Mau Heran tapi Dia Na Jaemin (Zhong Chenle)

19 1 1
                                    

Di ruang K.A.S, aku mengecek ponselku. Nggak ada tanda-tanda BaekSipphal online. Usai kekalahan minggu lalu, aku nggak menemukan dia lagi di ruang game kami. Aku masih ingin balas dendam kepadanya.

Aku jadi kesal.

Kulempar ponselku begitu saja, menatap langit-langit Ruang K.A.S yang berwarna kebiruan. Ada ilustrasi awan biru di sana. Tiba-tiba saja aku teringat sesuatu.

Kulirik Jaemin Hyung yang rebahan di sofa satunya.

"Hyung, kau akan mempersiapkn bakat apa untuk Dare to Dream contest?" tanyaku.

Jaemin Hyung sedang memeriksa kameranya sembari rebahan.

Jangan heran. Dia memang melakukan banyak hal sambal rebahan.

Jaemin Hyung menatapku dengan kerutan di dahinya. "Mwoya?"

"Bukannya kau bilang ingin ikut audisi Dare to Dream?" tanyaku setengah tak percaya.

"Memang iya? Kapan?"

Aku menepuk keningku.

"Kapan aku bilang ingin ikut audisi?"

Subhanallah!

Mau heran, tapi dia Na Jaemin.

Ada banyak hal menakjubkan dalam diri Na Jaemin yang terkadang terasa seperti nggak nyata. Parasnya yang tampan juga kadang terasa nggak nyata. Juga jiwanya yang seperti terbelah-belah. Itu nggak nyata.

Dia bahkan sering lupa jika namanya Na Jaemin.

Aku ingat, dulu ketika banyak Noonadeul menyukainya, melihatnya bermain basket dan menyemangatinya, dia malah bertanya padaku, siapa Jaemin?

Nggak usah heran, dia memang Na Jaemin.

"Hyung, kau tadi bilang padaku ingin ikut Dare to Dream!"

"Iya kah? Kupikir kau salah orang. Kau kan tahu kalau aku nggak tertarik pada adu bakat. Cita-citaku menjadi dokter bedah."

Aku menggigit bibir bawahku. Jika saja dia nggak lebih tua dariku, sudah kucabik-cabik wajah tampannya.

"Ah dwaesseo!" aku menyerah.

Berdebat dengan Na Jaemin cuma buang buang energy. Maka aku kembali mengecek ponselku, mencoba berselancar di media social.

"Ya! Ya!" itu suara Haechan Hyung yang tiba-tiba masuk dengan suaranya yang ngegas.

"Jaemin-ah, Chenle-ya, ayo ikut audisi Dare to Dream!"

"Hee??!"

Aku kaget mendengarnya. Haechan Hyung, yang tadinya nggak tertarik ikutan audisi apapun, kali ini terlihat menggebu-gebu.

"Apa itu Dare to Dream?" Jaemin Hyung tak bergerak sama sekali dari posisi rebahannya.

"Bukannya kau bilang kau mau ikut ajang bakat itu?" Kini giliran Haechan Hyung yang bingung.

"Hyung," aku memberi isyarat agar Haechan Hyung nggak terpancing dengan keabsurd-an Jaemin Hyung.

"Aahh." Haechan hyung akhirnya mengerti.

"Kenapa tiba-tiba tertarik?"

"Kudengar yang menang audisi Dare to Dream akan mewakili Serin A di program ajang bakat SM TV. Kau tahu hadiahnya? Ratusan juta won. Kalau kita bisa menang, aku bisa membeli cooper incaranku."

Aku terpelongo.

Aku tahu Haechan Hyung menyukai mini cooper berwarna merah, tapi meminta kami mengikuti audisi?

"Ah! Aku nggak punya bakat, Hyung!" aku jelas menolaknya. "Kau ingin cooper? Mau aku bilang ke kakek? Ulang tahunmu bulan depan, aku akan memintanya menghadiahkanmu cooper keinginanmu."

Harusnya dia bisa menyederhanakannya.

"Chenle-ya. Aku masih punya harga diri."

"Aku nggak tertarik ikut audisi."

"Na!" Haechan Hyung sepertinya berharap banyak pada Jaemin Hyung.

"Aku akan mendukungmu sepenuh hatiku, Chan. Hae bwa! Fighting!"

Aku menyemburkan tawa. Respon Jaemin Hyung memang diluar dugaan.

"Na, kau juga harus ikut. Ayolah!"

"Kasih aku alasan kenapa aku harus ikut?"

"Karena kau tampan!"

Aku tertawa keras.

"Gomawo, tapi nggak!"

"Aaaaa.... Aaa..." Haechan mengeluarkan aegyo andalannya. "Nana saranghae!"

"Na do!" balas Jaemin Hyung, tapi dia tetap keukeuh nggak mau mengikuti kemauan Haechan Hyung.

"Chenle-ya!"

Aku apalagi. Aku lebih baik memilih kabur!

"YA!"

**

THE STORY OF DREAMISWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu