Bagian 348 (Lunas)

467 115 29
                                    

.

.

Mother complex, huh? Bisa jadi.

.

.

***

Suasana tegang terasa saat memasuki rumah mungil Farah. Dua orang polisi, duduk menengahi ibunya Farah dan pihak pemberi utang. Dua pemuda yang salah satunya bermuka bonyok, dikenali Yoga sebagai preman yang mengeroyoknya kemarin. Mereka semua duduk lesehan di lantai, sebab jumlah kursi tak mencukupi.

Melihat putra Danadyaksa -- orang berpengaruh di dunia perbisnisan ibukota -- memasuki ruangan, kedua polisi sontak berdiri dan menyalami Yoga. Seorang pria sangar berkumis tebal, nampak tidak suka melihatnya. Dia segera melihat Yoga sebagai ancaman.

Yoga duduk di samping Farah dan ibunda Farah.

"Jadi begini, Pak Yoga. Pelunasan utang antara Ibu Anindita pada Pak Baron, berjalan agak alot. Pak Baron menolak pelunasan utang, dan lebih memilih menikahi Mbak Farah sebagai gantinya," jelas polisi menjelaskan duduk perkaranya.

Yoga mengangguk. Dia memang sudah menebak ini. Dan ini lah mengapa dia memutuskan datang. Tatapannya bertemu dengan pria bernama Baron, si kumis tebal.

"Bu Anindita pernah janji pada saya. Dia bilang merelakan putrinya untuk jadi istri kedua saya, dengan catatan utangnya lunas," seru Baron ngotot.

Anindita menggelengkan kepala. "Bohong! Saya ndak pernah ngomong begitu! Dia sendiri yang menawarkan perjanjian itu pada saya, tapi saya menolaknya!"

"Bukti apa yang kamu punya?" tanya Yoga pada Baron.

"Apa katamu? Kamu siapa tanya-tanya saya?" sahut Baron, tak suka dengan orang baru yang terlibat masalah utang piutang antara dirinya dan keluarga Farah.

"Jaga mulut anda! Anda tidak tahu siapa beliau ini?" tukas salah seorang polisi pada Baron. "Pak Yoga adalah C.E.O Danadyaksa Corp., salah satu perusahaan raksasa di ibukota!" lanjutnya. Penjelasan itu bukan hanya mengejutkan Baron, tapi juga Farah dan Anindita.

Kumis Baron bergetar karena nyalinya mulai ciut. Bagaimana ceritanya, keluarga miskin seperti Anindita dan Farah, bisa kenal dengan orang kaya raya macam pria ini? batinnya.

"Apa kamu punya bukti rekaman percakapan, atau perjanjian di atas materai? Mana, coba. Kasih lihat saya," tagih Yoga dengan tangan terayun seolah meledek. Gayanya mirip ibu kos menagih uang sewa bulanan.

Baron diam tak bergeming. Jelas orang ini tak punya bukti apa pun. Hanya modal gertak sambal saja.

"Kalau kamu masih ngotot, saya akan laporkan kamu dan anak buahmu, atas penganiayaan dan percobaan penculikan. Saya dan Farah saksinya," ancam Yoga dengan ekspresi dingin.

"Luka-luka di muka dan tangan Bapak ini, ulah mereka, Pak?" tanya polisi.

"Benar, Pak," jawab Yoga singkat dengan senyum kemenangan yang membuat Baron kesal luar biasa, namun tak ada yang bisa dilakukannya di depan kedua polisi ini.

"K-Kalau soal itu, kamu juga sudah mencelakai anak buah saya! Lihat! Salah satu anak buah saya bahkan nyaris gegar otak karena hantaman balok kayu!" kilah Baron beralasan. Farah nyaris tersenyum mendengarnya. Antara kasihan dan senang. Entah bagaimana nasibnya seandainya Yoga tak ada di sana malam itu. Akan diapakan dia setelah diculik? Mengerikan.

"Makanya, kalau tidak mau dihajar, diajarin dong anak buahnya supaya gak kurang ajar sama perempuan. Kamu yakin rencana penculikan Farah bukan idemu?" tuding Yoga langsung.

"B-Bukan!" sanggah Baron.

"Terus ide siapa dong? Mereka 'kan anak buahmu!" tanya Yoga terus memojokkan mereka.

ANXI 2 (SELESAI)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن