju!"

Jisung bersorak kesenangan. Dia menyarankan kalau kami harus menggunakan tarian yang baru-baru ini kami lakukan untuk bahan audisi pertama. Aku menyetujuinya, karena gerakan dance itu sungguh sangat sulit bagiku, tapi aku malah menyukainya. Aku merasa sangat tertantang.

"Ah, seandainya aku bisa menari juga." Renjun terdengar lesu.

Aku tahu dia memang sangat ingin menari, tetapi kami berdua tidak pernah membiarkannya mengikuti gerakan kami. Seperti yang dikatakan Jisung, Renjun sangat kaku dan dia sangat kesulitan menghapal satu gerakan.

Jadi mengajaknya kolaborasi, itu bukan ide yang bagus.

Aku mengulum senyum, ekspresi Renjun memang menggelikan dan aku tidak bisa menahan tawaku.

"Hyung, asah saja suaramu," tutur Jisung tanpa basa-basi.

Renjun mendengkus kesal.

"Aku ingin masuk grup kalian. Akan menyenangkan kalau kita membuat grup menyanyi dan menari, kan? Aku bisa jadi main vocal."

Aku membuka mata dan mulut lebar-lebar.

"Mwo?" Jisung juga terkejut. Dari ekspresinya, dia pasti nggak setuju.

"Jisung-ah. Ajari aku menari. Kali ini aku akan berusaha keras."

"Andwae, Hyung. Itu bukan ide yang bagus. Ayo kita ikut kontes dengan bakat masing-masing saja." Jisung menggeleng yakin.

"Jen...!"

Kini giliranku yang dirayunya.

"Aku terserah Jisung saja." Akhirnya aku bisa mengelak. Mian, Njun.

Renjun memberengut. Dia tampak kesal sekali. Aku melirik Jisung, menyuruh magnae kami ini untuk menghibur Renjun yang sedari dulu ingin sekali bisa menari bersama kami.

"Hyung, jangan merengek. Kami jadi nggak konsen diskusi untuk audisi."

Aku tertawa mendengar ucapannya. Jisung benar-benar savage!

"Jisung-ah!" Renjun yang nggak terima malah mengepalkan kedua tangannya di depan Jisung.

Aku tahu Renjun ingin memukul Jisung, tapi dia nggak tega.

"Lihat, aku bisa melakukan popping seperti yang kau lakukan!"

Renjun tampaknya tak menyerah. Dia mundur satu langkah, dan mulai menggerakkan seluruh tubuhnya.

Jisung terperangah. Bukan kagum, tapi ngeri.

"Hyung, kau lebih mirip belalang!"

Aku tertawa lebar. Jisung benar-benar lakhnat.

"Ya! Berani-beraninya kau bilang aku mirip belalang! "Apa nggak bisa sekali saja kau bilang bagus?"

"Itu fakta, kan?! Iya kan, Hyung?" Jisung membutuhkan dukunganku. Daripada kena semprot juga, mending aku mengangkat kedua bahu saja.

"Ya, Park Jisung! Iluwa!"

Renjun akhirnya ngegas! Melampiaskan kekesalannya dengan memukul-mukul Jisung.

"Hyung. Ah hyung!"

Jisung yang tak tahan kemudian menghindar, namun Renjun berhasil mendapatinya. Aku yang berada di sekitar mereka hanya bisa tertawa. Pemandangan seperti ini bukan pemandangan yang baru bagiku, tapi entah bagaimana aku selalu tertawa melihat tingkah lucu dua sahabatku ini.

Johda!

**

THE STORY OF DREAMISWhere stories live. Discover now