Bagian 208 (Biro Jodoh Amatiran)

721 136 26
                                    

.
.

Laki-laki baik untuk wanita baik. Pun sebaliknya.

~ Q.S. An Nur : 26.

.
.

***

Tiga orang itu masih melongo menatap cara berpakaian wanita cantik di hadapan mereka yang sangat berani. Yoga - Gito - Mona. Ketiganya tak percaya ada wanita yang nekat memakai pakaian seterbuka itu dan berjalan dengan santai di ruang publik Jakarta.

Gito adalah yang tersadar pertama kali dari keterkejutannya. "O-oh ... Hai Mei. Eh ... apa kamu baru dari kondangan atau ... pesta bujang? Uh ... maksudku, penampilanmu hari ini kok agak ... mengejutkan? Tidak seperti hari-hari biasanya di kantor. Uhuk ... ," pertanyaannya ditutup dengan batuk yang tidak alami. Matanya membalas lirikan maut Yoga yang duduk di depannya. Seolah dia mencoba menjelaskan, 'Aku tidak tahu dia kesambet apa! Tapi biasanya di kantor dia tidak seperti ini, sumpah! Aku tidak mungkin mengenalkanmu dengan cabe-cabean, Yoga!'

Sementara Yoga masih menatapnya jengkel. 'Gito, apa kamu sedang mengerjai aku? Apa di sekitar sini ada kamera yang disembunyikan?'

"Oh ... maaf. Apa penampilanku terlalu mencolok?" tanya wanita bernama Mei itu sambil menutup bibirnya.

Ketiga orang di hadapannya diam tak berkomentar, namun masing-masing ribut membatin.

Menurutmu??? 

Selama perjalanan menuju ke sini, mungkin kamu sudah membuat kericuhan di luar sana.

Entah ada berapa pasang mata yang khilaf  karenanya.

Yoga menghela napas lelah. Apa yang bisa dilakukan? Toh wanita ini sudah datang demi menemuinya. Dia memasang senyum terbaiknya. "Assalamualaikum Mei," salamnya seperti biasa sambil mengatupkan tangan di depan dada.

"W-wa alaikum salam," Mei menjawab salam dengan cara yang sama. Gugup. Berhadap-hadapan langsung dengan C.E.O Danadyaksa Corp. yang wajahnya pernah menghiasi majalah dan televisi.

"Jangan berdiri terus. Nanti kakimu pegal. Ayo duduk di sini," ajaknya sopan sambil mengarahkan wanita itu untuk duduk di sampingnya.

"Terima kasih. Permisi ... "

Yoga berdiri dari sofa, memberi jalan agar Mei bisa duduk di sampingnya. Begitu wanita itu duduk persis bersebelahan, barulah Yoga tersadar betapa posisi ini sangat berbahaya.

Astaghfirullah ... Yoga segera menundukkan matanya setelah tak sengaja melihat aurat yang tampak dari batas baju Mei yang memang sangat rendah di bawah bahu. Karena tubuhnya lebih tinggi dari Mei, dia bisa melihat pemandangan berbahaya itu dengan leluasa. Seandainya dia lelaki hidung belang, sudah pasti kesempatan emas ini takkan dilewatkan.

Tangannya mengepal. UHH! GITOOO!! AKU SUDAH SENGAJA MENJAUHI HAL-HAL SEMACAM INI! KAMU MALAH MEMBUATKU BERTEMU WANITA MACAM INI LAGI! Kekesalan terasa hingga ke ubun-ubun.

Sabar ... sabar. Basa-basi sebentar, lalu pulang. PULAAANG!!

"Maaf ya aku telat," kata Mei sambil menyibak rambutnya dengan gaya yang sensual.

Pikiran Yoga melompat-lompat tak tentu arah. Oh ya? Telat berapa bulan??  Dia menoleh ke arah Mei. "Ah, santai saja. Kami baru datang kok." Bibir Yoga memang tersenyum, namun badannya panas dingin.

Lihat mukanya saja! Jangan lihat yang lain! Jangan lihat yang lain! GITOOOO!!! AWAAAS KAMU NANTI!!

Gito yang merasa bersalah tengah menundukkan kepala bagai sedang mengheningkan cipta. Istrinya memelototinya dengan jengkel. Tak habis pikir bagaimana dia bisa membawa teman macam wanita seronok di depan mereka. Gito tak berani menatap mata Mona yang tatapannya setajam silet. Mengawasi kalau-kalau mata suaminya jelalatan.

ANXI 2 (SELESAI)Where stories live. Discover now