Persiapan (Na Jaemin)

3 0 0
                                    

Semua murid di Serin Arts High School sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti audisi Dare to Dream, termasuk aku dan kedua sahabat karibku. Agak aneh sih menyebut mereka sahabat karib, namun aku tak menemukan kata lainnya. Baiklah, gunakan itu saja, sahabat karib.

Sejak kontes DtD diumumkan, setiap murid terus membicarakannya. Tidak heran jika tiba-tiba kelas menjadi berisik dan berubah menjadi tempat latihan dadakan.

Dari tempat dudukku yang berada di paling belakang, aku bisa melihat Chenle dan Haechan sedang berdiskusi. Aku memang menjadi bagian dari mereka, akan tetapi kutak tak tahu harus bagaimana untuk audisi itu. Aku tidak tahu apakah harus menyanyi atau menari. Kurasa aku tidak mahir melakukan keduanya. Kuharap aku tak mengacaukan audisi grup kami.

"Ya, kau tidak ikut audisi?"

Aku menoleh pada Hina yang tiba-tiba menghampiriku. Aku mendongak dengan mulut menganga. Aku terkejut dan tidak bisa langsung menjawabnya karena aku sendiri pun tidak mempersiapkan apa-apa untuk audisi itu.

"Eung, aku sedang memikirkannya," kataku begitu saja.

Kulihat Hina terduduk lesu di depan mejaku. Dia tampak frustasi akan hal yang aku sendiri tidak tahu.

Ah iya, aku lupa. Selain Chenle dan Haechan, aku cukup akrab dengan Hina, karena kami bertetangga. Ya, dia tinggal di lingkungan rumahku. Nama lengkapnya Na Hina. Bukan, bukan. ini bukan yang seperti kalian pikirkan. Kata 'Na' pada nama marganya merupakan Nakamura, yup, dia setengah Jepang cuy.

Oke, lupakan soal Hina.

Dia sekarang masih duduk menghadapku dan terus berkeluh kesah.

"Apa aku bisa lolos audisi. Aku benar-benar khawatir."

"Memangnya kau mau menampilkan apa?"

"Whole new world!" katanya sigap.

Aku mengingat-ingat lagu macam apa Whole new world itu. Oh, itu lagu disney. Kupikir itu bukan ide yang buruk.

"Kau yakin? Bukannya lagu itu sangat tinggi?"

Hina manyun begitu mendengar komentarku.  "Aku juga berpikir begitu. Aku takut terlalu gugup jadi tidak bisa mencapai nada tingginya."

"Coba saja dulu," hanya itu yang bisa kusarankan. "Kau tidak akan tahu sebelum mencobanya."

"Aku harap begitu."

Tak lama Hina beranjak dari tempat duduknya. Dia menghampiri dua sahabatnya, Hyein dan Eunsoo.

Lantas, bagaimana denganku? Haruskah aku juga memikirkan audisi itu? Aku masih belum tahu lebih tertarik pada bidang apa? Menyanyi atau menari? Haechan dan Chenle memiliki suara yang bagus. Mereka tidak akan gagal audisi jika hanya melawan isi kelas ini. Tunggu-tunggu, ada Renjun yang suaranya juga sangat bagus di kelas ini. Jika saja hubungan mereka akur, aku pasti akan menyarankan mereka untuk membentuk vocal grup pada audisi tersebut. Tapi, ya sudahlah...

"Hyung, sedang memikirkan apa?"

"Oih!" Aku hampir jatuh ketika Chenle menggebrak meja di depanku dengan  keras. Jelas aku terkejut.

"Mwondae mwondae mwondae?!" Haechan tiba-tiba ikut nimbrung. "Jaeman kita sudah mulai memikirkan sesuatu tentang dare to dream?"

Aku tidak menjawab. Tepatnya, malas menjawabnya. Kau tahu, kau tidak bisa berkata-kata di depan Haechan. Jika kau menyukai kedamaian seperti aku, maka diamlah. Jika kau menuturkan satu kata di depan Haechan, dia akan membalasmu ribuan kata, dan itu akan menjadi momen yang sangat berisik.

Aku sangat sederhana, dan kutahu Haechan sangat pintar, jadi kubiarkan dia menyimpulkan sendiri.

"Kami sudah menemukan strategi untuk memenangkan audisi pertama," kata Chenle memberitahu. Wajahnya sangat antusias.

Di sampingnya, Haechan sedang mengangguk-angguk.

"Bagaimana?" tanyaku.

"Nanti saja. Pulang sekolah nanti kita harus ke ruang latihan dan memulai latihan pertama kita," tutur Chenle memberitahu. Dia kemudian berbisik, "terlalu banyak telinga yang akan mendengar strategi kita di sini."

"Baiklah!" kataku acuh tak acuh.

**





You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 17, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

THE STORY OF DREAMISWhere stories live. Discover now